11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Sikap
2.1.1 Definisi Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat langsung, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan
reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap ini merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan
tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku
yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek Notoatmodjo,
S . 2007. Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap
seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau tidak memihak
Unfavorable pada objek
tersebut Azwar, S.
2013.
Menurut Oxford Advanced Learner Dictionary mencantumkan bahwa sikap attitude berasal dari bahasa Italia attitudine
yaitu “Manner of placing or holding the body, dan way of feeling, thinking or behaving
”. Campbel 1950 dalam buku Notoadmodjo 2003 mengemukakan bahwa sikap adalah “A
syndrome of response consistency with regard to social objects ”. Artinya
sikap adalah sekumpulan respon yang konsisten terhadap obyek social Notoadmodjo, 2007. Menurut Eagle dan Chaiken 1993 dalam buku A.
Wawan dan Dewi M. 2010 mengemukakan bahwa sikap sebagai hasil evaluasi terhadap obyek sikap yang diekspresikan ke dalam proses-proses
kognitif, afvhektif emosi dan perilaku Wawan Dewi, 2010. Sikap attitude melibatkan faktor pendapat dan emosi sebagai respon tertutup
terhadap stimulasi. Pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting dalam pembentukan sikap.
Sikap perawat sikap adalah kondisi mental dan neural yang diperoleh dari pengalaman, yang mengarahkan dan secara dinamis mempengaruhi
respon-respon individu terhadap semua objek dan situasi yang terkait, sedangkan menurut Coser 2009, Sikap profesional perawat terhadap orang
sakit meliputi berbicara banyak, maksudnya mulai profiltubuhwajah terutama senyum dari perawat yang tulus, kerapian berbusana, sikap yang
familiar dan yang lebih penting lagi cara bicara komunikasi, sehingga terkesan bertemperamen bijak, kesemua ini mencerminkan seorang perawat
yang berkepribadi.
2.1.2 Proses Terbentuknya Sikap
Sumber: Notoatmodjo 2005 Gambar 2.1 Proses Terbentuknya Sikap
2.1.3 Komponen Sikap Menurut Baron, et.all, 2002 dalam Wawan Dewi 2010 ada 3
komponen yang membentuk sikap yaitu : 1. Komponen kognitif komponen perseptual, yaitu komponen yang
berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap sikap.
2. Komponen afektif komponen emosional, yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek atau
sikap. 3. Komponen konatif komponen perilaku, yaitu komponen yang
berhubungan dengaan kecenderungan bertindak terhadap obyek sikap.
Stimulus Rangsangan
Proses Stimulus
Reaksi Tingkah Laku Terbuka
Sikap Tertutup
2.1.4 Ciri Sikap Menurut Purwanto 2005 dalam Suriadi 2014, ada beberapa cirri-ciri
sikap diantaranya adalah sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuknya atau dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam
hubungan dengan objeknya. Sikap dapat berubah-ubah bila terdapat keadaan- keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang
sehingga sikap dapat dipelajari. Sikap tidak dapat berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu, tetapi dapat juga merupakan
kumpulan dari hal-hal tersebut. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan.
2.1.5 Tahapan Sikap Menurut Budiman dan Riyanto, A. 2013 dalam Suriadi 2014, tahapan
sikap adalah sebagai berikut : 1. Menerima
Tahap sikap menerima adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan stimulus dari luar yang akan datang kepada dirinya dalam
bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini, misalnya adalah kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus,
mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar.
2. Menanggapi Tahap sikap menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang
untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan
membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Tahap ini lebih tinggi dari pada tahap menerima.
3. Menilai Tahap sikap menilai adalah memberikan nilai atau memberikan
penghargaan terhadap suatu kegiatan objek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan.
Menilai merupakan tingkat efektif yang lebih tinggi daripada menerima dan menanggapi.
4. Mengelola Tahap sikap mengelola adalah mempertemukan perbedaan nilai
sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum.
5. Menghayati Tahap sikap menghayati adalah keterpaduan semua sistem nilai yang
telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Menghayati merupakan tingkat efektif tertinggi, karena
pada tahap sikap ini telah benar-benar bijaksana. Pada tahap ini juga telah memiliki sistem nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya untuk suatu
waktu yang lama, sehingga membentuk pola hidup tingkah lakunya menetap, konsisten, dan dapat diamalkan.
