60
Keterangan: n = jumlah observasi; k = jumlah variabel bebas
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Dalam penelitian ini untuk menguji hipotesis penelitian menggunakan analisis regresi linier berganda yaitu melihat pengaruh
BOPO, NPF, FDR dan SBIS terhadap ROA pada BUS di Indonesia, persamaan matematis analisis regresi linier berganda dituliskan sebagai
berikut : Y = a + b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ b
3
X
3
+ b
4
X
4
+ e Dimana:
Y = profitabilitas a
= konstanta X
1
= BOPO b
1
-b
4
= koefisien regresi X
2
= NPF e
= error X
3
= FDR X
4
= SBIS Analisis regresi linier berganda meliputi uji Koefisien
Determinasi R
2
bertujuan untuk melihat sumbangan efektif Biaya Operasional Pendapatan Operasional BOPO,
Non Performing Financing NPF, Financing to Deposit Ratio FDR dan Sertifikat
Bank Indonesia Syariah SBIS dalam menjelaskan Return on Asset
ROA pada Bank Umum Syariah BUS di Indonesia, uji F bertujuan melihat pengaruh secara simultan Biaya Operasional Pendapatan
Operasional BOPO, Non Performing Financing NPF, Financing to
Deposit Ratio FDR dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS
61
terhadap Return on Asset ROA pada Bank Umum Syariah BUS di
Indonesia dan uji T untuk melihat pengaruh secara parsial Biaya Operasional Pendapatan Operasional BOPO,
Non Performing Financing NPF, Financing to Deposit Ratio FDR dan Sertifikat
Bank Indonesia Syariah SBIS terhadap Return on Asset ROA pada
Bank Umum Syariah BUS di Indonesia.
4. Pengujian Hipotesis
a. Uji T
Uji T dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing- masing variabel independen secara parsial terhadap variabel
dependen. Uji T dilakukan dengan membandingkan t hitung terhadap t tabel dengan ketentuan sebagai berikut Ghozali,2009 :
1 H
: b = 0, berarti tidak ada pengaruh signifikan dari masing- masing variabel independen terhadap variabel dependen.
2 H
1
: b ≠ 0, berarti ada pengaruh yang signifikan dari masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial.
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95 atau taraf signifikan 5 α = 0,05 dengan kriteria sebagai berikut :
1 Jika t hitung t tabel dan probabilitas nilai signifikan
tingkat signifikans i 5 α = 0,05 maka H
1
diterima dan H ditolak berarti ada pengaruh yang signifikan dari masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen.
62
2 Jika t hitung t tabel dan probabilitas nilai signifikansi
tingkat signifikansi 5 α = 0,05 maka H diterima dan H
1
ditolak berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari masing- masing variabel independen terhadap variabel dependen.
Dimana t tabel ditentukan dengan mencari derajat bebasnya yaitu df = N-k.
b. Uji F Uji Simultan
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen secara bersama-sama simultan dapat
berpengaruh terhadap variabel dependen. Cara yang digunakan adalah dengan membandingkan nilai f hitung dengan f tabel
dengan ketentuan sebagai berikut Ghozali, 2009: 1 H
: b
1
= b
2
= ...= bk = 0, berarti tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen secara
simultan. 2
H
1
: b
1
≠ b
2
≠...≠ bk ≠ 0,berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen secara
simultan. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95 atau
taraf signifikan 5 α = 0,05 dengan kriteria sebagai berikut : 1
Jika f hitung f tabel dan probabilitas nilai signifikan tingkat signifikansi
5 α = 0,05 maka H
1
diterima dan H ditolak berarti ada variabel independen secara bersama-sama
63
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
2 Jika f hitung f tabel dan probabilitas nilai signifikansi
tingkat signifikansi 5 α = 0,05 maka H
diterima dan H
1
ditolak berarti ada variabel independen secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen. Dimana f tabel ditentukan dengan mencari derajat bebasnya yaitu df1=k-1 dan df2=N-k, dimana N = jumlah
sampel dan k = jumlah variabel.
c. Koefisien Determinasi R
2
Koefisien determinasi R
2
pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan variabel penjelas yaitu Biaya Operasional
Pendapatan Operasional BOPO X
1
, Non Performing Financing
NPF X
2
, Financing to Deposit Ratio FDR X
3
dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS X
4
dalam menerangkan variasi variabel dependen yaitu
Return on Asset ROA pada Bank Umum Syariah BUS di Indonesia. Nilai koefisien determinasi adalah
antara nol 0 dan satu 1. Nilai R
2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel- variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang
cross section
64
relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing- masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu
time series biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi
Ghozali, 2009. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang
dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R
2
pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai
Adjusted R
2
Adjusted R Square pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R
2
, nilai Adjusted R
2
dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model Ghozali, 2009.
