Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan

BAB V SUB DINAS BINA KESEHATAN HEWAN

A. Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan

Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan sesuai dengan tupoksi mempunyai tugas antara lain : 1. Mengevaluasi data penyakit hewan, yang berkaitan dengan upaya pencegahan pemberantasan penyakit hewan. 2. Menyiapkan bahan yang terkait dengan upaya pencegahan pemberantasan penyakit hewan. 3. Menyiapkan program dan bahan kegiatan operasional dalam rangka penanggulangan penyakit hewan. 4. Melakukan pengawasan dan pengendalian penyakit hewan. Beberapa jenis penyakit hewan yang pada saat ini perlu perhatian khusus untuk dilakukan pengendalian adalah ; 1. Rabies, hampir seluruh kabkota sudah merupakan daerah endemis, kecuali Kep. Mentawai masih dinyatakan bebas. 2. SE, Ngorok, kadang-kadang terjadi kasus secara sporadic terutama pada daerah kantong penyakit dan pada lokasi ternak kerbau, dan pada tahun 2005 terjadi out break di Kec. Basa ampek balai Tapan Kab Pesisir Selatan. 3. Jembrana pada tahun 2005 tidak terjadi out break terutama pada daerah yang pernah terjadi kasus positif jembrana, ternak sapi bali yang berada pada daerah kasus telah dilakukan vaksinasi selama 3 tahun berturut-turut. 4. Brucellosis untuk Sumatera Barat selama 7 tahun dilakukan surveilen dengan melakukan tes RBT terhadap ternak sapi betina dan hasilnya adalah nol tidak ada reactor yang positif. 48 5. Hog colera karena peternakan babi di Sumatera barat sudah berkurang, sejak terjadi kasus hog colera pada tahun 1995 di kota Padang, sampai tahun2005 penyakit hog colera tidak pernah muncul. 6. Avian Influenza flu burung pada tahun 2005 daerah yang terjangkit flu burung ada 2 kabkota yaitu Kab. Agam, Kab 50 Kota. Sedangkan pada tahun 2004 sebanyak 5 kabkota yaitu Kota Pariaman, Kota Bukittinggi, Kab.50 Kota, Kab Tanah Datar dan Kab Padang Pariaman, sehingga pada tahun 2005 daerah Sumatera Barat yang terjangkit flu burung adalah 7 daerah kab kota. Untuk melakukan penanggulangan beberapa penyakit penting tersebut maka kasi P3H telah merencanakan vaksin untuk pengendalian penyakit supaya tidak terjadi out break antara lain : 1 Vaksin SE, Ngorok. Pelaksanaan vaksinasi SE dilakukan oleh Kabkota yang berada pada daerah kantong penyakit SE ngorok terutama pada ternak kerbau. Pada tahun 2005 propinsi Sumatera Barat mendapat vaksin SE berasal dari subsidi Pusat sebanyak 10.000 dosis dan pengadaan dari DASK Dinas Peternakan tahun 2005 sebanyak 25.000 dosis dan realisasi vaksinasi SE dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1. Realisasi vaksin SE Tahun 2005 No KabupatenKota Vaksin SE Vaksin SE Realisasi APBNdosis APBDdosis dosis 1 Kabuapten Agam 400 2,000 2,000 2 Kabuapten Pasaman Barat - - 3 Kabupaten Pasaman - - 4 Kabupaten 50 Kota 5,600 5,600 5 Kabupaten Tanah Datar 2,000 2,000 6 Kabuapaten Solok 1,000 1,000 7 Kabupaten Swl Sijunjung - - 8 Kabupaten Dharmasraya 