Posisi Audit Intern dalam Perusahaan

termasuk rekomendasi terhadap solusi masalah dan tentang metode meningkatkan efisiensi dan laba. Ramadhan 1990:298 dalam Nasution 2008 mengemukakan tidak sepakat dengan pendapat yang mengatakan bahwa audit operasional identik dengan audit manajemen. Dengan tegas dia mengatakan bahwa audit operasional berbeda cakupannya dengan audit manajeman. Audit operasional hannya penilaian terhadap manajemen tingkat menengah dan bawah Middle and Supervisory. Apabila audit tersebut dilakukan terhadap manajemen puncak, maka hal ini tidak dapat disebut lagi sebagai audit operasional. Oleh karena itu audit operasional dapat disebut dengan audit manajemen, tetapi seluruh audit manajemen bukanlah audit operasional.

2.1.6. Posisi Audit Intern dalam Perusahaan

Independensi bagian audit intern harus ditunjukkan dalam struktur formal organisasi Woolf, 1973:21 dalam Nasution 2008. Status organisasi adalah tingkat dalam hirarki organisasi tempat bagian audit intern itu berada. Bagian audit intern hendaklah dapat memperoleh cakupan daerah audit yang luas, dapat mengeluarkan informasi yang memadai, tindakan yang efektif atas temuan audit serta rekomendasi audit. Dengan kata lain pimpinan bagian audit intern hendaklah bertanggung jawab pada pejabat yang memiliki pengaruh dan posisi yang cukup kuat sehingga kegiatan audit intern dapat mencapai ruang lingkup yang luas dan pertimbangan, tindakan maupun rekomendasi hasil audit dapat dilakukan dengan baik. Status organisasi dan dukungan manajemen merupakan faktor penentu atas penilaian jasa yang diberikan oleh bagian audit intern. Idealnya, makin tinggi pada siapa pemeriksa intern harus bertanggung jawab maka akan semakin baik, namun ini tidak seluruhnya benar tergantung dari macam dan kegiatan itu sendiri. Universitas Sumatera Utara Ada yang bertanggung jawab pada dewan komisaris, presiden direktur direktur utama atau kontroller dan sebagainya. Menurut PPA-STAN 1984:1 ada pendapat bahwa keadaan paling baik adalah organisasi internal auditor bertanggung jawab pada direktur utama. Walaupun ini juga mempunyai kelemahan, minimal hendaknya organisasi pemeriksa intern bertanggung jawab atau melaporkan pekerjaannya kepada pejabat yang berdasarkan wewenangnya dapat segera memerintahkan perbaikan secara tepat atau mengambil langkah-langkah berdasarkan pendapat atau saran pemeriksa intern. Apabila dihubungkan dengan perkembangan konsep audit intern, pada awalnya kedudukan pemeriksa intern adalah sebagai staf direktur keuangan. Kemudian berkembang menjadi staf presiden direktur atau direktur utama, namun akhir-akhir ini pemeriksa intern juga berperan sebagai staf dewan komisaris. Hartono 1979:264 dalam Nasution 2008 menyebutkan secara garis besarnya pemeriksa intern bertanggung jawab pada salah satu dari tiga fungsionaris dibawah ini: 1. Langsung bertanggung jawab pada dewan komisaris. Hal ini banyak dilakukan dalam perusahaan perusahaan bank dan asuransi. Dalam perusahaan ini internal auditor merupakan penjaga bagi dewan komisaris. Secara teoritis maka seluruh organisasi termasuk direktur utama dapat diteliti oleh internal auditor. Namun seperti yang dikatakan diatas, cara ini terbatas pada perusahaan perusahaan bank dan asuransi. 2. Bertanggung jawab pada direktur utama. Cara ini agak jarang dipakai mengingat bahwa direkur utama dengan tugas tugasnya yang berat biasanya tidak mempunyai waktu untuk mempelajari laporan internal auditor dan Universitas Sumatera Utara kemudian melakukan tindakan koreksi berdasarkan laporan tersebut. lihat gambar 2.1 Sumber : KD No.: Kep-225DS200082004 Keterangan : ______________ = tanggung jawab primer Gambar 2.1. Struktur organisasi perusahaan dengan bagian satuan pengawasan intern memiliki tanggung jawab primer kepada direktur utama. 3. Yang paling sering dilaksanakan adalah bahwa internal auditor bertanggung jawab pada fungsionaris keuangan tertinggi. Fungsionaris tersebut mungkin berfungsi sebagai direktur bidang keuangan, bendahara ataupun kontroler yang penting adalah bahwa fungsionaris tersebut adalah yang bertanggung jawab atas kordinasi pada persoalan persoalan keuangan dan akuntansi. DIRUT SPI SUBBAG TU BID WAS OPERASI BID WAS SDMUMUM BID WAS KEUANGANI BID WAS BANG IT PENGAWAS PENGAWAS PENGAWAS PENGAWAS BID WAS DIVRE PENGAWAS Universitas Sumatera Utara Masing-masing alternatif diatas tentunya berpengaruh terhadap fungsi audit intern, hal ini disebabkan karena antara manajemen dan dewan komisaris memiliki kepentingan yang berbeda dengan kedudukan masing-masing di dalam perusahaan. Apabila bagian audit intern berada sepenuhnya dibawah wewenang manajemen tentu saja fungsi audit intern akan diarahkan sesuai dengan kepentingan manajemen semata. Begitu pula sebaliknya, andai kata bagian audit intern sepenuhnya berada dibawah wewenang dewan komisaris. Mengingat kondisi tersebut, mungkin alternatif yang baik adalah alternatif yang terakhir. Pemilihan alternatif terakhir ini mengundang masalah tentang seberapa jauh tanggung jawab bagian audit intern kepada manajemen dan seberapa jauh pula kepada dewan komisaris. Untuk itu terdapat tiga susunan yang dapat dilaksanakan. Pertama, bagian audit intern memiliki tanggung jawab primer kepada manajemen dan tanggung jawab sekunder kepada dewan komisaris. Kedua merupakan kebalikan dari yang pertama yaitu tanggung jawab primer kepada dewan komisaris dan tanggung jawab skunder kepada manajemen. Ketiga, tanggung jawab primer diberikan baik kepada manajemen maupun dewan komisaris. Masing-masing susunan diatas tentu saja memiliki beberapa keuntungan dan kelemahannya akan tetapi yang jelas susunan yang dikemukakan terakhir terlihat kurang realistis, karena disini bagian audit intern bertanggung jawab secara penuh kepada dua administrator sekaligus. Menurut Brink et al. 1982:28 menyatakan kecendrungannya untuk menyetujui menempatkan bagian audit intern berada dibawah wewenang manajemen perusahaan dan memiliki tanggung jawab sekunder kepada dewan komisaris. Dalam hal ini sebaiknya bagian audit intern menyampaikan laporannya langsung kepada presiden direktur atau direktur utama, apabila presdir atau dirut tidak punya cukup waktu untuk meneliti laporan Universitas Sumatera Utara tersebut maka dapat disampaikan kepada direktur yang mempunyai hubungan langsung dengan presdir atau dirut. lihat gambar 2.2 Staff vice president Sumber : Brink and Witt 1982 Keterangan : ______________ = tanggung jawab primer ---------------------- = tanggung jawab sekunder Gambar 2.2. Struktur organisasi perusahaan dengan bagian audit intern memiliki tanggung jawab primer kepada manajemen dan tanggung jawab sekunder kepada dewan komisaris.

