Kayu Keruing Menurut Martawijaya Kayu angka

2.5.2 Kayu Keruing Menurut Martawijaya

. 2005, kayu keruing memiliki nama latin spp., famili Dipterocarpaceae. Ciri umum kayu keruing memiliki kayu teras berwarna coklat merah, coklat, kelabu coklat atau merah coklat kelabu, sedangkan kayu gubal berwarna kuning atau coklat muda semu semu kelabu dan mempunyai batas yang jelas dengan kayu teras, lebar 2 10 cm. Tekstur kayu kasar, kadang kadang agak kasar. Arah serat lurus, kadang kadang berpadu, permukaan kayu agak licin atau licin dan seringkali melengket, kayu mempunyai bau damar yang agak menyolok. Jari jari sempit sampai berseri banyak. Kayu keruing memiliki berat jenis 0,79 0,51 0,99; kelas kuat II I; keteguhan tekan sejajar serat 626 kgcm 2 . Kayu keruing agak sukar dikeringkan karena nilai penyusutan serta perbedaan antara penyusutan arah radial dan tangensial yang agak besar serta cenderung mudah pecah dan melengkung. Kegunaan kayu keruing adalah cocok untuk konstruksi bangunan, lantai, karoseri kerangka, lantai, dan dinding, bangunan perumahan dan bantalan kereta api. Selain itu, banyak juga dipakai untuk perkapalan dek dan kulit tongkang dan bagian perumahan balok, tiang, papan, dan kerangka atap. Tempat tumbuh kayu keruing ini di dalam hutan hujan tropis dengan tipe curah hujan A dan B, lebih banyak tumbuh pada tanah daratan kering, tanah berpasir, tanah liat, tanah berbatu, latosolpodsolik merah kuning.

2.5.3 Kayu angka

Kayu nangka Lamk. merupakan famili Moraceae Burges, 1996. Kayu nangka di Pulau Jawa banyak digunakan untuk membuat tiang bangunan, kentongan, lesung dan bahan untuk mebel. Di Bali dan Makassar kayu tersebut sering digunakan untuk tiang tiang rumah raja. Kayu nangka mempunyai sifat agak berat, agak padat dan padat. Kayu nangka mempunyai berat jenis maksimum 0,71 dan berat jenis minimum 0,55 dengan berat jenis rata rata 0,66 dan kelas kuat II Anonim, 1981. Kayu nangka memiliki kelas awet II III. Ciri umum dari kayu ini yaitu seratnya agak kasar dan berwarna kuning sirun mengkilat Murwentianto, 2003. Penelitian yang digunakan oleh Isrianto 1997 menunjukkan bahwa selama pengeringan dari keadaan basah sampai kering udara, penyusutan yang terjadi pada bidang radial R dan bidang tangensial T hampir sama dan relatif stabil TR ratio mendekati 1. Kayu nangka memiliki nilai elastisitas MOEs dan MOEd yaitu sebesar 29.179 kgcm 2 dan 105.807 kgcm 2 . Sedangkan nilai MOR yang terdapat pada kayu nangka yaitu sebesar 485,75 kgcm 2 Rita, 2007.

2.5.4 Kayu Akasia