2,500 2,500 9 Kabupaten Solok Selatan 1,500 1,500 10 Kabupaten Pesisir Selatan 5,100 5,200 5,200 11 Kabupaten Pdg. Pariaman 3,000 1,000 1,000 12 Kabupaten Kep. Mentawai - - 13 Kota Bukittinggi 200 200 49 14 Kota Pdg. Panjang 250 250 15 Kota Pariaman 1,750 1,750 16 Kota Sawahlunto 500 - - 17 Kota Solok - - 18 Kota Payakumbuh - 2,000 2,000 19 Kota Padang 1,000 - - 20 UPT Klinik Hewan padang - - Jumlah 10,000 25,000 25,000 2 Vaksin rabies dan racun stricnin untuk pemberrantasan diutamakan pelaksanaan vaksinasi terhadap anjing yang berpemilik sedangkan eliminasi terhadap anjing yang berkeliaran di jalan umum. Pada tahun 2005 pengadaan vaksin oleh Dinas Peternakan Provinsi melalui dana dekosentrasi sebanyak 6.000 dosis dan subsidi pusat sebanyak 10.000 dosis, sedangkan untuk eliminasi disediakan racun strikhnin sebanyak 15 kg yang berasal dari dana dekonsentrasi sebanyak 9 kg dan dari DASK Dinas Peternakan Propinsi sebanyak 6 kg, alokasi dan realisasi seperti Tabel 5.2. Tabel 5.2. Realisasi Penanggulangan Penyakit Rabies No KabupatenKota Rabies APBN Racun APBN Racun APBD Dosis Kg Kg 1 Kabuapten Agam 1,050 0,5 2 Kabuapten Pasaman Barat 150 3 Kabupaten Pasaman 750 0,5 4 Kabupaten 50 Kota 800 1 5 Kabupaten Tanah Datar 2,100 0,5 0,5 6 Kabuapaten Solok 750 1 0,5 7 Kabupaten Swl Sijunjung - 8 Kabupaten Dharmasraya 1,100 0,5 0,5 9 Kabupaten Solok Selatan - 0,5 10 Kabupaten Pesisir Selatan 1,000 1,5 11 Kabupaten Pdg. Pariaman 1,700 0,5 0,5 12 Kabupaten Kep. Mentawai - 13 Kota Bukittinggi 850 0,5 14 Kota Pdg. Panjang 350 0,5 0,5 15 Kota Pariaman 450 0,5 16 Kota Sawahlunto 1,050 0,5 17 Kota Solok 400 0,5 18 Kota Payakumbuh 1,900 0,5 0,5 19 Kota Padang 1,450 1,5 1 20 UPT Klinik Hewan padang 200 50 Jumlah 16,050 9 kg 6 kg 3 Vaksin AI dan Desinfektan, untuk pengendalian penyakit flu burung di Propinsi Sumatera Barat, telah dilakukan vaksinasi terhadap unggas yang berada pada daerah yang telah dinyatakan positif terhadap flu burung. Pada tahun 2005 vaksin AI disediakan dari dana subsidi pusat sebanyak 800.000 dosis dan dari DASK Dinas snak Propinsi sebanyak 500 liter desinfektan kemudian pada anggaran belanja tambahan disediakan vaksin AI 1.000.000 dosis dan desinfektan sebanyak 1000 liter. Alokasi dan realisasi dapat dilihat pada Tabel 5.3. Tabel 5.3. Realisasi Penanggulangan Penyakit Avianinfluenza AI No KabupatenKota Vaksin AI Vaksin AI Desinfektan Desinfektan APBNdosis APBDdosis Liter ABTLiter 1 Kabuapten Agam 50,000 30 48 2 Kabuapten Pasaman Barat - 10 - 3 Kabupaten Pasaman - 20 30 4 Kabupaten 50 Kota 400,000 300,000 55 140 5 Kabupaten Tanah Datar 100,000 - 40 76 6 Kabuapaten Solok - 10 48 7 Kabupaten Swl Sijunjung 10,000 - 31 8 Kabupaten Dharmasraya 20,000 10 24 9 Kabupaten Solok Selatan - 10 - 10 Kabupaten Pesisir Selatan - 32 48 11 Kabupaten Pdg. Pariaman 50,000 50,000 30 57 12 Kabupaten Kep. Mentawai - - - 13 Kota Bukittinggi - 20 12 14 Kota Pdg. Panjang 40,000 10 55 15 Kota Pariaman 50,000 25,000 35 - 