yaitu tidak memihak dalam melaksanakan tugasnya yang memungkinkan fungsi tersebut dapat memenuhi tanggungjawabnya. Penanggung jawab fungsi
pengawasan harus mengelola fungsinya secara efektif untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
Penanggungjawab fungsi pengawasan intern harus menyusun perencanaan yang berbasis risiko risk-based plan untuk menetapkan prioritas kegiatan
pengawasan intern, konsisten dengan tujuan perusahaan. Rencana penugasan harus berdasarkan penilaian risiko yang dilakukan paling sedikit setahun sekali,
rencana penugasan harus mempertimbangkan potensi untuk meningkatkan pengelolaan risiko, memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan
perusahaan. Penanggung jawab fungsi pengawasan harus mengkomunikasikan rencana kegiatan dan kebutuhan sumber daya kepada pimpinan dan dewan
pengawas perusahaan untuk mendapat persetujuan dan harus juga mengkomunikasikan dampak yang mungkin timbul karena adanya keterbatasan
sumber daya. Sumber daya fungsi pengawasan intern harus sesuai, memadai dan dapat digunakan secara efektif untuk mencapai rencana-rencana yang telah
disetujui.
2.1.7.1. Independensi
Menurut Tugiman 2000 yang dimaksud dengan independensi adalah : “Auditor internal harus mandiri dan terpisah dari berbagai kegiatan yang
diperiksa. Auditor internal dianggap mandiri apabila dapat melaksanakan pekerjaannya secara bebas dan objektif. Kemandirian auditor internal sangat
penting terutama dalam memberikan penilaian yang tidak memihak netral”. Sedangkan pengertian independensi menurut Sukrisno 2009:146 adalah :
“Independensi mencerminkan sikap tidak memihak serta tidak dibawah pengaruh atau tekanan pihak tertentu dalam mengambil keputusan dan tindakan.”
Universitas Sumatera Utara
Pengertian Independensi menurut Rahayu dkk. 2009:51 dalam Nasution 2008 adalah sebagai berikut :
“Independensi dalam audit berarti cara pandang yang tidak memihak didalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan dan penyusunan laporan audit.
Sikap mental independen tersebut harus meliputi Independence in fact dan independence in appearance”. Independence in fact independen dalam
kenyataan akan ada apabila pada kenyataan auditor mampu mempertahankan sikap yang tidak memihak sepanjang pelaksanaan auditnya. Artinya sebagai suatu
kejujuran yang tidak memihak dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya, hal ini berarti bahwa dalam mempertimbangkan fakta-fakta yang dipakai sebagai
dasar pemberiaan pendapat, auditor harus objektif dan tidak berprasangka. Independence in appearance independen dalam penampilan adalah hasil
interpretasi pihak lain mengenai independensi ini. Auditor akan dianggap tidak independen apabila auditor tersebut memiliki hubungan tertentu misalnya
hubungan keluarga dengan kliennya yang dapat menimbulkan kecurigaan bahwa auditor tersebut akan memihak kliennya atau tidak independen.
Mempertahankan perilaku independen bagi auditor dalam memenuhi tanggung jawab mereka adalah sangat penting, namun yang lebih penting lagi
adalah bahwa pemakai laporan keuangan memiliki kepercayaan atas independensi itu sendiri. Independensi memiliki penilaian apabila auditor mengamati hasil
audit, sehingga klien dapat menilai apakah auditor tersebut bersifat independen atau justru sebaliknya terhadap kualitas audit yang diperiksanya.
Menurut Peraturan BPK RI Nomor 01 tahun 2007 tentang standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Lampiran II pada Standar Pemeriksaan
Pernyataan Nomor 01 Standar Umum menyebutkan, independensi dan
Universitas Sumatera Utara
obyektifitas pelaksanaan suatu pemeriksaan dapat dipengaruhi gangguan ekstern, apabila terdapat :
a. Campur tangan atau pengaruh pihak ekstern yang membatasi atau mengubah lingkup pemeriksaan secara tidak semestinya.
b. Campur tangan pihak ekstern terhadap pemilihan dan penerapan prosedur pemeriksaan atau pemilihan sampel pemeriksaan.
