Pengungkapan Corporate Social Responsibility Systemic Risk

24 pengetahuan dan pemahaman auditor bertambah dan jauh lebih baik mengenai internal kontrol perusahaan, resiko bisnis, dan resiko audit pada perusahaan tersebut. Dapat dikatakan bahwa auditor spesialis memiliki kemampuan dan pengetahuan yang memadai dibanding auditor yang tidak memiliki kemampuan spesialis Andreas, 2012.

5. Pengungkapan Corporate Social Responsibility

Dalam beberarapa tahun terakhir, tanggung jawab perusahaan terhadap sosial dan lingkungan mulai disadari oleh perusahaan sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap masyarakat. Pelaku bisnis pun juga melihat bahwa kelangsungan hidup perusahaan juga sangat bergantung pada hubungan perusahaan dengan masyarakat dan lingkungan tempat perusahaan melakukan aktivitas operasinya. Menurut World Bussiness Council for Sustainable Development WBCSD mendefinisikan CSR sebagai : “ Corporate Social Responsibility is the commitment of business to sustainable economic development, working with employees, their families, the local community and society at large to improve their quality of life “ Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengungkapan CSR merupakan sebuah alat untuk mengkomunikasikan aktivitas sosial lingkungan perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 ayat 66 2c tentang Perseroan Terbatas yang mewajibkan perusahaan untuk melaporkan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan. 25 Berdasarkan peraturan undang-undang tersebut, maka pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan bersifat wajib bagi seluruh perusahaan. Namun demikian, sampai saat ini belum ada pedoman baku yang mengatur luas pengungkapan tanggung jawab sosial dan perusahaan, yaitu seberapa banyak item-item informasi yang harus diungkapkan.