2.1.6 Pembentukan Dan Perubahan Sikap Menurut Purwanto 2005, sikap dapat dibentuk dan berubah melalui 4
macam cara yaitu :
1. Adopsi Adopsi adalah kejadian-kejadian peristiwa-peristiwa yang terjadi
berulang terus menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap kedalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.
2. Diferensiasi Diferensiasi
adalah berkembangnya
intelegensia, bertambahnya
pengalaman sejalan dengan bertambahnya usia maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya.
3. Integrasi Integrasi adalah pembentukan sikap terjadinya secara bertahap, dimulai
dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu. 4. Trauma
Trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan.
Pengalaman-pengalaman yang
traumatis dan
juga menyebabkan
terbentuknya sikap. 2.1.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap
Menurut Azhar,S, 2013 dalam Suriyadi 2014, faktor-faktor yang mempengaruhi sikap antara lain :
1. Pengalaman pribadi Segala sesuatu yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk
dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Seseorang harus
mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologi untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan. Apakah penghayatan itu
kemudian akan membentuk sikap positif atau sikap negatif, akan tergantung pada berbagai faktor lain. Tidak adanya pengalaman sama
sekali dengan suatu objek psikologis untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan. Apakah penghayatan itu kemudian akan membentuk
sikap positif atau sikap negatif, akan tergantung pada berbagai faktor lain. Tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek psikologis
cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar pembentukan sikap. Untuk itu
pengalaman pribadi harus bisa meninggalkan kesan yang kuat. 2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sikap sosial yang ikut mempengaruhi sikap seseorang. Seseorang yang kita
anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi sesuatu gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang tidak ingin kita kecewakan,
atau seseorang yang berarti khusus bagi kita significant other, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap. Diantara orang yang biasanya
dianggap penting bagi individu adalah orang tua yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, dan istri atau suami.
3. Pengaruh kebudayaan Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan sikap. Kebudayaan telah menanamkan garis
pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan yang pulalah
yang member corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya. Hanya kepribadian individu yang telah
mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual.
4. Media massa Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, dan
majalah yang mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai suatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut apabila
cukup kuat akan member dasar efektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah sikap tertentu.
5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap, dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam individu.
Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisahan antara suatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat
keagamaan serta ajaran-ajarannya.
6. Pengaruh faktor emosional Terbentuknya sikap tidak hanya ditentukan oleh situasi lingkungan dan
pengalaman pribadi seseorang kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi ssebagai
macam penyaluran frustasi atau penglihatan bentuk mekanisme pertahan ego. Suatu contoh bentuk sikap yang didasari oleh faktor emosional adalah
prasangka prejudice. Prasangka adalah sikap yang tidak toleran, tidak fear, atau favorable terhadap sekelompok orang.
2.1.8 Pengukuran Sikap Menurut Azwar, S 2013 dalam Suriadi 2014 menyatakan bahwa
pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran sikap secara langsung secara langsung umumnya digunakan tes
psikologi yang serupa sejumlah ide yang telah disusun secara hati-hati, seksama, selektif, sesuai dengan kriteria tertentu. Tes psikologi ini kemudian
dikembangkan menjadi skala sikap. Dari skala sikap ini diharapkan jawaban atas pertanyaan berbagai cara oleh responden terhadap suatu objek psikologi.
Skala Guttman dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang tentang gejala atau masalah yang ada dimasyarakat atau
dialaminya. Skala Guttman merupakan skala pengukuran dalam sikap yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang dari
pernyataan : ya atau tidak, positif dan negatif, setuju atau tidak setuju, benar atau salah. Skala Guttman ini pada umumnya dibuat seperti checklist dengan
interprestasi penilaian, apabila skor setuju nilainya 1 dan apabila tidak setuju
nilainya 0 dan analisanya dapat dilakukan seperti skala likert. Skor individu pada skala sikap yang merupakan skor sikapnya adalah jumlah skor dari
keseluruhan pernyataan yang ada dalam skala Hidayat, A,A. 2010. Menentukan skor sikap menurut Azwar, S 2013 sikap individu dapat
ditentukan dengan menghitung mean nilai rata-rata yaitu :
∑ s X = ………
f
Keterangan : X
= Skor ∑ s
= Jumlah nilai f
= Banyak nilai Cara interprestasi
adalah apabila jawaban responden ≥ nilai rata-rata mean jawaban maka sikap responden dinyatakan positif. Sikap dinyatakan
negatif apabila jawaban responden ≤ nilai rata-rata jawaban.
2.2 Konsep Timbang Terima