Latar Belakang analisis faktor faktor yang mempengaruhi berjalannya kebijakan pengawasan pjas di kota batam ahmad rafqi 2015
Universitas Indonesia
Queensland, Australia Dick.M et.al, 2012. Kebijakan ini dilaksanakan melalui kerjasama antara Departemen Pendidikan dan pelatihan dan Kesehatan
Queensland, dan dilaksanakan dengan dukungan organisasi profesional, dan organisasi non-pemerintah. Strategi bertujuan untuk memastikan bahwa semua
makanan dan minuman yang disediakan di sekolah mengikuti standar diet anak- anak dan Remaja di Australia.
Kebijakan makanan sekolah lainnya adalah menetapkan makanan “sehat” dan “tidak sehat” pedoman diet berbasis pangan di Afrika Selatan oleh
Departemen Kesehatan dan wajib dilaksanakan oleh Departemen Pendidikan Temple.N et.al, 2006 ; Melaksanakan kebijakan School Nutrien Policies SNPs
terhadap sekolah di Canada melalui issue peningkatan kualitas makanan di sekitar sekolah, akses siswa ke makanan, keamanan pangan, dan pendidikan gizi
Mullaly et al, 2010. Program kebijakan makanan sehat berbasis sekolah ini harus konsisten
dengan program kesehatan yang lebih luas, program pertanian untuk pengembangan kesehatan, sistim pangan yang berkelanjutan dan layak secara
finansial Nelson.M,Breda.J,2013. Pada saat ini, program makanan sekolah tidak saja ditujukan untuk meningkatkan status gizi anak, tapi juga berperan
dalam meningkatkan program ketahanan pangan, menghubungkan pertanian dengan program makanan sekolah, seperti penyediaan buah dan sayuran serta
pengolahan hasil alam lokal lainnya sehingga meningkatkan peluang pekerjaan, pengelolaan sumberdaya alam yang lebih baik, dan pendapatan yang lebih tinggi
Ashe.L Sonnino, 2013. Diantara negara yang sudah melaksanakannya adalah Brazil Sidaner.E.et.al, 2013 dan juga Scotlandia Ashe.L Sonnino.R, 2013.
Dalam proses implementasi kebijakan makanan di sekolah, terkait dalam usaha mencapai makanan yang aman, bermutu dan bergizi, tentu banyak faktor
yang berpengaruh, baik berpengaruh positif mendukung pelaksanaannya maupun yang berpengaruh negatif Faktor penghambat pelaksanaannya.
Dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan, ditemukan beberapa faktor yang berpengaruh positif dalam implementasi kebijakan makanan di sekolah,
seperti : 1 Adanya dukungan yang tinggi dari masyarakat; 2 Kesiapan pemasok makanan ; 3 Dukungan orang tua Taylor.J et.al, 2011; Dick.M et.al, 2012,;
Universitas Indonesia
4. Pemahaman dan komitmen yang tinggi dari komunitas sekolah Dick.M et.al, 2012, 5 Adanya kurikulum yang up to date terkait food hygiene dan food safety
Bielby.G.et.al, 2006, 6 Memiliki dampak positif yg dapat diamati Masse.LC., 2013 7. Promosi makan sehat di semua domain dari lingkungan sekolah
Dick.M et.al, 2012, 8 Adanya standar gizi dan penggolongan makanan yang sehat Dick.M et.al, 2012; Anu Devi,et al, 2010, 9. Sekolah dasar memiliki
aturan tertulis untuk membatasi konsumsi makanan ringan gurih dan manis, Vereecken et al, 2005, 10. Adanya peraturan yang dibuat oleh pemerintah
persetujuan legislative Tester.J.M. 2010, 11 Adanya guideline pelaksanaan kebijakan Mâsse.L.C,,2013, 12 Tersedianya kantin sekolah, toko makanan dan
mesin penjual makanan dan minuman di sekolah Taylor.J et.al, 2011; Vereecken et al, 2005, 13 Dukungan politik dan dukungan pihak sekolah Agron P, 2010;
McKenna ML, 2003, dalam Mâsse.L.C,,2013 Sedangkan faktor yang berpengaruh negatif atau menjadi penghalang
pelaksanaan kebijakan makanan di sekolah adalah : 1 Kehilangan pendapatan penerimaan sekolah Taylor.J et.al, 2011; Mâsse.L.C,,2013; Maira Quintanilha.M,
2011,; 2. Mahalnya harga makanan yang sehat, 3 Tidak adanya kantin disekolah Taylor.J et.al, 2011, 4. Kurangnya sumber daya staf, pendanaan,
ketersediaan program atau sumber daya pengajaran,; 5. Kurangnya koordinasi, Mâsse.L.C,,2013, 6. Kurangnya infrastruktur fasilitas kantin, kemampuan staff
kantin Anu Devi et al,,2010, 7. Keadaan dan letak geografisnya Chettiparamb, Angelique , 2009,; Quintanilha.M, 2011,; 8 Orang tua terkait tingkat
pendidikan dan income serta cara pandangnya; 9. kurangnya dukungan dari devisi sekolah; 10. Hambatan lain seperti lokasi sekolah yang dekat restoran
atau toko makanan, Quintanilha.M, 2011; 11. Masalah manajemen makanan terkait selera dan keinginan pelanggan, sumber daya Quintanilha.M, 2011;
Taylor.J et.al, 2011,; Freeze.C, 2007,; 12. Penggunaan makanan sebagai hadiah Freeze.C, 2007 dan lain-lain.
