54
Pendidikan Agama Islam Kelas VIII
tabiat, ucapan maupun agama hingga pada pakaian, rumah atau harta miliknya yang lain. Menyebut kekurangannya yang ada pada
badan seperti mengatakan ia pendek, hitam, kurus, dan sebagainya. Atau pada agamanya seperti mengatakan ia pembohong, fasik,
munafik dan lain-lain.
Kadang orang melakukan gibah dengan cara pujian dengan mengatakan,”Betapa baik orang itu, tidak pernah meninggalkan
kewajibannya. Namun sayang, ia mempunyai perangai seperti kita, kurang sabar.” Ia menyebut juga dirinya dengan maksud mencela
orang lain dan mengisyaratkan dirinya termasuk golongan orang- orang saleh yang selalu menjaga diri dari gibah. Bentuk gibah yang
lain misalnya mengucapkan,”Saya kasihan terhadap teman kita yang selalu diremehkan ini. Saya berdoa kepada Allah agar dia tidak
lagi diremehkan.” Ucapan semacam ini bukanlah doa. Jika ia menginginkan doa untuknya, tentu ia akan mendoakannya dalam
kesendiriannya dan tidak mengatakan semacam itu.
3. Menghindari Perilaku Gibah
Gibah merupakan perilaku tercela. Oleh karenanya tentu mempunyai akibat negatif yang ditimbulkan. Gibah adalah akhlak
tercela yang dilarang oleh Allah swt. sebagaimana firman-Nya.
Y± ayyuhal-la©³na ±manujtanib μ ka£³ram mina§-§anni, inna ba‘«a§-
§anni i¡muw wa l± tajassas μ wa l± yagtab ba‘«ukum ba‘«±n,
ayu¥ibbu a¥adukum ay ya’kula la¥ma akh³hi maitan fa karihtum
μhu, wattaqull±ha, innall±ha taww±bur ra¥³mun
Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka kecurigaan, karena sebagian dari purba-
sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah
seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa
jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang.” QS. Al-Hujurat: 12
.
55
Pendidikan Agama Islam Kelas VIII
Cara menghindari perilaku gibah atau menggunjing tersebut adalah sebagai berikut.
1. Menyadari bahwa Allah swt. membenci terhadap orang yang menggunjing,
2. Mengingat bahwa kita juga memiliki kekurangan karena tidak
ada seorang pun yang tidak memiliki cela atau aib.
1. Pengertian Namimah
Namimah atau mengadu domba adalah usaha atau perbuatan seseorang baik berupa ucapan atau perbuatan yang bertujuan untuk
mengadu domba. Adu domba antara satu orang dengan orang yang lain, satu golongan dengan golongan yang lain, satu etnis dengan
etnis yang lain, dan sebagainya.
Perbuatan namimah dapat berupa mengutip suatu perkataan dengan tujuan untuk mengadu domba antara seseorang dengan si
pembicara. Namimah dapat berbentuk tindakan membeberkan perkataan atau perbuatan seseorang yang berupa aib. Akibatnya
sehingga orang yang dibicarakan tersebut tidak suka jika perilaku dirinya dibeberkan orang lain. Akhirnya orang tersebut marah dan
berbalik tidak menerimanya. Terjadilah percekcokan karena adanya adu domba tersebut.
2. Contoh Perilaku Namimah
Perhatikan contoh perilaku namimah berikut ini Siang itu Pak Hidayat menghadiri undangan rapat di Balai
Desa. Pak Hidayat selaku Ketua RT di kampungnya mendapat undangan rapat dari Bapak Kepala Desa untuk membahas rencana
kegiatan ”bersih desa” dalam rangka mengikuti lomba desa bersih se-kabupaten. Tepat pukul 13.00 rapat dimulai. Pak Hidayat
ditunjuk menjadi moderator dalam rapat tersebut.
Rapat dibuka oleh Bapak Kepala Desa dengan menyampaikan tujuan diadakannya rapat tersebut. Selanjutnya, selaku modera-
tor, Pak Hidayat mempersilakan peserta rapat lainnya untuk mengajukan pertanyaan, saran, atau pendapatnya.
E. Namimah
56
Pendidikan Agama Islam Kelas VIII
Pak Komar mengusulkan agar setiap keluarga mewakilkan anggota keluarganya untuk mengikuti kerja bakti. Pak Rusdi
mengusulkan agar semua anggota keluarga bersama-sama mengikuti kerja bakti. Lain lagi pendapat Pak Agus. Ia
mengusulkan agar setiap keluarga ditarik iuran untuk membayar orang agar mau kerja bakti di lingkungan desanya. Selain itu, masih
ada pendapat dan usulan lainnya yang berbeda-beda.
Secara bijaksana, Bapak Kepala Desa mengambil jalan tengah dengan memutuskan berbagai pendapat tersebut. Bapak Kepala
Desa tidak ingin memihak pada salah satu pendapat warganya, karena cenderung mengadu domba warganya. Tentunya kalian
paham, bukan, bahwa mengadu domba termasuk perbuatan tercela? Untuk itu, sifat suka mengadu domba perlu dihindari demi
tercipta kerukunan terhadap sesama.
3. Menghindari Perilaku Namimah
Allah swt. mencela orang yang melakukan perbuatan namimah, sebagaimana firman-Nya:
Wa l± tu¯i‘ kulla ¥all±fim mah³nin, Hamm±zim masysy±’im binam³min
Artinya: “Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian
kemari menghambur fitnah.” QS. Al-Qalam68:10-11 Perilaku namimah membawa kerugian di dunia juga orang
yang melakukan akan mendapatkan siksaan di alam kubur dan di akhirat. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.
Artinya: “Sesungguhnya Rasulullah saw. melewati dua kuburan, lalu Rasulullah bersabda penghuni kedua kuburan ini telah disiksa
bukan karena melakukan dosa besar. Yang satu tidak membersihkan air kencingnya dan yang lain berjalan untuk
mengadu domba.” H.R. asy-Syaikhani