variabel kinerja keuangan terdiri dari; Return on Equity ROE, Growth in Revenue GR, Price Earning Ratio PER, Earning Per Share EPS, dan
Deviden per Share DPS. Penulis menambahkan variabel Growth in Revenue GR, dan Deviden per
Share DPS. Penulis menambahakan variabel Growth in Revenue GR karena kinerja perusahaan dapat ditunjukkan oleh tingkat pendapatan atau penjualan
perusahaan tersebut. Berdasarkan dari penelitian-penelitian dan latar belakang diatas maka peneliti mengambil judul “Pengaruh Struktur Modal dan Kinerja
Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia BEI Tahun 2009-2011”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Apakah struktur modal yang terdiri dari Debt to Equity Ratio DER, Debt to Asset Ratio DAR, Longterm Debt to Equity Ratio LDER
dan kinerja keuangan yang terdiri dari Return on Equity ROE, Growth in Revenue GR,
Price Earning Ratio PER, Earning per Share EPS, Devidend per Share DPS berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap harga saham pada perusahaan
property dan Real Estate yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Adapun Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Untuk menguji pengaruh struktur modal yang terdiri dari Debt to Equity
Ratio DER, Debt to Asset Ratio DAR, Longterm Debt to Equity Ratio LDER dan kinerja keuangan yang terdiri dari Return on Equity ROE, Growth in
Revenue GR, Price Earning Ratio PER, Earning per Share EPS, Devidend per Share DPS berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap harga saham
pada perusahaan property dan Real Estate yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut:
1. Bagi peneliti diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai pengaruh struktur modal dan kinerja keuangan terhadap
harga saham. 2. Bagi Perusahaan dan calon investor, hasil penelitian ini diharapkan
dapat membantu dalam membuat keputusan investasi yang tepat dan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak manajemen dalam upaya
meningkatkan laba perusahaan. 3. Bagi Pembaca dan pihak-pihak lainnya, sebagai bahan referensi dan
sumber informasi dalam melakukan penelitian-penelitian sejenis berikutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.1.Tinjauan teoritis 1.1.1.
Teori Struktur Modal
Struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham
Weston dan Copeland, 1997:19. Menurut Husnan 1996:275, struktur modal adalah perbandingan antara sumber jangka panjang yang bersifat
pinjaman dan modal sendiri. Struktur modal juga dapat didefinisikan sebagai perimbangan atau perbandingan antara utang jangka panjang
dengan modal sendiri Riyanto, 2001:296. Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan trade off antara
risiko dan tingkat pengembalian. Penambahan utang akan memperbesar risiko perusahaan tetapi sekaligus juga memperbesar tingkat pengembalian
yang diharapkan tetapi sekaligus juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Risiko yang makin tinggi akibat membesarnya utang
cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatkan tingkat pengembalian yang diharapkan akan menaikkan harga saham tersebut
2.1.1.1 Teori Keagenan
Menurut teori ini, struktur modal disusun sedemikian rupa untuk mengurangi konflik antar berbagai kelompok kepentingan.
Universitas Sumatera Utara
Konflik yang terjadi adalah antara stockholders dengan debthholders. Kreditur memiliki hak atas pembagian laba
perusahaan atau sebagaian asset terutama dalam kasus kebangkrutan. Sementara itu pemegang saham memegang
pengendalian perusahaan yang mungkin akan sangat menentukan profitabilitas dan risiko perusahaan. Pada perusahaan yang jumlah
hutangnya mencapai jumlah yang signifikan dibandingkan dengan saham, maka pemegang saham akan tergoda melakukan substitusi
asset. Dalam hal ini pemegang saham akan beroperasi dengan meningkatkan risiko perusahaan. Risiko perusahaan yang
meningkat menguntungkan bagi pemegang saham karena kemungkinan memperoleh keuntungan yang tinggi akan semakin
besar.
2.1.1.2 Teori Pecking Order
Teori Pecking order Brigham, Houston 2001: 56 pertama sekali dikemukakan oleh Myers dan Majluf 1984 dan pada teori
ini Myers 1989 secara ringkas mengikhtisarkan teori pecking order struktur modal dengan tiga poin, yaitu:
a. Perusahaan menerapkan kebijaksanaan dividen untuk kesempatan berinvestasi.
Universitas Sumatera Utara
b. Perusahaan lebih suka mendanai kesempatan investasi dengan dana yang sepenuhnya dari dalam dulu, lalu modal keuangan
eksternal akan dicari. c. Saat pendanaan eksternal dibutuhkan, perusahaan akan pertama
memilih menerbitkan sekuritas hutang dahulu, lalu menerbitkan sekuritas jenis modal akan dilakukan terakhir.
Jika harga saham jatuh cukup serius, maka pemegang saham lama akan dirugikan jika dilakukan penerbitan saham baru.
Sebaliknya, pemegang saham baru yang akan diuntungkan karena bisa membeli saham dengan harga murah. Karena jatuhnya harga
saham tersebut berkaitan dengan asimetri informasi, maka bisa dikatakan bahwa ada biaya asimetri informasi yang berkaitan
dengan penerbitan saham. Biaya tersebut akan semakin besar jika harga saham jatuh cukup signifikan.
Teori ini menjelaskan kesempatan investasi oleh investor. Jika ada kesempatan investasi, maka perusahaan akan mencari dana
untuk mendanai kebutuhan investasi tersebut. Perusahaan akan memulai dengan dana internal dan sebagai pilihan terakhir adalah
menerbitkan saham.
2.1.1.3 Teori trade off
Dalam kenyataanya, apabila hutang semakin tinggi maka semakin tinggi kemungkinan probabilitas kebangkrutan. Sebagai
Universitas Sumatera Utara
contoh, Semakin tinggi hutang, semakin besar bunga yang harus dibayarkan. Kemungkinan tidak membayar bunga yang tinggi
akan semakin besar. Pemberi pinjaman bisa membangkrutkan perusahaan jika perusahaan tidak bisa membayar hutang.
Kemudian, diikuti oleh penurunan harga saham sehingga kebangkrutan perusahaan tidak bisa dihindarkan lagi.
2.1.1.4 Teori Arus Kas Bebas Free Cash Flow
Demodaran 1997:449 menjelaskan bahwa “Teori free cash flow menggambarkan bahwa arus kas berasal dari operasi dan
pengunaanya berada di bawah control manajemen perusahaan, manajer menggunakan kas bebas untuk membiayai proyek,
membayar dividen kepada pemegang saham, atau menahanya sebagai saldo kas”.
Pandangan teori free cash flow menyatakan bahwa pada saat perusahaan membutuhkan dana, pemegang saham lama lebih
suka untuk menerbitkan hutang baru daripada menerbitkan sekuitas baru, sebab prasyarat pembayaran bunga akan memaksa manajer
untuk bertindak sejalan dengan kepentingan pemegang saham. Pada pembayaran hutang yang tetap, penyalahgunaan uang investor
berisiko terhadap kegagalan pembayaran hutang yang menyebabkan kepailitan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Teori Kinerja Keuangan
Kinerja perusahaan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba.
Kinerja juga merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari
kemampuan perusahaan dalam mengalokasikan sumber dayanya ke dalam bentuk operasi perusahaan atau merupakan cerminan dari kemampuan
perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumberdayanya. Tujuan dari penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai
sasaran organisasi dan dalam memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membedakan hasil dan tindakan yang
diinginkan. Penilaian kinerja perusahaan dapat dilihat dari segi analisis laporan keuangan dan dari segi perubahan harga saham.
Munawir 2002:31 menyatakan bahwa tujuan dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan adalah:
a. Mengetahui tingkat likuiditas Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat ditagih.
b. Mengetahui tingkat solvabilitas Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut
Universitas Sumatera Utara
dilikuidasi, baik keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.
c. Mengetahui tingkat rentabilitas Rentabilitas atau yang sering disebut dengan profitabilitas
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
d. Mengetahui tingkat stabilitas Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melakukan
usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar
hutang-hutangnya serta membayar beban bunga atas hutang- hutangnya tepat pada waktunya.
Lipton Lorsch 1992 menegaskan bahwa kinerja perusahaan merupakan hasil dari tindakan direktur. Sedangkan Keats, dkk 1998
beranggapan bahwa kinerja merupakan sebuah konsep yang sulit, baik definisi maupun dalam pengukurannya, karena sebagai sebuah konstruk,
kinerja bersifat multidimensional dan oleh karena itu pengukuran menggunakan dimensi pengukuran tunggal tidak mampu memberikan
pemahaman yang komprehensif. Venkatraman dkk 1986 berpendapat bahwa
pengukuran kinerja hendaknya menggunakan atau mengintegrasikan dimensi pengukuran yang beragam. Sampai saat ini
masih muncul perdebatan tentang pendekatan yang tepat bagi konseptualisasi dan pengukuran kinerja organisasi Venkatraman dkk,
Universitas Sumatera Utara
1998, sehingga ukuran kinerja yang cocok dan layak tergantung pada keadaan unik yang dihadapi peneliti.
Pengukuran keuangan dinyatakan dalam ketentuan moneter. Sedangkan pengukuran bukan keuangan adalah data kuantitatif yang
diciptakan diluar sistem akuntansi yang formal. Horne 2005:112 menyebutkan bahwa untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja
perusahaan, analisis keuangan membutuhkan ukuran keuangan yang pasti. Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas, diperlukan untuk
menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan dimasa depan.
2.1.3 Analisis laporan keuangan