2.1.7. Satuan Pengawasan Intern SPI

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Pemeriksaan Satuan Pengawasan Intern Dengan Good Corporate Governance (GCG) Sebagai Variabel Moderating Di Perusahaan Umum Bulog Kantor Pusat Dan Divre-Divre Area Sumatera Bagian Utara (SUMBAGUT)

0 48 147

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Pemeriksaan Satuan Pengawasan Intern Dengan Good Corporate Governance (GCG) Sebagai Variabel Moderating Di Perusahaan Umum Bulog Kantor Pusat Dan Divre-Divre Area Sumatera Bagian Utara (SUMBAGUT)

0 0 24

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Pemeriksaan Satuan Pengawasan Intern Dengan Good Corporate Governance (GCG) Sebagai Variabel Moderating Di Perusahaan Umum Bulog Kantor Pusat Dan Divre-Divre Area Sumatera Bagian Utara (SUMBAGUT)

0 0 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Hubungan Internal Audit dan Good Corporate Governance (GCG) - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Pemeriksaan Satuan Pengawasan Intern Dengan Good Corporate Governance (GCG) Sebagai Variabel Mo

0 0 47

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Pemeriksaan Satuan Pengawasan Intern Dengan Good Corporate Governance (GCG) Sebagai Variabel Moderating Di Perusahaan Umum Bulog Kantor Pusat Dan Divre-Divre Area Sumatera Bagian Utara (SUMBAGUT)

0 1 15

ANALISIS PENGARUH INDEPENDENSI, INTEGRITAS, KOMPETENSI, OBJEKTIVITAS DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN SATUAN PENGAWASAN INTERN DENGAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) SEBAGAI VARIABEL MODERATING DI PERUSAHAAN UMUM BULOG

0 0 25

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Pemeriksaan Satuan Pengawasan Intern Dengan Good Corporate Governance (GCG) Sebagai Variabel Moderating Di Perusahaan Umum Bulog Kantor Pusat Dan Divre-Divre Area Sumatera Bagian Utara (SUMBAGUT)

0 0 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Hubungan Internal Audit dan Good Corporate Governance (GCG) - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Pemeriksaan Satuan Pengawasan Intern Dengan Good Corporate Governance (GCG) Sebagai Variabel Mo

0 0 48

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Pemeriksaan Satuan Pengawasan Intern Dengan Good Corporate Governance (GCG) Sebagai Variabel Moderating Di Perusahaan Umum Bulog Kantor Pusat Dan Divre-Divre Are

0 0 10

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN SATUAN PENGAWASAN INTERN DENGAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) SEBAGAI VARIABEL MODERATING DI PERUSAHAAN UMUM BULOG KANTOR PUSAT DAN DIVRE-DIVRE AREA SUMATERA BAGIAN UTARA (SUMBAGUT) TESIS

0 0 15