prioritas pembangunan nasional, provinsi dan daerah seperti penanggulangan kemiskinan dan percepatan pencapaian target
Millenium Development Goal’s MDG’s, termasuk dalam hal ini antisipasi programkegiatan kompensasi kenaikan harga BBM bagi
masyarakat
miskin. Perubahan
Prioritas Penanggulangan
Kemiskinan beserta sasarannya berpedoman pada Peraturan Walikota Surakarta Nomor 2-H Tahun 2013 tentang Strategi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kota Surakarta.
Perubahan RKPD tahun 2013 juga dilakukan dalam rangka Pemerataan pembangunan infrastruktur dalam rangka percepatan
pertumbuhan ekonomi, peningkatan kapasitas aparatur dalam rangka pelayanan publik serta penanganan bencana dan pasca
bencana. Selain itu, juga dilakukan untuk pembuatan DED kegiatan pembangunan Fisik yang akan dilaksanakan pada Tahun
2014, penilaian dan penghapusan aset.
Perubahan RKPD tahun 2013 juga dilakukan untuk mengakomodir revisi DPA-SKPD Tahun 2013 dan perubahan
anggaran yang mendahului Perda Perubahan APBD T.A. 2013 yang telah ditetapkan dalam Peraturan Walikota. Terakhir, perubahan
RKPD tahun 2013 dilakukan dalam rangka penyesuaian pelaksanaan
programkegiatan dengan
juknisnya pada
programkegiatan yang bersumber dari dana hibah, bantuan keuangan, dan dana perimbangan yang bersifat spesifik grant
seperti DAK dan Bantuan Keuangan Propinsi Jawa Tengah.
2. Adanya perubahan perkembangan kondisi perekonomian yang
tidak sesuai dengan asumsi kerangka ekonomi daerah dan kerangka pendanaan
a. Kondisi Perekomonian Nasional
Dalam UU APBNP tahun 2013, asumsi dasar ekonomi makro yang digunakan sebagai basis perhitungan postur APBN
adalah sebagai berikut: 1 pertumbuhan ekonomi 6,3 persen; 2 inflasi 7,2 persen; 3 nilai tukar Rp9.600,0US; 4 suku
bunga SPN 3 bulan 5,0 persen; 5 harga minyak mentah Indonesia US108,0 per barel; dan 6 lifting minyak mentah
840 ribu barel per hari; dan g lifting gas 1.240 ribu barel setara minyak per hari.
Dalam semester I tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan mencapai 6,1 persen dan dalam
keseluruhan tahun 2013 diperkirakan mencapai 6,3 persen atau sama dengan asumsi yang ditetapkan dalam APBNP tahun
2013. Dari sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor penentu permintaan domestik,
terutama konsumsi rumah tangga dan investasi. Terkait investasi, walaupun beberapa faktor penentu seperti pasar
domestik
yang potensial,
kebijakan Pemerintah
untuk mendorong daya beli, terjaganya stabilitas ekonomi makro,
perbaikan iklim investasi, dan status investment grade
merupakan faktor pendorong tingkat pertumbuhan investasi di tahun 2013, namun faktor-faktor tersebut belum dapat
mengkompensasi perlambatan pertumbuhan investasi pada semester I tahun 2013.
Sementara itu,
sumber pertumbuhan
eksternal cenderung membaik seiring dengan perbaikan kinerja ekspor
yang disertai dengan perlambatan impor karena melambatnya konsumsi dan investasi. Dari sisi penawaran, pertumbuhan
ekonomi terutama didukung oleh pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor jasa keuangan, jasa
perusahaan,
dan real
estate, dan
sektor konstruksi.
Pertumbuhan ekonomi semester I tahun 2013 ini relatif melambat apabila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi
semester I tahun 2012, yang realisasinya mencapai 6,3 persen.
Realisasi laju inflasi dalam semester I tahun 2013 mencapai 5,9 persen. Pada bulan April dan Mei 2013 terjadi
deflasi masing-masing sebesar 0,1 persen dan 0,03 mtm. Meskipun terjadi deflasi, namun inflasi dari harga diatur
pemerintah administered price terutama karena kenaikan tahap II tarif tenaga listrik TTL dan kenaikan harga BBM
bersubsidi berkontribusi terhadap tingginya inflasi di semester I tahun 2013. Hal ini menyebabkan laju inflasi semester I tahun
2013 lebih tinggi jika dibandingkan dengan laju inflasi semester I tahun 2012 yang tercatat sebesar 4,5 persen.
Dalam periode yang sama, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih melemah cukup signifikan, karena aliran
keluarnya modal dari dalam negeri. Berdasarkan perkembangan tersebut, rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada
semester I tahun 2013 mencapai Rp9.742,0US, atau mengalami depresiasi sebesar 3,8 persen bila dibandingkan
dengan nilai kurs pada akhir tahun 2012. Apabila dibandingkan dengan kondisi semester I tahun 2012 dimana rata-rata nilai
tukar rupiah terhadap dolar AS mencapai Rp9.203,0US, maka pada semester I tahun 2013 rupiah melemah sekitar 5,8
persen.
Selanjutnya, tingkat suku bunga SPN 3 bulan dalam semester I tahun 2013 mencapai 3,8 persen. Meskipun jauh di
bawah asumsi suku bunga yang ditetapkan APBNP 2013 sebesar 5,0 persen, realisasi suku bunga SPN 3 bulan hasil
lelang dalam periode tersebut secara perlahan bergerak meningkat terutama pada tenor-tenor pendek. Antisipasi
investor terhadap kenaikan harga BBM bersubisdi sehingga mendorong mereka untuk meminta tingkat imbal hasil yang
lebih tinggi di atas harga pasar, diduga merupakan salah satu pemicu meningkatnya suku bunga SPN 3 bulan tersebut.