c. Pembatasan waktu yang tidak wajar untuk penyelesaian suatu pemeriksaan.
d. Campur tangan pihak ekstern mengenai penugasan, penunjukan dan promosi pemeriksa.
e. Pembatasan terhadap sumber daya yang disediakan bagi organisasi pemeriksa yang dapat berdampak negatif terhadap kemampuan organisasi
pemeriksa tersebut dalam pelaksanaan pemeriksaan. f. Wewenang untuk menolak atau mempengaruhi pertimbangan pemeriksa
terhadap isi suatu laporan terhadap hasil pemeriksaan. g. Ancaman penggantian petugas pemeriksa atas ketidaksetujuan dengan isi
laporan hasil pemeriksaan, simpulan pemeriksa atau penerapan suatu prinsip akuntansi.
h. Pengaruh yang membahayakan kelangsungan pemeriksa sebagai pegawai, selain sebab-sebab yang berkaitan dengan kecakapan pemeriksa atau
kebutuhan pemeriksa. Pemeriksaauditor yang kompeten adalah pemeriksa yang mempunyai hak
atau kewenangan untuk melakukan audit menurut hukum dan memiliki keterampilan yang cukup untuk melakukan tugas audit. Pemeriksa sebagai
institusi mempunyai hak atau kewenangan melakukan audit berdasarkan dasar hukum pendirian organisasi atau penugasan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam semua hal yang berkaitan dengan pemeriksaan, pemeriksa harus independen dan para auditornya harus objektif dalam pelaksanaan tugasnya.
Independensi serta objektivitas pemeriksa diperlukan agar kredibel dan hasil pekerjaannya berkualitas. Posisi pemeriksa ditempatkan secara tepat sehingga
bebas dari intervensi dan memperoleh dukungan yang memadai dari pimpinan tertinggi organisasi sehingga dapat bekerjasama dengan auditee dan melaksanakan
pekerjaan dengan leluasa PER05M.PAN032008. Independensi merupakan standar umum nomor dua dari tiga standar auditing
yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia IAI yang menyatakan bahwa dalam semua yang berhubungan dengan perikatan, independensi dan sikap mental
harus dipertahankan oleh auditor. Kode etik Pejabat Pengawas Pemerintah mengatur tentang independensi auditor internal. Kode etik dimaksudkan untuk
memberikan pengertian dan penjabaran mengenai aturan perilaku sebagai pejabat pengawas pemerintah yang profesional dan sebagai pedoman bagi aparat
pengawas dalam berhubungan dengan lembaga organisasinya, sesama pejabat pengawas pemerintah, pihak yang diawasi, pihak lain yang terkait dan
masyarakat, agar terpenuhi prinsip-prinsip kerja yang sehat dan terlaksananya pengendalian pengawasan. Dengan demikian dapat terwujud kinerja yang tinggi
dalam mempertahankan profesionalisme, integritas, objektivitas dan independensi serta memelihara citra organisasi dan masyarakat. Dalam norma pelaksanaan
pemeriksaan pejabat pengawas pemerintah diwajibkan mengungkapkan permasalahan yang terjadi di daerah secara kronologis, obyektif, cermat dan
independen maksudnya: 1. Pengungkapan permasalahan secara kronologis yaitu menguraikan latar
belakang permasalahan, penanggungjawab kegiatan, pelakupelaksana kegiatan yang terlibat, permasalahan yang terjadi dan dibuktikan dengan
Universitas Sumatera Utara
faktadata secara akurat, lengkap dan sah sampai dengan kondisi nyata pada saat dilakukan pemeriksaan;
2. Pengungkapan permasalahan secara obyektif menempatkan pejabat pengawas pemerintah untuk bersikap dan bertindak berdasarkan alat bukti yang
ditemukan; 3. Pengungkapan permasalahan secara cermat mengharuskan pejabat pengawas
pemerintah harus selalu waspada menghadapi suatu kondisi, situasi, transaksi, kegiatan yang mengandung indikasi penyimpangan, penyelewengan,
ketidakwajaran, pemborosan atau ketidakhematan dalam penggunaan sumber daya yang ada; dan
4. Pengungkapan permasalahan secara independen mengharuskan pejabat pengawas pemerintah danatau pejabat yang diawasi untuk mempertahankan
independensinya sehingga tidak memihak kepada suatu kepentingan tertentu. Independensi menurut Wilcox 1952 merupakan suatu standar auditing
yang penting karena opini akuntan independen bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Jika akuntan
tersebut tidak independen terhadap kliennya, maka opininya tidak akan memberikan tambahan apapun Mautz dan Sharaf, 1993.
