PENDAHULUAN Pembuatan dan pengujian kontainer semai berbahan organik pada tanaman sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) di rumah kaca

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Saat ini, kondisi hutan alam tropis indonesia sangat mengkhawatirkan yang disebabkan oleh adanya laju kerusakan yang tinggi. Pada kurun waktu 1980- 1990 laju kerusakan hutan mencapai 1,7 juta hektar per tahun yang meningkat menjadi 2 juta hektar per tahun setelah tahun 1996 FWI 2002. Hal ini membawa konsekuensi akan perlunya upaya rehabilitasi hutan. Luas lahan yang harus direhabilitasi dari tahun ke tahun semakin meningkat sehingga membutuhkan bibit yang semakin banyak. Pada tahun 2010 pemerintah mencanangkan program penanaman 1 milyar pohon dengan motto “One Billion Indonesian Trees for the World” Masyhud 2010, sehingga dibutuhkan sekitar 1,2 milyar bibit. Untuk memproduksi bibit sebanyak itu diperlukan polybag sekitar 2 juta kilogram atau 2000 ton. Kegiatan pembibitan tanaman kehutanan sampai saat ini masih menggunakan polybag karena harganya relatif murah, tahan karat, tahan lama, ringan, dan mudah diperoleh. Namun plastik yang digunakan saat ini merupakan polimer sintetik dari bahan baku minyak bumi yang terbatas jumlahnya dan tidak dapat diperbaharui. Plastik ini tidak dapat terdegradasi oleh mikroorganisme di lingkungan karena mikroorganisme tidak mampu mengubah dan mensintesis enzim yang khusus untuk mendegradasi polimer petrokimia Akibatnya plastik yang tertimbun dalam tanah akan mempengaruhi kualitas air tanah serta dapat memusnahkan kandungan humus yang menyebabkan tanah menjadi tidak subur Gumanti 2011. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan penggunaan kontainer semai berbahan organik, yaitu wadah pembibitan tanaman yang dibuat dari limbah organik yang dapat ditanam bersamaan dengan bibit di lapangan penanaman sehingga lebih praktis dan efisien. Kontainer ini dibuat dari limbah bahan organik seperti serasah, kompos, kertas Koran, dan perekat alami. Adapun kelebihan dari kontainer semai berbahan organik dibandingkan dengan wadah plastik polybag adalah kontainer semai berbahan organik sangat praktis karena dapat langsung ditanam ke dalam tanah tanpa harus membuka bungkusnya, proses dekomposisinya cepat dan ramah lingkungan serta mampu meningkatkan produktivitas bibit tanaman. Agar kontainer berbahan organik lebih kuat maka diperlukan pencampuran perekat, dewasa ini perekat yang umum digunakan merupakan perekat sintetis yang berasal dari hasil pengolahan minyak bumi dimana sumber dayanya bersifat tidak dapat dipulihkan non renewable dan cenderung semakin tidak ekonomis, sehingga perlu dicari alternatif pengganti bahan sintetis tersebut, diantaranya adalah tanin dan tapioka. Tapioka yang terbuat dari ubi kayu adalah sebagai bahan pembantu dalam berbagai industri, bahan pengental, bahan pengisi dan bahan pengikat dalam industri makanan. Sedangkan tanin adalah suatu senyawa polifenol alami dan terdapat dalam konsentrasi tinggi pada beberapa jenis tumbuhan, seperti akasia, eukaliptus, bakau, dan tusam. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui keefektifan dari kontainer semai berbahan organik dan perlakuan perekat terhadap pertumbuhan tanaman sengon di rumah kaca.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui pengaruh perlakuan bahan baku kontainer dan perekat terhadap pertumbuhan bibit sengon Paraserianthes falcataria L Nielsen di rumah kaca. 2. Mengetahui jenis perekat terbaik untuk pembuatan kontainer organik yang lebih kuat.

1.3 Hipotesis

1. Kontainer organik mempengaruhi pertumbuhan bibit sengon di rumah kaca 2. Interaksi bahan baku kontainer dan perekat berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit sengon di rumah kaca.

1.4 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Memberikan informasi kepada masyarakat akan kegunaan limbah organik untuk pembuatan kontainer semai yang ramah lingkungan. 2. Memberikan alternatif solusi untuk menggantikan fungsi polybag dengan kontainer ramah lingkungan sebagai media tumbuh semai yang praktis dan efisien.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA