2.3 Konsep Kepuasan
2.3.1 Definisi Kepuasan pelayanan adalah pelayanan yang berorientasi pada setiap
pemakaian jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penggunaan jasa. Kepuasan adalah suatu keadaan dimana kebutuhan,
keinginan dan harapan pelanggan dapat dipenuhi melalui produk yang diberikan Haffizurrachman, 2006.
Kepuasan adalah ungkapan perasaan senang atau kecewa seseorang dari hasil perbandingan antara prestasi atau produk yang dirasakan dengan yang
diharapkannya. Disatu pihak, kepuasan pasien dipandang sebagai hasil yang didapatkan dari pengalaman mereka yang memanfaatkan produk barang atau
jasa. Berdasarkan pihak lain, kepuasan pasien juga kerap kali dipandang sebagai proses orientasi yang lebih mampu mengungkapkan pengalaman yang
mereka rasakan secara keseluruhan dibandingkan orientasi hasil Kotler, 2007.
Hermanto 2010 berpendapat bahwa kepuasan pasien dapat dinilai berdasarkan interpretasi pasien terhadap pelayanan yang diterima sudah sesuai
dengan harapan mereka seperti kelengkapan sarana dan prasarana, keramahan dan kesopanan petugas dalam memberikan pelayanan serta keterampilan
petugas pada saat memberikan pelayanan. Sri 2006 mempunyai pendapat yang hampir serupa yang menyatakan kepuasan pelanggan merupakan bentuk
evaluasi dari pelanggan terhadap produk yang telah mereka dapatkan, sudah sesuai dengan yang diharapkan bahkan dapat melebihi harapan mereka.
Bentuk dari evaluasi kepuasan pelanggan terhadap produk jasa maka akan dapat mempengaruhi pelanggan untuk datang kembali dan mampu
mempengaruhi konsumen lainnya. 2.3.2 Indikator
–indikator Pembentuk Kepuasan Pasien Menurut Westbrook, Robert A dan Richard L. Oliver dalam Fuad
Mas’ud 2004 menjelaskan dalam penelitiannya tentang indikator-indikator yang membentuk kepuasan pelanggan, yaitu :
1. Tingkat harga yang kompetitif 2. Utilisasi produk
3. Pengalaman yang positif dalam bidang kepuasan konsumen Model dikonfirmasikan harapan yang dikembangkan oleh Oliver 2007
Menyatakan bahwa kepuasan keseluruhan ditentukan oleh ketidaksesuaian harapan yang merupakan perbandingan antara kinerja yang dirasakan dengan
harapan. Berdasarkan hal diatas maka ditarik kesimpulan bahwa kepuasan dapat
dilihat dari beberapa indikator yaitu : 1. Kepuasan terhadap kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan
2. Kepuasan terhadap kemauan membantu pelanggan 3. Kepuasan terhadap pengetahuan dan kesopanan
4. Kepuasan terhadap kepedulian pada pelanggan 5. Kepuasan terhadap penampilan fasilitas fisik
Meskipun terdapat definisi yang berbeda-beda mengenai kepuasan pelanggan, namun hal yang terpenting adalah bahwa kepuasan pelanggan
tidak dapat diukur secara langsung dengan pengukuran yang objektif, kepuasan pelanggan harus dilihat sebagai sesuatu hal yang abstrak dan
merupakan fenomena teoritis yang dapat diukur dengan banyak indikator. Lebih lanjut Andreassen dalam Setiyawati 2009 menyatakan bahwa
kepuasan pelanggan dapat dibentuk melalui tiga item yaitu: 1. Tingkat kepuasan terhadap pelayanan secara keseluruhan overall
satisfaction Menurut Fornel, dkk dalam Tjiptono 2005, Kepuasan pelanggan keseluruhan merupakan cara yang paling sederhana untuk
mengukur kepuasan pelanggan adalah langsung menanyakan kepada pelanggan seberapa puas mereka terhadap jasa atau produk. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara mengukur tingkat kepuasan pelanggan terhadap jasa atau produk perusahaaninstitusi bersangkutan dan membandingkan dengan
tingkat kepuasan pelanggan keseluruhan terhadap jasa para pesaing. 2.Tingkat kepuasan terhadap pelayanan apabila dibandingkan dengan jasa
sejenis expectation Menurut Fornel, dkk dalam Tjiptono 2005, dalam konsep ini kepuasan tidak diukur langsung, namun disimpulkan
berdasarkan kesesuaian atau ketidaksesuaian antara harapan pelanggan dengan kinerja actual produk perusahaaninstitusi pada sejumlah atribut
atau dimensi penting. Menurut Oliver, tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila
kinerja dibawah harapan, maka pelanggan akan sangat kecewa, namun sebaliknya bila kinerja sesuai harapan maka pelanggan akan puas dan bila
kinerja melebihi harapan pelanggan akan sangat puas. Harapan pelanggan
dibentuk oleh masa lampau, komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi dari berbagai media. Pelanggan yang puas akan setia lebih lama,
kurang sensitive terhadap harga dan member komentar yang baik tentang perusahaaninstitusi tersebut. Menurut Muninjaya 2004 kepuasan atau
ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi antara harapan dan pengalaman sesuadah memakai jasa atau pelayanan yang diberikan.
3.Tingkat kepuasan pelanggan selama menjalin hubungan dengan perusahaan experience Terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa
manfaat, diantaranya hubungan antara perusahaan dan pelanggannya menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan
terciptanya loyalitas pelanggan, dan membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut word-ofmouth yang menguntungkan bagi perusahaan
Tjiptono, 2005. Dengan memberikan kepuasan pada pelanggan akan membangun kesetiaan pelanggan dan akhirnya dapat menciptakan
hubungan yang erat antara pelanggan dan perusahaaninstitusi. Sedangkan menurut Anthanassopoulos, et al
2001 dalam Mas’ud 2004 memberi banyak gambaran pengukuran untuk kepuasan pelanggan
pada bidang jasa perbankan terdiri dari : 1. Terdapatnya iklim antar karyawan di perusahaan memberikan kontribusi
untuk pelayanan yang lebih baik. 2. Letak perusahaan yang sangat strategis sehingga mempermudah dalam
pelayanan.
Berdasarkan dari gambaran –gambaran pengukuran kepuasan pelanggan
customer satisfaction dari para peneliti diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepuasan pelanggan dapat dilihat dan diukur dari beberapa indikator-
indikator antara lain : 1. Kepuasan terhadap tingkat pelayanan secara keseluruhan
2. Kepuasan terhadap tingkat pelayanan apabila dibandingkan dengan jasa sejenis
3. Tingkat kepuasan pelanggan selama menjalin hubungan dengan perusahaan 4. Kepuasan terhadap iklim antar karyawan
5. Kepuasan terhadap lokasi dari perusahaan 2.3.3 Mekanisme Kepuasan Pelanggan Pasien
Kepuasan pelanggan Pasien terjadi apabila apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, atau harapannya dapat terpenuhi. Harapan tersebut
dapat terpenuhi melalui jasa pelayanan kesehatan yang diterima olehnya. Oleh karena itu kepuasan pasien adalah selisih gap antara layanan yang
diterima oleh pasien dengan harapan pasien pada layanan tersebut Supriyanto, 2010.
Kepuasan merupakan selisih antara persepsi dengan harapan, artinya terdapat dua unsur penting dalam menimbulkan suatu kepuasan pada pasien,
antara lain: 1. Persepsi pasienpelanggan
Potter Perry 2005, persepsi merupakan proses seseorang memilih, merumuskan dan menafsirkan masukan informasi untuk menciptakan suatu
gambaran. Persepsi terbentuk oleh apa yang diharapkan dan adanya suatu pengalaman. Gunarsa 2006, persepsi merupakan pengalaman tentang
objek, peristiwa, yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi dapat mempengaruhi kepuasan pasien
terhadap suatu pelayanan, kepuasan tersebut akan timbul apabila perbandingan nilai persepsi atau kenyataan yang dirasakan tersebut lebih
besar daripada harapan pelanggan. 2. Harapan pasienpelanggan
Olson dan Dover dalam Tjiptono 2005, harapan merupakan keyakinan seseorang sebelum mencoba atau membeli suatu produk, yang
dapat dijadikan standar atau acuan dalam menilai kinerja suatu produk tersebut.
2.3.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kepuasan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor dari pihak pemberi
pelayanan saja, tetapi juga dipengaruhi faktor dari luar maupun dari dalam diri pasien. Faktor dari dalam mencakup sumber daya, pendidikan, pengetahuan,
dan sikap. Faktor dari luar mencakup budaya, sosial ekonomi, keluarga, dan situasi yang dihadapi Gerson, 2004.
Penilaian kualitas pelayanan dikaitkan dengan kepuasan pasien dengan berfokus pada aspek fungsi dari proses pelayanan Supranoto, 2006, yaitu:
1. Tangibles Wujud nyata
Wujud yang meliputi fasilitas fisik, yang mencakup kemutahiran peralatan yang digunakan, kondisi sarana, kondisi SDM perusahaan dan
keselarasan antara fasilitas fisik dengan jenis jasa yang diberikan. 2.
Reliability Kepercayaan Pelayanan yang disajikan dengan segera dan memuaskan aspek-aspek
keandalan system pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa yang meliputi kesesuaian pelaksanaan pelayanan dengan rencana, kepedulian
perusahaan terhadap permasalahan yang dialami pasien, kendalan penyampaian jasa sejak awal, ketepatan waktu pelayanan sesuai dengan
janji yang diberikan keakutaran penanganan. 3.
Responsiveness Tanggung Jawab Keinginan untuk membantu dan menyediakan jasa yang dibutuhkan
konsumen. Hal ini meliputi kejelasan informasi waktu penyampaian jasa, ketepatan dan kecepatan dalam pelayanan administrasi, kesediaan pegawai
dalam membantu
konsumen, keluangan
waktu pegawai
dalam menanggapai permintaan pasien dengan cepat.
4. Assurance Jaminan
Adanya jaminan bahwa jasa yang ditawarkan memberikan jaminan keamanan yang meliputi kemampuan SDM, rasa aman selama berurusan
dengan karyawan, kesabaran karyawan, dukungan pimpinan terhadap staf. 5.
Empathy Empati
Berkaitan dengan memberikan perhatian penuh kepada konsumen yang meliputi perhatian kepada konsumen, perhatian staf secara pribadi kepada
konsumen, pemahaman akan kebutuhan konsumen, perhatian terhadap kepeningan konsumen, kesesuaian waktu pelayanan dengan kebutuhan
konsumen. Menurut Hafizzurachman 2006, kepuasan pasien terhadap pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh pemberi pelayanan sangat dipengaruhi oleh beberapa factor meliputi : reabilitas konsistensi dan kehandalan,
ketanggapan kesediaan, kesiapan dan ketepatan waktu, kompetensi kemudahan kontak dan pendekatan, komunikasi mendengarkan serta
memelihara hubungan pengertian, kredibilitas nilai kepercayaan dan kejujuran, jasminan rasa aman dari resiko dan keraguan, pengertian upaya
untuk mengerti keluhan dan keinginan pasien, wujud pelayanan yang dirasakan.
Menurut Mediawati 2010, menyebutkan bahwa puas atau tidak puasnya pasien biasanya ditentukan oleh hal meliputi : mutu produk atau jasa,
mutu pelayanan, harga, waktu penyerahan, dan keamanan. Semua faktor kepuasan pasien tersebut pada hakikatnya sangat berkaitan dan ditentukan
oleh mutu kerja para perawat, sehubungan dengan hal tersebut, pada dasarnya kepuasan pasien dipengaruhi oleh faktor-faktor: teknologi, kemampuan kerja
perawat, kemauan perawat, dan lingkungan kerja perawat. Menurut Purnomo 2006, faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien
diantaranya :
1. Hubungan Perawat dan Pasien Hubungan yang terjalin antara perawat dan pasien, baik berupa lisan
maupun sikap yang ditujukan oleh perawat. 2. Pelayanan
Pelayanan yang diberikan oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, baik segi tindakan, ruangan, dan lingkungan.
3. Kebebasan Melakukan Pilihan 4. Pengetahuan dan Kompetensi Teknis
Pengetahuan yang dimiliki perawat, serta keterampilan seorang perawat dalam melakukan tindakan keperawatan.
5. Keamanan Tindakan Perawat memberikan keamanan dalam melakukan tindakan, missal
menjelaskan prosuder tindakan, dan meminta persetujuan pasien atau keluarga sebelum melakukan tindakan.
2.3.5 Teori Kepuasan Pelanggan Beberapa model konseptual dan teori kepuasan pelanggan menurut
Tjiptono 2004 diantaranya sebagai berikut: 1. Expectancy Disconfirmation Model
Model konsep ini mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai penilaian yang dirasakan sesuai dengan harapan. Jika pelayanan yang diterima
pelanggan lebih rendah dari harapan pelanggan maka akan menghasilkan ketidakpuasan emosional negative disconfirmation. Sebaliknya, jika
pelayanan yang diterima pelanggan lebih tinggi dari harapan pelanggan
maka akan menghasilkan kepuasan emosional positive disconfirmation. Pelayanan yang diterima pelanggan sama dengan harapan pelanggan,
hasilnya bukan kepuasan ataupun ketidakpuasan. Berdasarkan model ini, kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh karakteristik pelanggan itu sendiri
pengalaman dan pelayanan itu sendiri harga dan karakteristik pelayanan.
2. Equity Theory Perbandingan hasil yang diterima oleh pelanggan A harus sama dengan
hasil yang diterima pelanggan B. Apabila kedua keadaan tersebut tidak sama maka pelanggan yang melakukan evaluasi terhadap pelayanan akan
merasakan ketidakpuasan akibat ketidakadilan dari pemberi pelayanan. 3. Attribution theory
Pelanggan akan melakukan identifikasi terhadap pelayanan yang ia dapatkan dan pelayanan yang mempengaruhi kepuasannya. Apabila
pelayanan tidak sesuai harapan pelanggan maka pelanggan akan berusaha menentukan penyebab ketidaksesuaian tersebut. Penyebab ketidaksesuaian
pelayanan diduga akibat dari kelalaian pemberi pelayanan, maka perasaan tidak puas pasti muncul. Sebaliknya, penyebab ketidaksesuaian pelayanan
dengan harapan pelanggan berasal dari pelanggan sendiri, maka rasa tidak puas akan menurun levelnya.
4. Experientally-Based Affective Feelings Model ini berpendapat bahwa kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh
dimensi respon afektif perasaan positif dan perasaan negatif pada pelayanan.
5. Assimilation-Contrast Theory Apabila pelayanan yang diberikan oleh pemberi layanan tidak terlalu
berbeda dengan harapan pelanggan maka pelayanan tersebut akan diterima dan dievaluasi secara positif oleh pelanggan yakni dalam bentuk kepuasan
pelanggan. 6. Opponent Process Theory
Model ini berusaha menjelaskan penyebab pengalaman konsumen yang awalnya sangat memuaskan cenderung kurang memuaskan setelah
dievaluasi pada kejadian berikutnya. Apabila ada stimulus positif atau negatif yang mengganggu keseimbangan konsumen, maka proses sekunder
akan berlangsung dan akhirnya pelanggan tersebut akan kembali ke kondisi semula. Emosi awal pelanggan terhadap pelayanan disebut proses primer
dan proses berikutnya adalah proses adaptif opponent process. Respon awal terhadap suatu pelayanan tidak mungkin meningkat seiring adanya
pengulangan, opponent process akan menjadi semakin kuat sehingga ketertarikan pelanggan pada pelayanan tersebut akan melemah pada
pengalaman berikutnya.
