komunitas tersebut disusun oleh banyak spesies dengan kelimpahan spesies yang hampir sama, sebaliknya apabila komunitas disusun oleh sedikit spesies yang
dominan, maka keanekaragaman spesiesnya rendah. Keanekaragaman spesies terdiri dari dua komponen, yaitu jumlah spesies yang ada, umumnya mengarah
pada kekayaan richness dan kelimpahan relatif spesies yang mengarahkan ke kesamaan evenness Mcnaughton Wolf 1990.
Keanekaragaman spesies erat kaitanya dengan komposisi spesies dalam suatu komunitas. Komposisi komunitas tumbuhan menurut Misra 1974 merupakan
variasi spesies flora yang menyusun suatu komunitas dan daftar floristik dari spesies tumbuhan yang ada dalam suatu komunitas. Komposisi tumbuhan juga
digunakan untuk menyatakan beragamnya spesies yang ada di hutan Richard 1966. Sementara itu, menurut Sorianegara dan Indrawan 1998 komposisi
spesies berbeda antara populasi dan komunitas yang ada di dalam hutan.
2.6 Tumbuhan Bawah
Definisi hutan menurut UU No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan, adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam
hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan alam lingkunganya, yang mana komponen-komponennya saling terkait dan tidak dapat terpisahkan.
Tegakan hutan dapat berupa kumpulan dari beberapa spesies pohon atau satu spesies saja. Namun, di dalam tegakan hutan pasti akan dijumpai stratifikasi
atau pelapisan tajuk. Stratifikasi atau pelapisan tajuk merupakan susunan tetumbuhan secara vertikal di dalam suatu komunitas tumbuhan atau ekosistem
hutan. Stratifikasi terjadi karena dua hal penting yang dialami atau dimiliki tumbuhan dalam persekutuan hidupnya dengan tumbuhan lain, yakni akibat
persaingan tumbuhan dan akibat sifat toleransi spesies pohon terhadap intensitas radiasi matahari Indriyanto 2006.
Salah satu penyusun hutan adalah tumbuhan bawah atau ground vegetation. Tumbuhan bawah adalah tumbuhan liar yang tumbuh secara alami di
bawah tegakan hutan Setiadi 1984. Tumbuhan bawah dapat dijadikan indikator kondisi lingkungan suatu tegakan hutan. Menurut Smith 1957 diacu dalam
Setiadi 1986 adanya tumbuhan bawah seringkali dapat menunjukkan perbedaan
kualitas tanah seperti suplai hara, drainase, aerasi, dan pH tanah. Perbedaan tersebut dapat dicirikan oleh sejumlah spesies atau oleh ketahanan tumbuh dari
spesies tersebut. Spesies tumbuhan bawah dapat dijadikan indikator ekologi apabila spesies tersebut dominan pada suatu habitat tertentu Walter 1971.
2.7 Habitus
Habitus didefinisikan sebagai bentuk atau sosok tubuh Prent et al. 1969.
Habitus erat kaitannya dengan bentuk pertumbuhan. Bentuk pertumbuhan
merupakan penggolongan tumbuhan menurut bentuk pertumbuhannya, habitat, atau menurut karakteristik lainnya. Bentuk pertumbuhan yang umum menurut
Indriyanto 2006 diantaranya pohon, semak, perdu, herba, dan liana. Adapun menurut Depdikbud 1989, definisi dari masing-masing bentuk pertumbuhan dan
umumnya lebih dikenal sebagai habitus adalah: 1.
Pohon, merupakan tumbuhan yang berbatang keras dan besar, 2.
Semak, merupakan tumbuhan seperti perdu, tetapi lebih kecil dan rendah, hanya cabang utamanya yang berkayu,
3. Perdu, merupakan tumbuhan berkayu yang bercabang-cabang, tumbuh rendah
dekat dengan permukaan tanah, dan tidak mempunyai batang yang tegak, 4.
Herba, merupakan tumbuhan yang mempunyai batang basah karena banyak mengandung air dan tidak mempunyai kayu, dan
5. Liana, merupakan tumbuhan yang merambat, hanya ada di hutan tropis,
mempunyai batang berkayu panjang, dan terkadang berbentuk unik.
2.8 Pola Penyebaran Tumbuhan