Kode Etik Akuntan tahun 1994 dalam Tarigan 2010 menyebutkan bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk
tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas.
Hasil penelitian Pany dan Reckers 1980 ini menunjukkan bahwa hadiah meskipun jumlahnya sedikit berpengaruh signifikan terhadap independensi
auditor, sedangkan ukuran klien tidak berpengaruh secara signifikan. Penelitian oleh Knapp 1985 menunjukkan bahwa subjektivitas terbesar dalam teknik
Universitas Sumatera Utara
standar mengurangi kemampuan auditor untuk bertahan dalam tekanan klien dan posisi keuangan yang sehat mempunyai kemampuan untuk menghasilkan konflik
audit. Mayangsari 2003 menemukan bahwa auditor yang memiliki keahlian
dan independensi memberikan pendapat tentang kelangsungan hidup perusahaan yang cenderung benar dibandingkan auditor yang hanya memiliki salah satu
karakteristik atau sama sekali tidak memiliki keduanya. Menurut Taylor 1997 dalam Tarigan 2010 ada dua aspek independensi,
yaitu: 1. Independensi sikap mental independence of mindindependence of mental
attitude, independensi sikap mental ditentukan oleh pikiran akuntan publik untuk bertindak dan bersikap independen.
2. Independensi penampilan image projected to the publicappearance of independence, independensi penampilan ditentukan oleh kesan masyarakat
terhadap independensi akuntan publik. Dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara dinyatakan dalam semua
hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi,
ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya.
Menurut Harahap 1991 auditor harus bebas dari segala kepentingan
terhadap perusahaan dan laporan yang dibuatnya. Kebebasan itu mencakup : Bebas secara nyata Independent infact yaitu ia benar-benar tidak mempunyai
kepentingan ekonomis dalam perusahaan yang dilihat dari keadaan yang sebenarnya dan Bebas secara penampilan Independent in appearance yaitu
kebebasan yang dituntut bukan secara fakta, tetapi juga harus bebas dari kepentingan yang kelihatannya cenderung dimilikinya dalam perusahaan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Auditor independen tidak hanya memberikan jasa untuk menguji laporan keuangan audit, tetapi juga melakukan jasa lain selain audit. Pemberian jasa
selain audit ini merupakan ancaman potensial bagi independensi auditor, karena manajemen dapat meningkatkan tekanan agar auditor bersedia untuk
mengeluarkan laporan yang dikehendaki oleh manajemen, yaitu wajar tanpa syarat Knapp, 1985. Pemberian jasa selain audit berarti auditor telah terlibat
dalam aktivitas manajemen klien. Jika pada saat dilakukan pengujian pelaporan keuangan klien ditemukan kesalahan yang terkait dengan jasa yang diberikan
auditor tersebut, maka auditor sukar untuk melaporkan kesalahan tersebut. Auditor tidak mau reputasinya buruk karena dianggap memberikan alternatif yang
tidak baik bagi kliennya. Hendro dan Aida 2006 di Kota Malang, Jawa Timur dengan judul
pengaruh profesionalisme auditor terhadap tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan, yang menjelaskan profesionalisme merupakan syarat utama
bagi seorang auditor, baik auditor intern maupun ekstern. Sebab dengan profesionalisme yang tinggi maka kebebasan auditor akan semakin terjamin. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa pengabdian pada profesi, kemandirian, kepercayaan pada profesi, hubungan dengan sesama rekan seprofesi mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap tingkat materialitas sedangkan kewajiban sosial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat materialitas.
Susiana dan Arleen 2003 menganalisis pengaruh independensi, mekanisme corporate governance dan kualitas audit terhadap integritas laporan
keuangan. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa independensi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap integritas laporan keuangan sedangkan
mekanisme corporate governance dan kualitas audit tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap integritas laporan keuangan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.7.2. Integritas