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Dependent
Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi oleh
variabel yang mendahuluinya. Dalam mengukur kinerja perbankan syariah rasio yang digunakan adalah rasio Profitabilitas. Dimana rasio
profitabilitas merupakan salah satu alat untuk mengukur kinerja keuangan bank dan digunakan untuk melihat kemampuan bank dalam
menghasilkan pendapatan. Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah ROA
Return on Asset. ROA adalah rasio
65
yang menunjukan kemampuan dari keseluruhan aktivitas yang ada dan digunakan untuk menghasilkan keuntungan.
2. Variabel Independent
a. Biaya Operasional Pendapatan Operasional BOPOX
1
Biaya Operasional Pendapatan Operasional BOPO adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Semakin rendah rasio ini berarti semakin efisien biaya opersional yang
dikeluarkan bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil, sebaliknya keuntungan yang diperoleh
semakin besar.
b. Non Performing Financing NPFX
2
Non Performing Financing NPF adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang
Laba sebelum pajak ROA =
x 100 Total aset
Biaya operasional BOPO =
x 100 Pendapatan operasional
66
menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.
c. Financing to Deposit Ratio FDRX
3
Financing to Deposit Ratio FDR adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam pembiayaan
dengan menggunakan dana yang dihimpun dari pihak ketiga. Semakin tinggi rasio ini, likuiditas semakin menurun karena
jumlah dana yang diperlukan untuk pembiayaan juga semakin banyak dan keuntungan yang diperoleh juga semakin besar.
d. Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBISX
4
Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek
dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh bank indonesia Bank Indonesia, 2008. Data Sertifikat Bank Indonesia Syariah
SBIS yang digunakan adalah data laporan keuangan per triwulan periode triwulan I 2010 hinggan triwulan IV 2014. Data tersebut di
Pembiayaan bermasalah NPF =
x 100 Total Pembiayaan
Pembiayaan Yang Diberikan FDR =
x 100 Dana pihak ketiga
67
peroleh dari situs website Bank Indonesia www.bi.go.id, website bank syariah dan website OJK www.ojk.go.id.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia
Di Indonesia, bank Islam pertama, Bank Mu‘amalat Indonesia BMI baru bisa didirikan pada tahun 1992, padahal pemikiran
mengenai hal ini sudah terjadi sejak dasawarsa ‘70-an. Walaupun perkembangannya agak terlambat bila dibandingkan dengan negara-
negara Muslim lainnya, perbankan syariah di Indonesia akan terus
berkembang Karim, 2007:25.
Bila pada periode tahun 1992-1998 hanya ada satu unit Bank Umum Syariah, maka pada tahun 2010, jumlah bank syariah di
Indonesia telah mengalami peningkatan dimana telah bertambah menjadi 184 unit, yaitu 11 unit Bank Umum Syariah, 23 unit Unit
Usaha Syariah dan 150 unit Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Sedangkan pada tahun 2014 jumlah bank syariah di Indonesia telah
mengalami peningkatan yang cukup baik dimana jumlah bank syariah di Indonesia bertambah menjadi 197 unit, yaitu 12 unit Bank Umum
Syariah, 22 unit Unit Usaha Syariah dan 163 unit Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Perkembangan jumlah unit Bank Umum Syariah, Unit
Usaha Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dapat dilihat pada
gambar 4.1 dibawah ini:
69
Gambar 4. 1 Perkembangan Jumlah Bank Syariah di Indonesia periode 2010-2014
Sumber: Statistik Perbankan Syariah diolah Berdasarkan gambar 4.1 diatas, dapat dilihat bahwa
perkembangan bank syariah di Indonesia semakin baik. Seiring berkembangnya bank syariah di Indonesai tentunya harus di imbangin
oleh sumber daya insani yang memadai, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Salah satu faktor yang memghambat perkembangan bank
syariah di Indonesia adalah masih banyaknya institusi syariah yang melibatkan sumber daya insani yang tidak memiliki pengalaman
akademis maupun praktis dalam Islamic Banking. Kondisi ini cukup
signifikan mempengaruhi produktifitas dan profesionalisme perbankan syariah itu sendiri. Oleh karena itu, ada baiknya perbankan syariah atau
pemerintah memberikan perhatian lebih agar dapat mencetak sumber
70
daya insani yang mampu mengamalkan ekonomi syariah disemua lini agar perbankan syariah di Indonesia menjadi lebih baik lagi.
2. Perkembangan BOPO Bank Umum Syariah BUS di Indonesia