W. calendulacea. Menurut Sastroutomo 1990 dari kelima famili tersebut, famili Asteraceae merupakan salah satu famili dalam 12 famili spesies tumbuhan
penting yang termasuk gulma berbahaya di dunia. Dominannya W. calendulacea Asteraceae di Kampus IPB Darmaga di tiga lokasi erat kaitanya dengan
ekologi dan penyebaran tumbuhan tersebut. Pujowati 2006 juga mengungkapkan bahwa W. calendulacea merupakan spesies yang paling banyak ditemukan di
daerah Pulau Jawa. INP yang tinggi menunjukkan bahwa kelima spesies yang dominan
memiliki jumlah individu paling banyak, kerapatan dan frekuensi perjumpaannya dalam komunitas juga tinggi. Spesies yang dominan merupakan spesies yang
berhasil mengefisiensikan energi yang ada di dalam lingkungannya. Dominansi dikarenakan kelima spesies tersebut mampu bertahan dan beradaptasi terhadap
lingkungannya dengan lebih baik dibanding spesies lain dalam komunitasnya. Sutisna 1981 diacu dalam Rosalia 2008 mengemukakan bahwa suatu
spesies tumbuhan dapat dikatakan berperan atau berpengaruh dalam suatu komunitas apabila memiliki INP untuk tingkat semai ≥ 10, begitu juga dengan
tumbuhan bawah.
Hal ini berarti 27 spesies Tabel 2 yang memiliki INP ≥10, merupakan spesies-spesies yang berpengaruh di masing-masing komunitasnya.
Sementara itu, spesies yang dominan dalam suatu komunitas tumbuhan biasanya memiliki INP paling tinggi diantara spesies lainnya. Selain itu, besarnya nilai INP
juga menandakan besar atau tidaknya pengaruh spesies tersebut dalam suatu komunitas tumbuhan Indriyanto 2006
.
5.1.3 Keanekaragaman dan kemerataan spesies tumbuhan
Keanekaragaman spesies tumbuhan di masing-masing lokasi penelitian bervariasi. Lokasi yang memiliki indeks keanekaragaman tertinggi adalah
Tegakan Pinus Cangkurawok dengan nilai 3,48, sedangkan yang terendah adalah Tegakan Karet Asrama C4 Silva dengan nilai 2,44. Sementara itu, untuk indeks
kemerataan, lokasi tertinggi adalah Tegakan Pinus Cangkurawok dengan nilai 0,85 dan terendah adalah Arboretum Fahutan dan Arboretum Lanskap dengan
nilai 0,69. Data mengenai keanekaragaman dan kemerataan spesies ini disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5 Indeks Keanekaragaman dan Kemerataan spesies di lokasi penelitian Kampus IPB Darmaga.
Nilai derajat keanekaragaman H‟ suatu komunitas biasanya lebih besar
dari nol. Menurut Shannon-Wiener 1963 diacu dalam Fachrul 2008 apabila derajat keanekaragaman H‟ dalam suatu komunitas 1, maka keanekaragamanya
rendah, 1 ≤H‟≥3 keanekaragamannya sedang, dan H‟3 maka keanekaragamannya
tinggi. Sehubungan dengan itu, maka tujuh dari sepuluh lokasi penelitian yaitu Arboretum Hutan Tropika, Hutan di samping Masjid Al-Hurriyyah, Hutan
Cikabayan, Tegakan Karet di depan Rusunawa, Tegakan Jati Sengked, Tegakan Pinus Cangkurawok, dan Tegakan Sengon Rektorat termasuk ke dalam kategori
tinggi keanekaragaman spesiesnya. Sementara itu, tiga lokasi lainnya termasuk ke dalam kategori sedang.
Nilai indeks kemerataan E berkisar antara nol sampai satu. Menurut Krebs 1978 nilai indeks kemerataan yang mendekati satu menunjukkan bahwa
suatu komunitas tumbuhan semakin merata, sementara apabila semakin mendekati nol, maka semakin tidak merata. Sehubungan dengan itu, maka komunitas
tumbuhan di sepuluh lokasi penelitian seluruhnya memiliki penyebaran individu spesies yang relatif merata, karena nilai indeksnya mendekati satu atau lebih
tepatnya ≥0,69. Namun, dua lokasi yaitu Arboretum Fahutan dan Arboretum Lanskap relatif kurang merata dibandingkan dengan lokasi lainnya.
2.66 3.04
2.55 3.3
3.33 3.13
2.44 3.04
3.48 3.1
0.69 0.79
0.69 0.84
0.84 0.81
0.74 0.83
0.85 0.83
0.5 1
1.5 2
2.5 3
3.5 4
Arboretum Fahutan Arboretum Hutan Tropika
Arboretum Lanskap Hutan Al-Hurriyyah
Hutan Cikabayan Tegakan Karet Rusunawa
Tegakan Karet Asrama C4 Silva Tegakan Jati Sengked
Tegakan Pinus Cangkurawok Tegakan Sengon Rektorat
Nilai Index L
o k
a si
E H‟
5.1.4 Kesamaan komunitas spesies tumbuhan