6. Systemic Risk

Dalam melakukan investasi para investor tentunya akan dihadapkan oleh dua hal, yaitu risk dan return. Untuk mendapatkan pengembalian return yang besar tentu dibutuhkan juga risiko risk yang besar juga. Saham yang besar memungkinkan investor untuk mendapatkan returm atau capital gain dalam waktu singkat, namun perubahan harga saham yang berfluktuasi juga dapat membuat investor mendapatkan kerungian dalam waktu yang singkat. Risiko merupakan besarnya penyimpangan antara expected return dengan actual return. Semakin besar penyimpangan berarti semakin besar tingkat risiko investasi tersebut. Jogiyanto 2003 mendefinisikan risiko sebagai variabilitas pendapatan yang diharapkan. Risiko suatu investasi diukur dari besarnya varians atau standar deviasi dari pengembalian yang diharapkan atau kemungkinan tingkat pengembalian yang diperoleh menyimpang dari yang diharapkan. Dengan kata lain risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return harapan Edruardus, 2010. Risiko terkait dengan ketidakpastian hasil atas peristiwa di masa depan. Banyak investor dan kreditor menilai risiko secara subjektif, 26 sedangkan pengukuran risiko secara statistik muncul dari teori koefisien beta Wild et al, 2004. Teori koefisien beta menyatakan bahwa total risiko investasi terdiri atas dua elemen yaitu: a. Risiko sistematis systemic risk Risiko ini adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor yang secara bersamaan mempengaruhi harga saham di pasar modal. Risiko ini ada karena adanya perubahan ekonomi secara makro atau politik seperti kebijakan fiskal pemerintah, pergerakan tingkat suku bunga, nilai tukar mata uang, dan inflasi. Semua ini dapat menyebabkan reaksi pasar modal yang dapat dilihat dari indeks pasar. Risiko sistematis akan selalu ada dan tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi. b. Risiko tidak sistematis unsystemic risk Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang lebih bersumber pada pengaruh-pengaruh yang mengakibatkan penyimpangan pada tingkat pengembalian yang mungkin dapat dikontrol oleh perusahaan. Risiko ini umumnya merupakan masalah khusus perusahaan seperti adanya kerusakan peralatan, pemogokan kerja, bencana alam, dan lain sebagainya. Risiko ini adalah risiko unik karena berasal dari kenyataan bahwa banyak risiko yang dihadapi perusahaan mempunyai sifat khusus yang sesuai dengan perusahaan. Risiko ini dapat diminimalkan dengan melakukan diversifikasi. 27 Menurut Suad 2005, risiko sistematik systematic risk merupakan risiko yang mempengaruhi semua banyak perusahaan. Sedangkan menurut Tandelilin 2001, risiko sistematik atau dikenal juga dengan risiko pasar market risk merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Perubahan pasar tersebut akan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Risiko sistematik ini merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan Halim, 2005. Misalnya perubahan tingkat bunga, kurs valuta asing, kebijakan pemerintah, resesi ekonomi, dsb. Risiko ini bersifat umum dan berlaku bagi semua saham. Perubahan keadaan yang terjadi di pasar dapat mempengaruhi variabilitas return atas suatu investasi. Parameter yang biasa digunakan untuk menghitung risiko sistematis adalah beta. Risiko sistematis atau risiko pasar disebut dengan beta β karena dalam permodelan capital asset pricing model CAPM beta merupakan koefisien dari fungsi positif dan linear return pasar terhadap return saham, dimana beta ini merupakan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi return saham. Saham dengan beta yang lebih dari 1 merupakan saham yang agresif yaitu saham yang sangat peka terhadap perubahan pasar. Sedangkan beta yang kurang dari 1 merupakan saham yang defensif yaitu saham yang tidak peka 28 terhadap perubahan pasar dan beta sama dengan satu menunjukkan bahwa kondisi nya sama dengan indeks pasar. Brigham 2001 mengatakan, beta mengukur perubahan relatif saham terhadap rata-rata saham dan beta saham dapat dihitung menggunakan sebuah garis. Kemiringan garis menunjukkan bagaimana setiap saham bergerak dalam menanggapi pergerakan pasar. Kemiringan koefisien dari garis regresi semacam itu didefinisikan sebagai koefisien beta. Perubahan harga saham kemungkinan akan menunjukkan risiko. Harga saham dapat bervariasi karena para investor tidak yakin tentang masa depan perusahaan, khususnya laba di masa depan. Jadi, jika perusahaan yang harga sahamnya berfluktuasi relatif lebih luas yang akan menghasilkan beta tinggi, pendapatan masa depan yang akan diperoleh investor relatif tidak dapat diprediksi.

