Metode Penelitian Kualitatif Penelitian Kebijakan

Universitas Indonesia menunjukkan bahwa penyelenggaraan penelitian dilakukan secara bergantian antara pengumpulan data dengan analisis data sampai masalah penelitian terjawab. c. Analisis data model Miles dan Huberman Analisis ini didasarkan pada pandangan paradigmanya yang positivisme. Sebelum menganalisa data peneliti memetakan terlebih dahulu data dari situs situs yang ada, kemudian dianalisis dengan menggunakan matriks. Dari matriks yang ada, peneliti menganalisis, apakah membandingkan melihat urutan, ataukah menelaah hubungan sebab akibat sekaligus.

2.5.2.4. Pemeriksaan Keabsahan Data

Tujuan dari pemeriksaan keabsahan data ini adalah agar temuan-temuan penelitian dapat diterima atau dapat dipertimbangkan. Beberapa teknik pemeriksaan keabsahan data pada penelitian kualitatif Moleong, 2013, adalah : a. Perpanjangan keikutsertaan, dimana peneliti tinggal lebih lama dilapangan sampai terjadi kejenuhan pengumpulan data. Hal ini berguna untuk mendeteksi dan memperhitungkan distorsi yang mungkin mengotori data serta membangun kepercayaan subyek terhadap peneliti dan menambah kepercayaan diri peneliti. b. Ketekunan pengamatan, berarti mencari interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitannya dengan proses analisis yang konstan. Ketekunan pengamatan ini bermaksud untuk mencari ciri-ciri dan unsur- unsur yang relevan dengan persoalan, kemudian memusatkan diri pada temuan itu secara rinci menyediakan kedalaman makna c. Triangulasi, merupakan teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain untuk keperluan pengecekan data atau pembanding terhadap data itu. Danzin membedakan triangulasi dalam 4 kelompok, yaitu : 1 Triangulasi dengan sumber, yaitu membandingkan informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda Universitas Indonesia 2.Triangulasi dengan metode, yaitu pengecekan derajat kepercayaan dengan membandingkan terhadap hasil penelitian dengan beberapa metode pengumpulan data. 3.Triangulasi penyidik, yaitu pengecekan data dengan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya. 4.Triangulasi dengan teori, yaitu memeriksa kebenaran data dengan teori lain. Menurut Patton 1987, hal ini dapat dilaksanakan dan dinamakan penjelasan pembanding rival explanation d. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi, dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dengan teman sejawat dalam bentuk diskusi. e. Analisa kasus negatif, dilakukan dengan cara mengumpulkan contoh dan kasus yang tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan informasi yang diperoleh dan digunakan sebagai pembanding. f. Pengecekan anggota, dengan melibatkan semua anggota yang ikut dalam pengumpulan data g. Uraian rinci, peneliti dituntut untuk melaporkan hasil penelitiannya secermat mungkin yang menggambarkan konteks tempat penelitian dilaksanakan. h. Auditing, proses ini dapat dilaksanakan apabila ada pencatatan dari seluruh proses dan hasil studi.

2.6. Hasil Penelitian Implementasi Kebijakan Makanan di Sekolah

Beberapa hasil penelitian terkait implementasi kebijakan makanan di sekolah ini dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok utama, yaitu :

1. Dampak Positif Implementasi Kebijakan Makanan di Sekolah

Suatu studi Universitas Nebraska-Lincoln memperlihatkan bahwa dengan keijakan nutrisi disekolah dan pelarangan terhadap junk food pada jam makan siang, telah berhasil menurunkan berat badan 18 pada siswa yang obesitas McGarvey M.G., 2010 Kebijakan makanan di sekolah sangat penting dan akan berdampak kepada kebiasaan makan diwaktu remaja, sebagaimana temuan dari Universitas Indonesia CA.Vereecken dkk 2004 di Belgia. Kebijakan makanan di sekolah ini juga akan berpengaruh kepada Praktek Keamanan Pangan Penjaja Jajanan Anak Sekolah Damayanti.S.E., 2014. Contoh lain adalah dengan diwajibkannya sekolah dasar menerapkan kebijakan nutrisi di sekolah School Nutrition PoliciesSNP tahun 2006 di Prince Edward IslandPEI, yang menunjukkan penurunan signifikan secara statistik terhadap proporsi makanan yang rendah gizi LNDF dan peningkatan proporsi Susu dan Alternatifnya MA serta Sayur dan buah VF antara 200102 dan 2007 Mullally,M.L,et.al, 2010.

2. Faktor yang Menunjang Keberhasilan Implementasi Kebijakan

Makanan di Sekolah a. Adanya dukungan masyarakat Dukungan untuk pelaksanaan pedoman yang diberikan oleh kelompok relawan dari masyarakat kota dan pemangku kepentingan misalnya perwakilan divisi sekolah memfasilitasi kerja guru, jaringan dan kemitraan di seluruh kota adalah komponen kunci dari membangun dukungan masyarakat. Dukungan ini diberikan melalui kas dan sumbangan makanan, dan melalui kerja sukarela Quintanilha.M, 2011 b. Adanya dukungan pemerintah Salah satu keberhasilan pelaksanaan program makanan sekolah di Kodungallur, India, tidak terlepas dari peranan subsidi pemerintah pusat, disamping adanya kerjasama yang baik dari tingkat pusat sampai lokal. Pelaksanaan program makan di sekolah diterjemahkan sebagai salah satu yang harus adi secara geografis, target pada daerah yang terpinggir melalui penyediaan langsung, dilaksanakan dengan transparansi dan akuntabilitas, dan sadar preferensi makanan lokal yang mengarah ke produksi lokal dan tenaga kerja dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Chettiparamb, Angelique.,2009 Dukungan pemerintah mempertimbangkan, penyusunan, dan pelaksanaan undang-undang pencegahan obesitas adalah dukungan yang signifikan dalam keberhasilan program untuk mengurangi prevalensi obesitas ini. Dengan adanya undang-undang ini akan mendukung Universitas Indonesia penyediaan biaya terkait dengan intervensi kesehatan dalam anggaran sekolah Katy Lee Cook, 2013. Sebagai contoh Penerapan UU 11,947 pada tahun 2009 Governo Federal Brasileiro, 2009 di Brazil yang dikenal sebagai “School feeding law”, merupakan tonggak yang melegalkan makanan di sekolah di tingkat federal. Konstitusi 1988 menjamin hak universal untuk makanan sekolah gratis untuk siswa yang terdaftar di sekolah dasar negeri Sidaner.E.et.al, 2013. Sebagai contoh lain keterlibatan pemerintah adalah mewajibkan seluruh sekolah dasar di Prince Edward IslandPEI menerapkan kebijakan nutrisi sekolah School Nutrition PoliciesSNP tahun 2006 yang mengacu kepada “PEI School Nutrition Policies PEI SNP”. Mullally,M.L,et.al, 2010 c. Peranan “Working Group” Peranan kelompok pekerja ini sangat besar dalam mampu menjembatani dunia sekolah dengan dunia gizi dengan cara yang memungkinkan pengembangan kebijakan gizi di sekolah Freeze.C, 2007 d. Dukungan sekolah Dukungan kepala sekolah sangat berperan dalam keberhasilan implementasi kebijakan makanan di sekolah dan dapat bertindak sebagai katalis untuk membantu perubahan serta filosofi pribadi kepala sekolah tentang gizi di sekolah adalah kekuatan yang berpotensi kuat untuk membentuk apa yang mungkin dan apa yang akan terjadi di sekolah Freeze.C, 2007 Dukungan Guru dan staf sekolah lainnya juga memungkinkan pengembangan kebijakan dengan mendukung keputusan kepala sekolah untuk memperbaiki gizi sekolah melalui tindakan mereka di dalam kelas Freeze.C, 2007,; Quintanilha.M, 2011. Terkait dengan metode implementasi, maka penggunaan sekolah percontohan dan Pengembangan kebijakan Bottom-up juga dinilai sebagai proses optimal dalam mengembangkan kebijakan gizi di sekolah. Freeze.C, 2007 Universitas Indonesia Keberadaan penanggung jawab terhadap gizi secara formal, juga sangat penting di sekolah. Penelitian yang dilakukan oleh Rideout, Karen et.al 2007, terkait pengembangan nutrisi di sekolah di Britis Columbia, menemukan ada sekitar 25 sekolah yang punya kelompok formal yang bertanggung jawab terhadap gizi, dan ini akan memberikan dampak positif terhadap implementasi kebijakan gizi e. Waktu Tepat right timming Informan kunci percaya bahwa usia anak-anak sekolah menengah memberikan kontribusi terhadap perubahan perilaku siswa, terutama ketika guru terus-menerus berusaha untuk menjadi panutan, dan mendorong kebiasaan sehat melalui beberapa inisiatif mereka Quintanilha.M, 2011. f. Adanya manager jasa makanan yang berpengalaman pengalaman manager jasa makanan sebagai Red Seal koki, di samping pelatihan sebelumnya, mendukung peningkatan makanan yang disajikan di kantin sekolah. Latar belakang profesional membuat dia lebih sadar pilihan yang sehat dan lebih berkualitas untuk merencanakan dan menyiapkan makanan seimbang dan sehat Quintanilha.M, 2011.

