Serasah Kompos Bahan Organik 1 Kertas Koran

2.3. Bahan Organik 2.3.1 Kertas Koran Kertas Koran adalah kertas yang dibuat khusus untuk mencetak surat kabar. Spesifikasi kertas koran harus memenuhi beberapa ketentuan yaitu komposisi lembaran mengandung pulp mekanis atau pulp bagas rendemen tinggi minimal 65 dan mempunyai gramatur berkisar antara 45-55grm 2 Anonimous 1980 dalam Akhir 2005. Menurut Arlov 1997 dalam Akhir 2005, kertas koran biasanya mengandung 80-85 pulp mekanis dan 15-20 pulp kimia yang ditambahkan untuk meningkatkan kekuatan kertas yang dihasilkan, sehingga tidak mudah putus. Sedangkan Macdonald dan Frankin dalam Akhir 2005, menyebutkan bahwa kertas koran dibuat dari pulp mekanis dengan jumlah 75-80 . Kertas koran dapat dibuat dari kayu, bagase, merang, bambu dan bahan-bahan berserat. Menurut Kleinau 1987 dalam Akhir 2005, kertas bekas biasanya mengandung beberapa material asing seperti tinta, bahan pelapis, kotoran yang menempel, klip kertas dan lainnya. Oleh karena itu proses yang utama dalam pendaur ulangan kertas bekas adalah menghilangkan material yang mengkontaminasi kertas, sehingga serat selulosa yang terdapat didalam kertas bekas dapat diolah kembali. Keterbatasan sumber serat yang ada di alam mengakibatkan serat sekunder sebagai bahan baku kertas semakin meningkat. Serat sekunder dapat diperoleh dari hasil pengolahan kembali kertas bekas. Serat sekunder dapat digunakan 100 karena mengandung serat pendek dan serat panjang. Untuk industri yang terintegrasi, penggunaan serat sekunder akan mengurangi biaya pengadaan bahan baku serat.

2.3.2 Serasah

Serasah merupakan materi organik mati yang terdapat di lantai hutan, sebagian besar tersusun atas tumbuhan mati dan potongan organ, sehingga produksi serasah dapat didefinisikan sebagai berat material yang mati dalam luas area tertentu per satuan waktu. Perkiraan jumlah dan komposisi guguran serasah diperlukan untuk mengetahui siklus nutrient, produksi primer dan menentukan struktur dan fungsi ekosistem sehingga studi kualitatif jatuhan serasah diperlukan dalam ekologi hutan. Meskipun begitu rata-rata produksi hutan diseluruh dunia bervariasi menurut struktur vegetasi, umur tegakan, kondisi geografis kemiringan dan perubahan iklim musiman. Mann 1986 dalam Akhir 2005, mengemukan bahwa daun-daun di atas tersusun dari 16 berat kering bebas abu sebagai protein dan yang baru jatuh kandungan proteinnya sekitar 3,1 , sedangkan yang terdekomposisi menjadi partikulat detritus, mengalami peningkatan kandungan protein mencapai 22 . Detritus ini merupakan sumber makanan yang bernutrisi tinggi untuk berbagai jenis hewan. Serasah yang jatuh ke permukaan tanah merupakan bagian dari komponen tumbuh-tumbuhan yang telah mati, yang tidak mengalami proses pertumbuhan lagi dan akhirnya mengalami proses dekomposisi dan mineralisasi. Komponen- komponen yang penting dari serasah adalah daun, ranting yang berukuran diameter lebih kecil atau sama dengan 2 cm, kulit pohon, alat reproduksi seperti bunga dan buah Proctor 1983 dalam Akhir 2005.

2.3.3 Kompos

Sejak ribuan tahun yang lalu kompos telah lama digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman. Kompos merupakan hasil fermentasi atau dekomposisi bahan organik seperti tanaman, hewan, atau limbah organik. Secara ilmiah, kompos diartikan sebagai partikel tanah yang bermuatan negatif. Kompos dapat dibuat dari bahan yang mudah dijumpai seperti sampah rumah tangga, dedaunan, jerami, alang-alang, rerumputan, jagung, sekam batang hingga kotoran hewan. Kompos sangat berperan bagi tanah karena dapat mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat kimia, fisik, dan biologi tanah. Diantara manfaat kompos adalah mampu memperbaiki produktivitas tanah, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kesuburan tanah Djuarnani et al. 2005. Kompos merupakan salah satu jenis pupuk organik yang terbuat dari bahan-bahan organik yang telah mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme yang bekerja didalamnya. Bahan-bahan organik tersebut dapat berupa sampah, dedaunan, rumput, jerami, sisa ranting, dahan, kotoran hewan, kembang, dan lain lain. Di alam terbuka kompos dapat terjadi dengan sendirinya, melalui proses alamiah. Namun proses tersebut berlangsung sangat lama hinga puluhan tahun. Penggunaan kompos sebagai pupuk dapat memberikan beberapa manfaat seperti menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman, menggemburkan tanah, memudahkan pertumbuhan akar tanaman, menyimpan air tanah lebih lama dan menjadi alternatif pengganti pupuk kimia Murbandono 2000. Kompos dapat meningkatkan kapasitas tukar kation KTK tanah dan dapat meningkatkan penyerapan unsur hara oleh tanaman. Struktur tanah menjadi lebih baik dan daya ikat air menjadi lebih tinggi Djuarnani et al. 2005. Kompos digunakan dengan cara disebarkan di sekeliling tanaman atau dibenamkan ke dalam tanah. Kompos yang layak digunakan adalah yang sudah matang, ditandai dengan menurunnya temperatur kompos dibawah 40°C. Secara umum kompos yang sudah matang mempunyai beberapa ciri diantaranya berwarna cokelat tua hingga hitam dan remah, tidak larut alam air tapi larut dalam alkali, memiliki kapasitas tukar kation dan penyerapan air yang tinggi, tidak berbau, dan memiliki temperatur yang sama dengan temperatur udara. Komponen kompos yang paling berpengaruh terhadap sifat kimiawi tanah adalah kandungan humusnya. Humus dalam kompos mengandung unsur hara yang diperlukan bagi tanaman. Humus yang menjadi asam humat dapat melarutkan zat besi Fe dan alumunium AL sehingga dapat diserap tanaman. Selain itu humus dapat mempertahankan unsur hara untuk tanaman karena humus dapat menyangga kation. Humus yang terdapat dalam kompos dapat memecah tanah liat menjadi lebih remah dan dapat melonggarkan partikel tanah yang merupakan saluran bagi air dan udara Djuarnani et al. 2005. 2.4 Perekat Alami 2.4.1 Tanin