2.4 Pengendalian Spesies Asing Invasif
Indonesia telah memiliki rencana pengelolaan keanekaragaman hayati nasional 2003-2020 yang biasa disebut Rencana Aksi dan Strategi
Keanekaragaman Hayati Indonesia IBSAP BLK 2010. Strategi ini memerlukan penerapan yang efektif dalam meminimalisir krisis keanekaragaman
hayati. Dokumen dari lembaga tersebut berisikan tindakan yang seharusnya diambil sehingga dapat dijadikan alat untuk memperkuat kebijakan dalam
pengelolaan keanekaragaman hayati, meliputi program pengendalian dan pencegahan berkembangnya spesies asing invasif seperti spesies yang
dibudidayakan BLK 2010. Tindakan pengendalian juga dilakukan melalui karantina. Perkarantinaan
di Indonesia diatur dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan. Berdasarkan peraturan tersebut, karantina
didefinisikan sebagai tempat pengasingan dan atau tindakan sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit atau organisme
pengganggu dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau keluarnya dari wilayah Negara Republik Indonesia.
Khusus untuk karantina tumbuhan telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2004 Tentang Karantina Tumbuhan. Karantina
tumbuhan merupakan tindakan upaya pencegahan masuk dan tersebarnya organisme pengganggu tumbuhan dari luar negeri dan dari suatu area ke area
lainnya di dalam negeri atau keluarnya dari dalam wilayah Republik Indonesia. Tindakan karantina tumbuhan terdiri atas delapan tindakan yakni, pemeriksaan,
pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan, dan pelepasan. Strategi lain yang digunakan di Indonesia untuk mengendalikan spesies
asing invasif, termasuk di dalamnya spesies tumbuhan adalah pemberantasan, penahanan, pengawasan, dan mitigasi Tjitrosoemito 2004.
2.5 Keanekaragaman dan Komposisi Spesies Tumbuhan
Keanekaragaman spesies adalah suatu keragaman atau perbedaan diantara anggota-anggota kelompok spesies tersebut Mcnaughton Wolf 1990. Suatu
komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman spesies yang tinggi jika
komunitas tersebut disusun oleh banyak spesies dengan kelimpahan spesies yang hampir sama, sebaliknya apabila komunitas disusun oleh sedikit spesies yang
dominan, maka keanekaragaman spesiesnya rendah. Keanekaragaman spesies terdiri dari dua komponen, yaitu jumlah spesies yang ada, umumnya mengarah
pada kekayaan richness dan kelimpahan relatif spesies yang mengarahkan ke kesamaan evenness Mcnaughton Wolf 1990.
Keanekaragaman spesies erat kaitanya dengan komposisi spesies dalam suatu komunitas. Komposisi komunitas tumbuhan menurut Misra 1974 merupakan
variasi spesies flora yang menyusun suatu komunitas dan daftar floristik dari spesies tumbuhan yang ada dalam suatu komunitas. Komposisi tumbuhan juga
digunakan untuk menyatakan beragamnya spesies yang ada di hutan Richard 1966. Sementara itu, menurut Sorianegara dan Indrawan 1998 komposisi
spesies berbeda antara populasi dan komunitas yang ada di dalam hutan.
2.6 Tumbuhan Bawah