3. Faktor Penghambat Implementasi Kebijakan Makanan di Sekolah

a. Kesulitan dalam merubah perilaku Penelitian di Afrika Selatan oleh Temple,Norman dkk 2006, meskipun sudah ditetapkan makanan yang sehat dan tidak sehat di sekolah, namun masih ada 70 siswa tidak membeli makanan yang sehat dan 73,2 membeli dua atau lebih makanan yang tidak sehat. Hal ini sejalan dengan temuan Anu Devi.et.al.2010 yang mengatakan bahwa siswa dalam menentukan pilihan makanan akan mempertimbangkan biayaharga dan kenyamanan serta sangat ditentukan oleh pilihan individu. staf dan murid mengkritik inisiatif untuk membatasi makanan yang tidak sehat Kenyataan lain memperlihatkan bahwa setelah kebijakan dijalankan, maka ada beberapa makanan yang masuk kedalam daftar, Universitas Indonesia tapi tidak disukai oleh kebanyakan siswa, hal ini akan merepotkan bagi penyedia jasa makanan sehat, kondisi ini akan dipersulit lagi dengan kurangnya kualitas dan jumlah staf penyedia jasa Quintanilha.M, 2011. b. Kendala struktur Kendala infrastruktur seperti sarana dan prasarana kantin yang masih kurang, meningkatnya jumlah murid, antrian panjang dan kemampuan staf kantin untuk melayani makanan dengan cepat dan nyaman Anu Devi.et.al.2010 dapat juga menjadi kendala bagi berhasilnya implementasi kebijakan makanan di sekolah. c. Kendala finansial Penelitian di Malawi memperlihatkan bahwa adanya ketergantungan pada pendanaan eksternal dan kurangnya struktur dukungan lokal untuk program pemberian makanan di sekolah Nyongani.M.M, 2012. Sementara itu disisi internal sekolah ada kekhawatiran bahwa mengimplemtasikan kebijakan makanan disekolah akan dapat mengurangi income sekolah, karena berkurangnya jenis makanan yang berkontribusi dalam acara penggalangan dana sekolah Freeze.C, 2007. Dari sisi penyedia makanan juga ditemukan penurunan pendapatan dan mengatakan bahwa perubahan mendadak yang tidak akan memuaskan konsumen tidak dapat dilakukan karena kantin kecil, dan hilangnya pendapatan substansial dapat mempengaruhi input jasa makanan , Sementara itu faktor biaya harga makanan sehat lebih mahal daripada makanan tidak sehat Quintanilha.M, 2011. d. Kehadiran pedagang makanan di sekitar sekolah Seliske.L,et.al 2013 menyimpulkan bahwa ada hubungan yang kuat antara kehadiran penjaja makanan disekitar sekolah dengan perilaku makan siang anak. Hal inipun juga dipertegas oleh hasil penelitian Howard.P.H et.al 2011 yang mengatakan bahwa kehadiran toko yang berjarak 10 menit berjalan kaki dari sekolah akan berpengaruh pada kenaikan berat badan siswa. Ini juga didukung oleh adanya restoran