Isu utama kebijakan sekolah ini juga muncul dalam workshop pengembangan evidence base untuk kebijakan berbasis makanan sekolah di
London pada Januari 2012, menyatakan bahwa ada 2 dua isu utama dalam kebijakan sekolah Nelson.M, Breda.J, 2013 :
Universitas Indonesia
a. Komitmen seluruh pemerintah Nasional, lokal dan internasional jika perlu untuk memastikan bahwa hasil dari kebijakan dan intervensi benar-
benar dapat dievaluasi dampaknya terhadap penyediaan makanan sekolah, pendidikan anak, kesehatan, pertumbuhan dan kesejahteraan
b. Isi, waktu dan pendanaan dari program penelitian, monitoring dan evaluasi. Disamping itu ada permasalahan penting lainnya yaitu : Konteks
sosial, politik dan budaya dari kebijakan; kebutuhan stakeholder untuk memiliki hasil penelitian yang bisa membantu mereka memahami dampak
kebijakan dari perspektif mereka; dan kesediaan untuk menilai kekuatan dan keterbatasan kebijakan sekolah.
Pada saat ini, Indonesia sedang melaksanakan kebijakan terhadap pengawasan terhadap mutu dan keamanan makanan di sekolah yaitu kebijakan
“Aksi nasional menuju Pangan Jajanan Anak Sekolah yang aman, bermutu dan bergizi”. Kebijakan Aksi Nasional Menuju Pangan Jajanan Anak Sekolah PJAS
yang aman, bermutu dan bergizi ini bertujuan untuk : 1.Memberdayakan komunitas sekolah untuk menjaga keamanan, mutu, dan gizi PJAS, 2
Menguatkan koordinasi dan jejaring kerja lintas sektor di pusat dan daerah untuk meningkatkan PJAS yang aman, bermutu, dan bergizi, dan 3 Meningkatkan
keamanan, mutu dan gizi PJAS di Indonesia. Program ini merupakan salah satu program pengawasan makanan,
khususnya terhadap pangan jajanan anak di sekolah oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Badan POM RI. Program ini telah
dicanangkan oleh bapak Wakil Presiden Budiono di Istana Wakil Presiden pada 31 Januari 2011, dimana dalam pengarahannya Wapres menyatakan:
“ ini adalah gerakan bersama, tidak mungkin Badan POM sendiri. Oleh sebab itu harus gerakan masyarakat di sini, gerakan yang menyangkut
pemerintah. Pemerintah ini artinya pusat dan daerah, daerah harus diikutkan karena merekalah yang di ujung tombak lapangan. Didalam pemerintah
sendiri ada instansi-instansi, tidak mungkin POM kita diamkan.”
Kebijakan Aksi Nasional Pangan jajanan Anak Sekolah yang aman, bermutu dan bergizi Aksi nasional PJAS, dilaksanakan sejak tahun 2011
sampai tahun 2014. Sebagai pelaksana dari aksi Nasional untuk upaya peningkatan keamanan, mutu dan gizi PJAS ini, ditingkat pusat dilaksanakan
Universitas Indonesia
oleh Kementerian Koordinasi Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah, Bappenas dan Badan POM RI dan didukung oleh stakeholder
dan lembaga internasional donor lainnya, serta Lembaga Kemasyarakatan seperti PKK serta Lembaga Swadaya Masyarakat LSM.
