Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Pengamatan pertumbuhan

BAB III BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium dan rumah kaca Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor yang dilaksanakan 7 bulan, mulai April 2009 sampai Oktober 2009.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : oven, calliper, ember, tong, kompor, wajan, alat pencetak kontainer, timbangan analitik, cat, gunting, saringan, seperangkat alat ukur, alat tulis, dan kamera digital. Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : semai sengon berumur 2 minggu benih berasal dari laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB, koran bekas, arang sekam, pasir, perekat, serasah, dan kompos. Perekat yang digunakan yaitu tapioka dan tanin dari sari kulit Acacia mangium. .

3.3 Prosedur Penelitian

Bahan dasar dalam pembuatan kontainer organik ini adalah koran bekas, serasah, kompos, tepung tapioka kanji dan tanin.

3.3.1 Penyiapan Bubur Kertas.

Kertas koran terlebih dahulu di sobek-sobek menggunakan gunting. Selanjutnya direndam dalam tong berisi air selama satu minggu dan dilakukan pengadukan serta penggantian air setiap 2 hari sekali. Setelah terlihat seperti bubur kertas maka dilakukan penyaringan untuk mengurangi kadar air dan dibiarkan semalam.

3.3.2 Penyiapan Bahan Baku.

Bahan pencampur yang digunakan adalah kompos dan serasah daun yang berasal dari jenis jati. Keduanya dilakukan pengukuran kadar air awal dan akhir sehingga didapatkan kadar air standar. Hal ini untuk memudahkan pengadukan dengan kertas koran.

3.3.3 Pencampuran

Pencampuran antara pulp atau bubur kertas dengan bahan pencampur lain, dengan persentase sebagai berikut : 1. Kertas koran 100 2. Kertas koran 100 + Perekat Tanin 5 3. Kertas koran 100 + Perekat Tapioka 5 4. Kertas koran + Serasah 50:50 5. Kertas koran + Serasah 50:50 + Perekat Tanin 5 6. Kertas koran + Serasah 50:50 + Perekat Tapioka 5 7. Kertas koran + Kompos 50:50 8. Kertas koran + Kompos 50:50 + Perekat Tanin 5 9. Kertas koran + Kompos 50:50 + Perekat Tapioka 5

3.3.4 Pemberian Perekat dan Pencampuran

Perekat yang diberikan berasal dari tepung tapioka dan tanin dengan konsentrasi 5. Semua bahan pada langkah 3 dilakukan pencampuran dengan langkah 4. Pengadukan dilakukan secara manual dan diharapkan dalam pengadukan semerata mungkin agar media dan perekat benar-benar menyerap. Dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah perbandingan kadar air agar tidak terjadi kelebihan dalam pemberian air terhadap perekat maupun pada koran.

3.3.5 Pencetakan

Sebelum dilakukan pencetakan dilakukan pengukuran untuk berapa gram kira-kira dibutuhkan bahan untuk membuat satu kontainer. Untuk itu dilakukan penimbangan terhadap media yang akan diisi, tetapi dalam hal ini hanya digunakan beberapa sampel untuk masaing-masing perlakuan sehingga dari sample tersebut didapatkan nilai rata-rata gram untuk satu container. Setelah selesai pencetakan kontainer dikeringkan dan dijemur, selanjutnya di oven selama 2 hari pada suhu 60 C Gambar 1a, setelah itu dilakukan perapihan dengan memotong bagian bawah kontainer agar dapat berdiri Gambar 1b Gambar 1 Pencetakan kontainer; pengovenan a, perapihan b

3.4 Penyiapan Benih Sengon Paraserianthes falcataria L Nielsen

Untuk mengecambahkan benih sengon terlebih dahulu benih tersebut direndam selama satu hari. Setelah perendaman benih ditabur di media semai.

3.4.1 Perkecambahan Benih

Media yang digunakan dalam pengecambahan adalah pasir halus, sedangkan untuk media sapih digunakan media dengan komposisi tanah subsoil dicampur dengan arang sekam dengan perbandingan 1:1. Benih sengon yang dikecambahkan berasal dari laboratorium silvikultur Fakultas Kehutanan IPB Dramaga. Benih sengon P. falcataria L Nielsen sebanyak 1 kg disebar secara merata pada bak kecambah berukuran ± 25 cm x 30 cm. Sebelum benih ditabur dapat dicampur dengan pasir halus agar tersebar merata. Perbandingan benih dan pasir adalah 1:1 vv. Pemeliharaan selama pengecambahan yaitu dengan menyiram dua kali sehari, pagi dan sore.