16 Kota Sawahlunto 20,000 12 36 17 Kota Solok 60,000 20 63 18 Kota Payakumbuh 100,000 50 - 19 Kota Padang 100,000 50,000 50 58 20 UPT Klinik Hewan padang 21 Propinsi 375,000 56 274 Jumlah 800,000 1,000,000 500 1000 51 Pemberantasan penyakit Hewan, berkaitan dengan evaluasi data penyakit dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan. Berdasarkan laporan dari Kabupaten dan Kota serta peninjauan kelapangan terjadi kasus luar biasa wabah penyakit SE ngorok di Kab. Pesisir selatan di Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan di Jorong Bakir, Nilau Halang Rambah dan Talang sepakat, kasus penyakit ngorok terjadi pada pertengahan Maret 2005 dari kasus ini telah menimbulkan kematian ternak kerbau sebanyak 658 ekor mati bangkai 137 ekor dan 419 potong paksa dari populasi 6000 ekor. Kemudian pada pertengahan Juli 2005 penyakit SE atau ngorok meluas ke kecamatan Surantih desa Timbulun dan Pasir Panjang, jumlah kasus sampai akhir kejadian berjumlah 94 ekor mati bangkai dan potong paksa . Pada bulan September 2005, terjadi di daerah kec Air haji hal ini terjadi karena ternak tidak divaksinasi pada saat terjadi wabah ngorok di Kecamatan BAB Tapan, jumlah kematian ternak kerbau sebanyak 28 ekor mati bangkai dan potong paksa Kabupaten Padang Pariaman., terjadi di kecamatan Tapakis desa Rimbo karambil Pada awal bulan Desember 2005 secara sporadic, dengan kematian ternak kerbau sebanyak 15 ekor mati bangkai dan potong paksa . Untuk pencegahan dan pengendalian penyakit SE,atau ngorok telah dialokasikan sebanyak 12.000 dosis vaksin SE dan obat-obatan ke daerah kab. Pesisir Selatan. Karena satu-satunya jalan adalah dengan melaksanakan vaksinasi rutin terhadap ternak kerbau 1x setahun. Pengadaan vaksin SE disamping subsidi dari Direktorat jenderal Peternakan juga dianggarkan pada Dask Dinas Peternakan tahun 2005. Avian Influenza Flu Burung . Pada tahun 2005 kasus penyakit Flu burung terjadi didaerah : 1. Kab Agam di Jorong Tanjung Medan Nagari Biaro Gadang Kecamatan IV Angkat, kematian ayam arab sebanyak 6 ekor dan dipotong 4 ekor dari 18 ekor populasi, kematian unggas terjadi pada bulan September, Kemudian 52 pada bulan Oktober terjadi juga kematian pada ayam buras di Jorong Tabek Panjang Kecamatan Baso dengan kematian 10 ekor dari 100 ekor populasi. 2. Kabupaten 50 Kota, di Nagari Taeh Kecamatan Mungka kematian ayam petelur umur 52 hari sebanyak 3000 ekor dari 5000 ekor populasi kematian terjadi pada bulan September. Kemudian pada bulan Oktober terjadi kematian ayam petelur 3 ½ bulan di Kecamatan Akabiluru dengan jumlah kematian sebanyak 1000 ekor lebih dari 21.000 ekor populasi. Sampai bulan Desember tidak ada kematian lagi, semua kasus kematian unggas sudah dikonfirmasikan dengan BPPV Reg II Baso dengan hasil Positif Avian Influenza. Untuk pengendalian dan pemberantasan penyakit avian influenza telah dilakukan beberapa tindakan antara lain : 1. Peningkatan Biosecurity dengan mengalokasikan 2500 liter desinfektan keseluruh kabupaten dan kota se Sesumatera Barat. 2. Melakukan vaksinasi pada daerah yang terjadi kasus positif Avian Influenza. 3. Mempersiapkan tenaga Dokter Hewan dan Paramedis Veteriner di Pos-Pos Keswan untuk selalu melakukan pemantauan pada daerah kawasan ternak unggas. Sosialisasi tentang penyakit Avian Influenza melalui media elektronik dan penyebaran leaflet kepada masyarakat Penyakit Rabies. Penyakit Rabies di Sumatera Barat kasus positif masih tergolong tinggi Rata-rata 1 kasus perhari. Pada tahun 2005, pemberantasan dan pengendalian penyakit rabies terus ditingkatkan. Pada kab kota kasus positif rabies sebanyak 168 kasus sedangkan tahun 2004 positif rabies sebanyak 163 kasus berarti naik 1,03 target penurunan kasus tidak berhasil. Sedangkan jumlah kecamatan yang tertular sebanyak 75 kecamatan dengan jumlah jorong yang tertular sebanyak 53 293. Untuk pengendalian penyakit Rabies terutama se Sumatera telah dilakukan Rapat Koordinasi Rabies pada tanggal 9 s d 11 Agustus 2005 yang diikuti oleh Dinas Peternakan se Sumatera, Dinas Kesehatan se Sumatera dan Pemerintah Daerah se Sumatera. Penanggulangan Penyakit Reproduksi. Penanggulangan Penyakit Reproduksi dimaksudkan untuk mengatasi ternak yang mengalami kawin berulang lebih dari tiga kali IB . Dilakukan pada 3 kabkota yaitu Kab 50 Kota, Kota Payakumbuh dan Kab Darmasraya. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan di Kab.50 Kota dari 78 ekor yang diperiksa 26 ekor mengalami Hipofungsi 33,3 dan CLP 12 ekor 15,4 sedangkan endometritis 6 ekor 7,8 dan bunting 21 ekor 26,9 . Di Kota Payakumbuh dari 37 ekor yang diperiksa ditemui 9 ekor Hipofungsi 24,3 dan CLP 2 ekor 5,4 sedangkan yang menderita endometritis tidak ada 0 majir 1 ekor 2,7 bunting 18 ekor 48,6 . Di Kab. Darmasraya dari 336 ekor yang diperiksa ditemui hipofungsi 80 ekor 23,8 CLP 43 ekor 12,8 endometritis sebanyak 131 ekor 39 bunting 97 ekor 28,7 . Dari hasil pelayanan lansung kepada masyarakat dalam kegiatan penanggulangan penyakit reproduksi dapat dianalisa kondisi sistim reproduksi ternak disuatu wilayahdaerah. Dalam kegiatan Peningkatan sumber daya manusia maka kasi P3H Juga mengadakan pelatihan, yaitu pelatihan Asisten Tekhnisi Reproduksi ATR, pelatihan ini bertujuan meningkatkan potensi sumber daya manusia dalam penanganan masalah reproduksi dan meningkatkan pelayanan reproduksi ternak kepada masyarakat sehingga produksi ternak menjadi optimal. Peserta pelatihan sebanyak 15 orang berasal dari 11 daerah kabupaten dan 3 daerah Kota. 54 Pelaksanaan tugas koordinasi dengan unit kerja lain ,dilakukan dalam bentuk kerjasama dalam pengembangan bioteknologi dengan Balai Embrio Tranfer dan LIPI. Kerjasama ini dilakukan dalam bentuk transfer embrio pada daerah kab dan kota Kab 50 Kota, Kota Payakumbuh, Tanah Datar, Kab. Solok dan sexing sperma dengan maksud untuk meningkatkan kwalitas ternak Sumatera Barat.

B. Seksi Pengamatan Penyakit Hewan P2H