7. Model Anteseden dan Konsekuensi Pelanggan anteseden pelanggan meliputi ekspektasi pelanggan sebagai antisipasi
kepuasan, diskonfirmasi ekspektasi ekspektasi berperan sebagai standar pembanding untuk pelayanan, kinerja atau pelayanan performance,
affect, dan equity. Konsekuensi pelanggan ada tiga kategori, yaitu perilaku komplain, negative word-of-mouth, dan minat pembelian ulang.
2.3.6 Mengukur Tingkat Kepuasan Untuk mengetahui tingkat kepuasan yang dirasakan pelanggan atau
penerima pelayanan maka perlu dilakukan pengukuran. Menurut Supranoto 2006, pengukuran tingkat kepuasan dimulai dari penentuan pelanggan,
kemudian dimonitor dari tingkat kualitas yang diinginkan dan akhirnya merumuskan strategi. Lebih lanjut juga dikemukakan bahwa harapan
pelanggan dapat terbentuk dari pengalaman masa lalu, komentar dari kerabat serta janji dan informasi dari penyedia jasa dan pesaing. Kepuasan pelanggan
dapat digambarkan dengan suatu sikap pelanggan, berupa derajat pelanggan terhadap pelayanan yang pernah dirasakan sebelumnya. Dapat dilakukan
pemilihan cara mengukur tingkat kepuasaan, salah satunya adalah Skala likert Karena format skala likert dirancang untuk memungkinkan pasien menjawab
dalam berbagai tingkatan pada setiap butir pernyataan. Dengan kategori puas, cukup puas dan tidak puas.
Ada beberapa metode yang digunakan dalam mengukur kepuasan pelanggan yaitu Kotler, 2007:
1. Sistem keluhan dan saran Menyediakan berupa kotak saran, dalam memberikan kesempatan
kepada pasien untuk menyampaikan keluhan, saran, dan kritikan mereka tentang pelayanan yang diterimanya.
2. Pembelanja Misterius Ghost Shopping
Metode ini merupakan bentuk strategi pelayanan kesehatan yang menggunakan beberapa orang untuk bersikap sebagai konsumen yang
kemudian melaporkan temuannya sehingga hasil tersebut dapat dijadikan bahan evaluasi dan pengambilan keputusan.
3. Lost Customer Analisis Perusahaan berusaha mencari informasi mengenai para konsumen yang
telah berhenti membeli produknya, agar nantinya pihak perusahaan mampu memahami kebutuhan yang diharapkan oleh konsumen.
4. Survei Kepuasan Pelanggan Kepuasan konsumen yang dapat di ukur berdasarkan kuesioner, pos,
telepon, ataupun wawancara langsung untuk memperoleh tingkat kepuasan pasien.
Akhtan 2010 berpendapat mengukur kepuasan pasien dapat dijadikan bahan evaluasi dalam pemberian asuhan keperawatan, sehingga nantinya
dapat membantu
dalam meningkatkan
kualitas pelayanan
asuhan keperawatan. Berdasarkan metode pengukuran kepuasan pelanggan diatas
peneliti memilih untuk menggunakan Survei Kepuasan Pelanggan karena peneliti akan mengukur hubungan antara persepsi mutu pelayanan asuhan
keperawatan dengan kepuasan pasien rawat inap yang menggunakan kuesioner,
sehingga dengan
metode survey
ini dapat
nantinya menggambarkan mutu pelayanan dengan kepuasan pasien di rumah sakit.
2.4 Hubungan Antara Sikap Perawat Dalam Pelaksanaan Timbang Terima