3.4.2 Penyapihan Semai

Setelah benih sengon tumbuh menjadi semai dan memiliki 2-3 pasang daun selebar, semai dipindahkan kedalam kontainer semai organik yang berisi media campuran berupa tanah subsoil sebanyak 23 volume dari kontainer semai organik, dan arang sekam. Ada 9 jenis campuran kontainer semai organik yaitu: 1. KKO = kertas koran 2. KKSrO = kertas koran serasah 3. KKKO = kertas koran kompos 4. KKTp5 = kertas koran kanji 5. KKSrTp5 = kertas koran kanji serasah 6. KKKTp5 = kertas koran kanji kompos 7. KKTn5 = kertas koran tanin 8. KKSrTn5 = kertas koran tanin serasah 9. KKKTn5 = kertas koran tanin kompos Teknik penyapihan semai sengon dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Persiapan media penyapihan. Media yang digunakan berupa campuran tanah subsoil dan arang sekam dengan perbandingan 1:1. Ditempatkan dalam kontainer semai organik dan disiram sampai jenuh. b. Pencabutan semai dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak akar. Sebelum semai dicabut, media pengecambahan disiram sampai basah, tujuannya agar mempermudah semai untuk dicabut. Saat pencabutan, media pengecambahan diusahakan terbawa agar akar tetap utuh dan tidak rusak. c. Penanaman dalam kontainer semai organik dengan cara melubangi tanah sedalam ±2,5 cm lalu semai ditanam dalam lubang tersebut hingga bagian akar terbenam, kemudian dilakukan penyiraman secara hati-hati agar semai yang baru ditanam tidak roboh. Jumlah semai yang digunakan untuk setiap perlakuan adalah 50 kali ulangan.

3.4.3 Pemeliharan

Pemeliharaan semai meliputi pembersihan media dari rumput gulma, penyiraman tanaman yang dilakukan setiap hari pagi dan sore, dan pemupukan. Pemupukan dilakukan setiap 1 minggu sekali dimulai ketika semai berumur 1 BSP bulan setelah penyapihan. Pupuk yang digunakan berupa pupuk daun gandasil-D dengan dosis 1 gram untuk 1 liter air.

3.4.4 Pemanenan Bibit Sengon

Pemanenan dilakukan dengan cara menghancurkan kontainer semai organik kemudian memisahkan tanaman dengan tanah. Hal ini dilakukan dengan hati-hati agar akar tanaman tidak ikut tercabut ketika dipisahkan dengan tanah. Setelah itu bagian pucuk dan akar tanaman dipisahkan menggunakan pisau carter kemudian masing-masing bagian ditimbang.

3.5 Pengamatan pertumbuhan

Parameter yang diamati dalam pengamatan uji ketahanan kontainer semai organik adalah : 1. Tinggi semai ; diukur 2 minggu sekali selama 3 bulan 12 minggu menggunakan penggaris. Batas bawah mulai dari tanah dan pucuk sebagai batas atas pengukuran tinggi. 2. Diameter semai; diukur pada awal dan akhir pengamatan ±2cm dari permukaan tanah dengan menggunakan caliper. 3. Berat Basah Pucuk BBP dan Berat Basah Akar BBA; diperoleh dengan memisahkan bagian pucuk dan akar semai setelah pemanenan lalu masing-masing bagian ditimbang dengan alat timbangan digital neraca Ohauss. 4. Bobot Kering Total BKT; dihitung pada akhir pengamatan. Akar dan pucuk dipisah lalu dioven pada suhu 105ºC selama 1 hari 24 jam ditimbang dengan neraca Ohaiss. Didapat bobot kering pucuk dan akar. Berat Kering Total BKT adalah jumlah dari berat kering pucuk dan akar. 5. Penghitungan Nisbah Pucuk Akar NPA : NPA = gram gAkar BeratKerin gram gPucuk BeratKerin 6. Analisis kandungan hara N, P, K dan pH pada media tumbuh sesudah dan sebelum perlakuan dilakukan di Laboratorium Analisis Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB.

3.6 Rancangan Penelitian