3. Instrumen work engagement
Untuk mengukur work engagement terdapat alat ukur baku yang telah disusun oleh Schaufeli dalam Seppala et al., 2009 yaitu Utrecht Work Engagement Scale
UWES. Alat ukur ini mengukur 3 aspek work engagement yaitu vigor, dedication, dan absorption. UWES terdiri dari 17 item dengan 6 respon dengan
skala Likert dimulai dari tidak pernah sampai setiap hari. Adapun blue print skala work engagement dijelaskan pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 Blue print skala
work engagement Komponen
Indikator Item
Fav Unfav
Vigor Curahan energi dan mental yang kuat.
Semangat dalam bekerja. Berusaha
sekuat tenaga
untuk menyelesaikan pekerjaan.
1, 2, 3, 4, 5, 6 2
Dedication Terlibat sangat kuat dengan pekerjaannya.
Bangga akan pekerjaannya. Antusias dalam bekerja.
7, 8, 9, 10, 11 -
Absorption Larut dalam pekerjaan.
Sulit lepas dari pekerjaan. Waktu terasa cepat berlalu ketika bekerja.
12, 13, 14, 15, 16, 17
-
3.4 Uji Validitas Konstruk
Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan CFA Confirmatory Factor Analysis dengan software Lisrel 8.70.
Umar 2011 menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan untuk mendapatkan kriteria hasil CFA yang baik adalah:
1. Dilakukan uji CFA dengan model satu faktor dan dilihat nilai Chi-Square yang dihasilkan. Jika nilai Chi-Square tidak signifikan p 0,05 berarti semua item
hanya mengukur satu faktor saja. Namun, jika nilai Chi-Square signifikan p0,05, maka perlu dilakukan modifikasi terhadap model pengukuran yang diuji
sesuai langkah kedua berikut ini. 2. Jika nilai Chi-Square signifikan p 0,05, maka dilakukan modifikasi model
pengukuran dengan cara membebaskan parameter berupa korelasi kesalahan pengukuran. Ini terjadi ketika suatu item selain mengukur konstruk yang ingin
diukur, item tersebut juga mengukur hal yang lain mengukur lebih dari satu konstruk atau multikomponenonal. Jika setelah beberapa kesalahan pengukuran
dibebaskan untuk saling berkorelasi dan akhirnya diperoleh model fit, maka model terakhir inilah yang akan digunakan pada langkah selanjutnya.
3. Jika telah diperoleh model yang fit, maka dilakukan analisis item dengan melihat apakah muatan faktor item tersebut signifikan dan mempunyai nilai koefisien
positif. Jika t-value untuk koefisien muatan faktor suatu item lebih besar dari 1,96 absolut, maka item tersebut dinyatakan signifikan dalam mengukur faktor yang
hendak diukur tidak di-drop. 4. Setelah itu dilihat apakah ada item yang muatannya negatif. Perlu dicatat bahwa
untuk alat ukur yang bukan mengukur kemampuan misal: personality inventory, jika ada pernyataan negatif perlu dilakukan penyesuaian arah skoringnya yang
diubah menjadi positif. Jika sudah dibalik, maka berlaku perhitungan umum dimana item bermuatan faktor negatif di-drop.