Sedangkan untuk kegiatan di daerah akan dikoordinir oleh Pemerintah Provinsi atau kabupaten kota setempat dan bekerjasama dengan pemerintah pusat dan
lembaga terkait, dan sebagai pelaksana utamanya adalah Balai POM, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan LSM
Badan POM a, 2011. Aksi Nasional ini tidak akan bisa berhasil tanpa adanya senergisitas
diantara lintas sektor terkait lainnya, terutama pada Pemerintah Daerah karena sesuai dengan UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dimana
urusan pendidikan dan kesehatan sudah menjadi kewenangan pemerintah daerah. Hal inipun juga sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004
tentang Kemanan Mutu dan Gizi Pangan, bahwa Pangan siap saji pengawasan dan pembinaannya ada pada Pemerintah Daerah.
Semenjak tahun 2011 sampai tahun 2014, dalam rangka Aksi Nasional PJAS, Balai POM di Batam telah melakukan pengujian PJAS sebanyak 926
sampel PJAS pada 60 Sekolah Dasar SD yang tersebar di kota Batam, Tanjung Pinang, Kabupaten Bintan dan Tanjung Balai Karimun. Dari hasil uji tersebut
PJAS tidak memenuhi syarat sebanyak 58 sampel 6,26, dan yang memenuhi syarat sebanyak 868 93,74. Khusus untuk kota Batam, Balai POM di Batam
sudah melaksanakan Intervensi A, B dan C pada kurang lebih 215 Sekolah Dasar 87 dengan tenaga pendamping dari Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan
kota Batam. Intervensi A di kota Batam dilakukan pada tahun 2012 di 15 SD , sedangkan tahun berikutnya di kota Tanjung Pinang dan Tanjung Balai Karimun .
Dari 15 SD yang diintervensi A tersebut, setelah dilakukan audit oleh BPOM di Batam bersama Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan , hanya 3 SD yang dapat
memperoleh Piagam Bintang Keamanan Pangan untuk Kantin Sekolah sebagai
Universitas Indonesia
penghargaan atas terlaksananya keamanan pangan di kantin sekolah tersebut BPOM Batam, 2014.
Berdasarkan pertimbangan diatas dan mengingat belum ada penelitian yang menganalisa implementasi dari program Aksi Nasional Menuju Pangan
Jajanan Anak Sekolah yang aman, bermutu dan bergizi di Indonesia, maka penulis tertarik untuk melakukannya penelitian guna mengetahui keefektifan pelaksanaan
kebijakan aksi Nasional PJAS ini dan menemukan faktor faktor yang menjadi penghambat dan mungkin akan menjadi masalah dari implementasi kebijakan ini.
Untuk menganalisa implementasi kebijakan Aksi Nasional Menuju Pangan Jajanan Anak Sekolah yang Aman, bermutu dan Bergizi ini, penulis menggunakan
kerangka konsep analisa implementasi kebijakan dari Mazmanian dan Sabatier 1983. Teori ini digunakan karena menurut penulis, beberapa faktor pendukung
dan penghalang implementasi kebijakan makanan di sekolah seperti diatas serta beberapa permasalahan dalam implementasi kebijakan publik secara umum, akan
bisa dirangkum dalam 16 sub variable yang dikelompokkan kedalam 3 variabel utama dari teori Mazmanian dan Sabatier ini.
Menurut Mazamanian dan Sabatier , untuk mengetahui keberhasilan tahap proses implementasi, dipengaruhi oleh beberapa faktorvariabel utama,
diantaranya adalah : 1 Mudahtidaknya permasalahan implementasi diselesaikan, 2 Kemampuan kebijakan dalam merespon masalah yang akan diselesaikan
statutory variables, diantaranya kejelasan tujuan, dukungan sumber daya, dll 3 Variable non kebijakan non statutory variables, semakin baik lingkungan
kebijakan maka semakin baik keberhasilan implementasi kebijakan Yongjin Sa, 2013; Wahab.S.A., 2012; Mary Mulhern Kincaid 2011,; Purwanto.E.A
Sulistyastuti.D.R, 2012. R. Kent Weaver, guru besar public policy mengatakan bahwa kegagalan
untuk mengantisipasi masalah implementasi ketika reformasi kebijakan sedang berlaku dapat menyebabkan kegagalan untuk mencapai tujuan program, biaya
yang berlebihan, dan bahkan mungkin reaksi politik terhadap organisasi dan pelaksana kebijakan Gustama.D, 2013.
Universitas Indonesia