B. Penelitian Sebelumnya

Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai topik yang berhubungan dengan penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut : 29 Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu No. Peneliti Tahun Judul Penelitian Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Gusti Ayu Putu Sintya Aryani dan Eka Ardhani Sisdyani, 2016 Profitabilitas pada Earnings Response Coefficient dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility sebagai variabel pemoderasi. Variabel Corporate Social Responsibility dan ERC Variabel Profitabilitas Profitabilitas berpengaruh positif pada earnings response coefficient, namun pengungkapan corporate social responsibility tidak mampu memoderasi pengaruh profitabilitas pada earnings response coefficient . 2. Randal J. Elder, Suzanne Lowensohn, and Jacqueline L. Reck, 2015 Audit Firm Rotaton, Auditor Specialization, and Audit Quality in the Municipal Audit Context Variabel Spesialisasi Industri Auditor Variabel Rotasi Auditor, Kualitas Audit dan Konteks Audit Perkotaan Kebijakan rotasi perusahaan audit berhubungan positif dengan kualitas audit melalui seleksi perusahaan audit. 3. Rofika, 2015 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Earnings Response Coefficient ERC Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Variabel Risiko Perusahaan dan ERC Variabel Persistensi Laba, Pertumbuhan Perusahaan, Struktur Modal dan Ukuran Perusahaan Pertumbuhan Perusahaaan dan Struktur Modal berpengaruh terhadap ERC. Persistensi Laba, Risiko Perusahaan dan Ukuran Perusahaan tidak Bersambung pada halaman selanjutnya 30 Lanjutan Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu No. Peneliti Tahun Judul Penelitian Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan berpengaruh terhadap ERC. 4. Mahboobe Hasanzade, Roya Darabi, dan Gholamreza Mahfoozi, 2013 Factors Affecting the Earnings Response Coefficient: An Empirical study for Iran. Variabel Systemic Risk dan ERC Variabel Leverage, Growth Opportunities, dan Profitability  Variabel Growth Opportunities, dan Profitability berpengaruh positif terhadap ERC.  Variabel Systemic Risk berpengaruh negatif terhadap ERC.  Variabel Leverage tidak berpengaruh terhadap ERC. 5. Nor Balkish Zakaria, dan Dalila Daud, 2013 Does Big 4 Affect the Earnings Response Coefficient ERC ? Evidence from Malaysia Variabel Spesialisasi Industri Auditor yang diproksikan dengan Kualitas Audit dan ERC Sampel yang digunakan adalah perusahaan yang terdapat di Malaysia pada tahun 2007-2010 Variabel kualitas audit berpengaruh positif terhadap ERC. 6. Maisil Delvira dan Nelvirita 2013 Pengaruh Risiko Sistematik, Leverage, dan Persistensi Variabel Risiko Sistematik dan Variabel Leverage dan Persistensi Variabel Risiko Sistematik berpengaruh Bersambung pada halaman selanjutnya 31 Lanjutan Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu No. Peneliti Tahun Judul Penelitian Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan Laba terhadap Earnings Response Coefficient. ERC Laba negatif terhadap ERC, sedangkan variabel Leverage tidak berpengaruh terhadap ERC, variabel Persistensi Laba berpengaruh positif terhadap ERC. 7. Khoerul Umam Sandi, 2013 Faktor-faktor yang mempengaruhi Earnings Response Coefficient Variabel spesialisasi industri auditor yang diproyeksikan oleh kualitas audit dan ERC Variabel ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan struktur modal Variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap ERC, sedangkan pertumbuhan perusahaan, struktur modal, dan kualitas audit tidak berpengaruh terhadap ERC. 8. Hans Hananto Andreas, 2012 Spesialisasi Industri Auditor sebagai Prediktor Earnings Response Coefficient Perusahaan Publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel Spesialisasi Indsutri Auditor dan ERC Sampel perusahaan yang digunakan antara tahun 2006- 2010 Variabel Spesialisasi Industri Auditor berpengaruh positif terhadap ERC. Bersambung pada halaman selanjutnya 32 Lanjutan Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu No. Peneliti Tahun Judul Penelitian Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan 9. Sri Mulyani, Nur Fadjrih Asyik, dan Andayani, 2007 Faktor-faktor yang mempengaruhi Earnings Response Coefficient. Variabel Risiko Sistematik, Spesialisasi Industri Auditor yang diproksikan dengan Kualitas Audit dan ERC Variabel Persistensi Laba, Struktur Modal, Pertumbuhan Laba, dan Ukuran Perusahaan Semua variabel independen kecuali kualitas audit berpengaruh terhadap ERC. 10. Yosefa Sayekti dan Ludovicus Sensi Wondabio, 2007 Pengaruh CSR Disclosure terhadap Earnings Response Coefficient. Variabel Pengungkapan CSR dan ERC Sampel perusahaan yang digunakan pada tahun 2005 Variabel Pengungkapan CSR berpengaruh negatif terhadap ERC. 33

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Adanya Skandal Akuntansi dan Pengungkapan Akun-Akun yang Kurang atau Lebih dari yang Seharusnya Variabel Independen : Spesialisasi Industri Auditor Pengungkapan Corporate Social Responsibility Systemic Risk Variabel Dependen : Earnings Response Coefficient Metode Analisis Regresi Berganda Uji Hipotesis : Uji t dan Uji F Hasil Pengujian dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran Basis Teori : Teori Agensi dan Teori Signalling 34

D. Perumusan Hipotesis

1. Spesialisasi Industri Auditor, Pengungkapan Corporate Social