Uji Asumsi Klasik Pengaruh Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Return On Asset (ROA) (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah di

77

2. Uji Asumsi Klasik

Variabel dependent yang dihunakan adalah Return on Asset ROA. Variabel independent yang digunakan dalam penelitian ini adalah Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO, Non Performing Financing NPF, Financing to Deposit Ratio FDR dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah nilai residual yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau tidak. Dalam uji normalitas peneliti menggunakan analisis grafik dengan melihat penyebaran data titik pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya dan analisis statistik dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov K- S. Dasar pengambilan keputusan menurut Ghozali 2012:112 adalah: 1 Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2 Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. 78 Uji normalitas dengan analisis statistik dengan menggunakan uji statistik non —parametrik Kolmogorov-Smirnov dan uji analisis grafik dalam penelitian ini di olah dengan bantuan SPSS 22. Berikut adalah hasil dari uji normalitas: 1 Analisis Grafik Histogram Gambar 4. 6 Histogram Sumber: Hasil Olah Data Berdasarkan gambar diatas, terlihat bahwa sebaran data residual secara umum tidak membentuk lonceng, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai residual tidak mendekati normal atau data tidak berdistribusi normal. Oleh karena itu agar mendapatkan data yang normal peneliti melakukan Ln, sehingga didapat hasil sebagai berikut: 79 Gambar 4. 7 Histogram Hasil Ln Sumber: Hasil olah data Berdasarkan gambar diatas, terlihat bahwa sebaran data residual secara umum hampir berbentuk lonceng, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai residual mendekati normal atau data berdistribusi normal. 2 Analisis Grafik dengan Normal Probability Plot Normal P-Plot 80 Gambar 4. 8 Grafik P-Plot Sumber: Hasil Olah Data Berdasarkan gambar diatas, terliha bahwa penyebaran data titik tidak menyebar disekitar garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal yang berarti bahwa data tidak berdistribusi normal. Oleh karena itu peneliti melakukan Ln agar mendapatkan data yang normal. Hasil dari Ln adalah sebagai berikut: 81 Gambar 4. 9 Grafik P-Plot Hasil Ln Sumber: Hasil olah data Berdasarkan gambar diatas, terlihat bahwa penyebaran data titik menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal yang berarti bahwa data berdistribusi normal. 3 Analisis Statistik dengan Kolmogorov-Smirnov Tabel 4. 2 Kolmogorov-Smirnov Sumber: Hasil Olah Data 82 Berdasarkan tabel diatas, didapatkan hasil Kolmogorov- Smirnov adalah 0,349 dan signifikan pada 0,000 hal ini berarti Ha diterima yang berarti data residual tidak berdistribusi normal. Olah karena itu peneliti melakukan Ln agar dapat menghasilkan data yang normal. Hasil dari Ln adalah sebagai berikut: Tabel 4. 3 Kolmogorov-Smirnov Hasil Ln Sumber: Hasil olah data Berdasarkan tabel diatas, didapatkan hasil Kolmogorov- Smirnov adalah 1,065 dan signifikan pada 0,207 hal ini berarti H diterima yang berarti data residual berdistribusi normal atau model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinieritas yaitu adanya hubungan linier atau variabel independent dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak 83 adanya multikolinieritas. Pada pembahasan ini akan dilakukan uji multikolinieritas dengan melihat nilai inflation factor VIF pada model regresi. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance 0,10 atau sama dengan VIF 10, maka model dinyatakan tidak terdapat gejala multikolinieritas. Berikut ini adalah hasil dari uji multikolinieritas: Tabel 4. 4 Uji Multikolinieritas dengan Model Tolerance dan VIF Sumber: Hasil olah data Berdasarkan output pada Coefficient diatas, terlihat bahwa nilai Tolerance variabel Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO sebesar 0,675, Non Performing Financing NPF sebesar 0,922, Financing to Deposit Ratio FDR sebesar 0,883 dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS sebesar 0,690. Sedangkan nilai VIF variabel Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO sebesar 1,481, Non Performing Financing NPF sebesar 1,084, Financing to Deposit Ratio FDR sebesar 1,133 dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS sebesar 1,449. Dari hasil diata dapat 84 disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terdapat gejala multikolinieritas, karena nilai Tolerance 0,10 dan nilai VIF 10.

