3. Optimism,  terkait  dengan  bagaimana  seseorang  meyakini  bahwa  diriya
mempunyai potensi untuk bisa  berhasil dan sukses dalam  hidupnya Scheier dan Carver, 1985, dalam Xanthopoulou, Bakker, Demerouti, dan Schaufeli, 2007.
2.3.3 Pengukuran Personal resources
Pada  pengukuran  personal  resources  biasanya  dilakukan  dengan  menggabungkan beberapa  skala  pengukuran  dari  masing-masing  komponen,  kemudian  digabungkan
menjadi  satu  kesatuan  instrument  pengukuran.  Pada  penelitian  sebelumya Xanthopoulou,  Bakker,  Demerouti,  dan  Schaufeli  2007  menggunakan  skala
General  Self-Efficacy  Scale  yang  dikembangkan  oleh  Schwarzer  dan  Yerusalem 1995  yang  terdiri  dari  10  item  untuk  mengukur  self  efficacy.  Komponen
organizational  based  self  esteem  diukur  dengan  menggunakan  skala  yang dikembangkan  oleh  Pierce,  Gardner,  Cummings,  dan  Dunham    1989  yang  terdiri
dari 10 item dan pengukuran pada komponen  optimisme dengan mengadaptasi skala Life-Orientation  Test-Revised  LOT-R  yang  dikembangkan  oleh    Scheier,  Carver,
dan Bridges 1994 yang terdiri dari 10 item. Pada  penelitian  ini  peneliti  mengukur  personal  resources  dengan
menggunakan skala organizational based self esteem scale yang dikembangkan oleh Pierce et al 1989 dengan 10 item.  Kemudian komponen  self efficacy dan optimism
diukur  dengan  menggunakan  PCQ  Psychological  Capital  Questionarre  milik Luthans  dan  Avolio  2007.  Skala  ini  terdiri  dari  6  item  mengukur  optimism  dan  6
item  mengukur  self  efficacy.  Dengan  alasan,  pada  skala  pengukuran  Psychological Capital Questionarre terdapat komponen yang sama yaitu self efficacy dan optimism.
2.4 Kerangka Berpikir
Pada  era  sekarang  ini,  kinerja  karyawan  yang  tinggi  menjadi  penting  bagi keberhasilan  sebuah  perusahaan.  Steers  2003  mendefinisikan  kinerja  sebagai
“tingkat yang menunjukan seberapa jauh pelaksanaan tugas dapat dijalankan secara aktual dan misi organisasi tercapai.” Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa  kinerja  adalah  gambaran  mengenai  tingkat  pencapaian  seorang  karyawan terhadap  pelaksanaan  tugas  dan  memenuhi  perannya  yang  sesuai  dalam  organisasi.
Untuk mencapai kinerja yang tinggi, karyawan perlu memiliki work engagement yang tinggi pula. Karyawan yang memiliki work engagement tinggi akan memihak dengan
kuat  pada  jenis  kerja  yang  dilakukan  dan  benar-benar  peduli  dengan  jenis  kerja  itu. Dengan  kata  lain,  karyawan  yang  sangat  engage  akan  tetap  termotivasi  meskipun
dalam keadaan yang merugikan, seperti sumber daya yang terbatas, peralatan kurang memadai,  tekanan  waktu,  dan  sebagainya.  Sebaliknya,  karyawan  yang  tidak  engage
akan cenderung termotivasi hanya di bawah kondisi yang menguntungkan atau ketika mencoba  untuk  mencapai  tujuan,  tujuan  jangka  pendek  yang  akan  menghasilkan
imbalan pribadi. Work engagement meningkat ketika karyawan berhasil mengerjakan pekerjaan inti maupun bukan pekerjaan inti mereka.
Work  engagement  adalah  tingkatan  komitmen  dan  keterlibatan  karyawan dalam  meraih  visi  misi  perusahaan.  Seorang  karyawan  yang  memiliki  work
engagement  akan  mengetahui  tentang  bisnis  perusahaan  dan  bekerja  bersama rekannya  untuk  selalu  meningkatkan  kinerja  demi  keunggulan  perusahaan.  Hal  ini
merupakan  perilaku  positif  yang  ditunjukkan  karyawan  untuk  perusahaan.