c. Uji heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas. Yang diharapkan pada model regresi adalah homoskedastisitas. Berikut adalah hasil dari uji heteroskedastisitas: Tabel 4. 5 Uji Heteroskedastisitas dengan Model Spearman’s rho Sumber: Hasil Olah Data 85 Berdasarkan hasil diatas, dapat diketahui bahwa nilai korelai 2 dua variabel independent dengan Unstandardized Residual memiliki nilai signifikan lebih dari 0,05. Karena signifikan lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel BOPO dan NPF tidak signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi heterokedastisitas. Oleh karena itu peneliti melakukan Ln, sehingga didapat hail sebagai berikut: Tabel 4. 6 Uji Heteroskedastisitas dengan Model Spearman’s rho Hasil Ln Sumber: Hasil olah data Berdasarkan output diatas, dapat diketahui bahwa nilai korelai ke 4 empat variabel independent dengan Unstandardized Residual memiliki nilai signifikan lebih dari 0,05. Karena 86 signifikan lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada suatu pengamatan dengan pengamatan yang lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Uji Durbin-Watson Uji D- W merupakan uji yang sangat popular untuk menguji ada-tidaknya masalah autokorelasi dari model empiris yang diestimasi. Berikut adalah hasil dari uji autokorelasi: Tabel 4. 7 Uji Durbin-Watson Sumber: Hasil olah data Berdasarkan tabel diatas, didapat nilai Durbin-Watson sebesar 1,565. Jika dibandingkan dengan tabel Durbin-Watson dengan n = 80 dan jumlah variabel independent k=4 diperolah nilai tabel dL lower = 1,53 dan dU upper = 1,74, sehingga nilai 4-dU sebesar 4-1,74 = 2,26 sedangkan nilai 4-dL sebesar 4-1,53 = 87 2,47. Nilai Durbin-Watson DW sebesar 1,565 berada dibawah dU =1,74 maka hasilnya tidak dapat disimpulkan. a. Pengobatan Autokorelasi Oleh karena hasil dari Durbin-Watson tidak dapat disimpulkan  maka nilai standard error SE dan nilai t- statistik tidak dapat dipercaya sehingga diperlukan pengobatan. Pengobatan autokorelasi tergantung dari nilai  yang dapat diestimasi dengan beberapa cara seperti dibawah ini Imam Ghozali, 2012:130: a. Nilai ρ diestimasi dengan Durbin-Watson d b. Nilai ρ diestimasi dengan Theil-Nagar d Langkah Analisis: 1. Dapatkan nilai la satu residual Ut_1 dengan perintah Transform dan Compute. Isikan pada target variabel Ut_1 dan isikan pada kotak Numeric Expression LagRes_1. 2. Dari menu utama SPSS, pilih Analyze, kemudian submenu Regression¸ lalu pilih Linear. Pada kotak dependent isikan variabel Res_1 Ut dan pada kotak independent isikan variabel Ut_1 Lag satu dari Ut. Abaikan yang lain dan pilih OK. 88 Berdasarkan hasil output SPSS diperolah hasil nilai  sebesar 0,214 yaitu nilai koefisien variabel Ut_1. Berdasarkan pada perhitungan diatas diperolah nilai  menurut berbagai metode seperti terllihat pada tabel dibawah ini: Metode Nilai  Durbin-Watson d 0,2175 Theil-Nagar d 0,2208 Cochrane-Orcutt Step 1 0,214 Ketiga metode ternyata menghasilkan nilai yang hampir sama. Untuk itu penulis memilih metode Theil_nagar d unrtuk mentransformasikan persamaan regresi. Langkah Analisis: 1. Membentuk variabel ROAt_1, BOPOt_1, NPFt_1, FDRt_1 dan SBISt_1 dengan perintah Transform dan Compute. Pada kotak Target Variable diisilan ROAt_1, dan pada kotak Numeric Expression diisikan LnROA-0,2208LagLnROA. Lakukan hal yang sama untuk semua variabel X. 89 2. Dari menu utama SPSS pilih Analyze, kenudian Regression, lalu pilih Linear. Pada kotak dependent isikan variabel ROAt_1, serta pada kotak independent isikan variabel BOPOt_1, NPFt_1, FDRt_1 dan SBISt_1. 3. Pilih Statistik dan aktifkan Durbin_Watson untuk menguji apakan masih terjadi autokorelasi. Abaikan lainnya dan pilih OK. 4. Hasil output SPSS. Tabel 4. 8 Hasil Pengobatan Uji Durbin-Watson Sumbe: Hasil olah data Membandingkan hasil regresi persamaan awal sebelum dilakukan pengobatan dan hasil regresi setelah pengobatan ternyata dapat dibandingkan comparable. Perbedaan tersebut terletak pada nilai Durbin-Watson. Pada persamaan awal nilai Durbin-Watson sebesar 1,545 dan hasil tidak dapat disimpulkan, sedangkan dengan persamaan regresi setelah dilakukan pengobatan nilai Durbin-Watson menjadi sebesar 2,040. Karena nilai Durbin-Watso 2,040 terletah antara dU dengan 4-dU, maka dapat disimpulkan bahwa model 90 persamaan regresi tersebut sudah tidak mengandung masalah autokorelasi.

2. Analisis Regrasi Linier Berganda

Dokumen yang terkait

Pengaruh Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia

1 65 87

Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Operational Efficiency Ratio, Financing To Deposit Ratio Terhadap Return On Asset Bank Mega Syariah Indonesia

2 41 105

Pengaruh Piutang Murabahah, Mudharabah, Musyarakah, dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA) Pada Bank Umum Syariah di Indonesia

0 65 103

Analisis Pengaruh Financing To Deposit Ratio (FDR) Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Suariah (SBIS), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA), Periode Januari 2009-2012

1 14 151

Analisis pengaruh Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Terhadapa Pendapatan Operasional (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap laba perbankan syariah di Indonesia periode September 2009 – De

0 4 163

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF), dan inflasi terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia periode 2010-2013

2 8 115

Analisis Pengaruh Financing To Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing (NPF), Suku Bunga Dan Bank Size Terhadap Pembiayaan KPR Syariah (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah di Indonesia dan Malaysia Periode 2010-2016)

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Perbankan Syariah - Pengaruh Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia

0 0 17

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia

0 0 7

Pengaruh Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia

0 0 11