Realisasi tingkat suku bunga rata-rata SPN 3 bulan semester I tahun 2013 tersebut relatif lebih tinggi jika dibandingkan
dengan realisasi tingkat suku bunga rata-rata SPN 3 bulan semester I tahun 2012 yang mencapai 2,9 persen.
Selanjutnya, realisasi harga ICP dalam semester I tahun 2013 rata-rata mencapai US 105,0 per barel atau lebih rendah
bila dibandingkan dengan harga rata-ratanya pada periode yang sama dalam tahun 2012 sebesar US117,3 per barel.
Penurunan harga minyak tersebut, antara lain, disebabkan oleh masih terbatasnya pemulihan ekonomi dunia yang dibarengi
dengan pasokan minyak terutama dari negara-negara OPEC yang masih cukup besar. Faktor lain yang turut mendorong
penurunan harga minyak mentah dunia adalah meredanya ketegangan politik di Timur Tengah yang meredam aksi
spekulasi di pasar komoditas. Hal ini berbeda dengan kondisi semester I tahun 2012 yang mengalami peningkatan
permintaan minyak khususnya jenis heating oil di kawasan Eropa akibat musim dingin yang ekstrem karena gangguan
pasokan gas dari Rusia, penurunan pasokan minyak mentah dari negara-negara non-OPEC menurun serta diperparah
dengan adanya gangguan pasokan minyak mentah dari Sudan, Suriah, dan Yaman akibat konflik politik.
Di sisi lain, realisasi lifting minyak dalam semester I tahun 2013 mencapai rata-rata 827 ribu barel per hari, yang
berarti menurun bila dibandingkan dengan realisasinya pada semester I 2012 yang mencapai rata-rata sebesar 868,0 ribu
barel per hari. Penurunan tersebut terkait dengan adanya penurunan kapasitas produksi sumur-sumur migas, serta
beberapa permasalahan lain meliputi cuaca buruk, kurangnya ketersediaan kapal pengangkut, adanya pemunduran jadwal
produksi, dan permasalahan perijinan lahan. Realisasi asumsi dasar ekonomi makro semester I tahun 2012—2013 disajikan
pada Tabel 1.1
Tabel 1.1 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Nasional Tahun 2012 - 2013
No Uraian
2012 2013
APBNP Realisasi
Semester I APBNP
Realisasi Semester I
1.
Pertumbuhan Ekonomi , yoy
6 ,5 6,3
6,3 6,1
2.
Inflasi , yoy 6 ,8
4,5 7 ,2
5 ,9
3.
Tingkat Suku Bunga SPN 3 bulan
5,0 2,9
5 ,0 3 ,8
4.
Nilai Tukar RpUS 9.000
9 .203 9.600
9.7 42
5.
Harga Minyak mentah Indonesia USbarel
105,0 1 17 ,3
108,0 105,0
6.
Lifting Minyak Ribu barel per hari
9 30,0 8 68,0
840,0 8 27 ,0
7.
Lifting Gas Ribu Barel setara minyak per hari
n.a n.a
1 .240,0 1 .205,0
Sumber : Kementerian Keuangan Keterangan: Proyeksi
Dalam semester II tahun 2013, perekonomian Indonesia diperkirakan semakin membaik seiring dengan peningkatan
stabilitas perekonomian, yang tercermin dari rendahnya volatilitas nilai tukar rupiah, dan terkendalinya laju inflasi.
Kondisi tersebut diperkirakan mendorong meningkatnya pertumbuhan ekonomi pada semester II tahun 2013 hingga
mencapai 6,5 persen. Dengan melihat perkiraan pertumbuhan PDB pada semester I dan II tahun 2013, laju pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada keseluruhan tahun 2013 diperkirakan mencapai 6,3 persen, atau sesuai dengan targetnya dalam
APBNP tahun 2013.
Dalam semester II tahun 2013, pergerakan harga secara umum diperkirakan berada pada kondisi yang relatif terkendali.
Melalui koordinasi kebijakan fiskal, moneter, dan sektor riil yang semakin baik, dan didukung oleh meningkatnya semangat
pemerintah daerah dalam pengendalian inflasi, laju inflasi pada akhir tahun 2013 diharapkan akan dapat dipertahankan pada
sasarannya, yaitu sebesar 7,2 persen.
Sementara itu, masih tingginya arus modal diperkirakan masuk akan mengakibatkan rata-rata nilai tukar rupiah dalam
semester II
tahun 2013,
diperkirakan mencapai
Rp9.458,0US. Dengan demikian, realisasi rata-rata nilai tukar
rupiah terhadap
dolar Amerika
Serikat dalam
keseluruhan tahun 2013 diperkirakan sama dengan asumsinya dalam APBNP tahun 2013, yaitu Rp9.600,0US. Pencapaian
nilai tukar akan berpengaruh terhadap realisasi suku bunga SPN 3 bulan yang dalam semester II tahun 2013 rata-rata
diperkirakan sebesar 6,2 persen. Dengan demikian, secara keseluruhan, dalam tahun 2013 rata-rata suku bunga SPN 3
bulan diperkirakan mencapai sekitar 5,0 persen.
Berdasarkan perkembangan ICP selama semester I 2013, dan mempertimbangkan prediksi harga minyak dunia yang
diterbitkan oleh beberapa lembaga internasional, ICP rata-rata dalam semester II tahun 2013 diperkirakan akan mencapai
US111,0 per barel. Berkaitan dengan prediksi tersebut, harga ICP rata-rata dalam keseluruhan tahun 2013 diperkirakan
mencapai US108,0 per barel atau sesuai dengan asumsinya dalam APBNP tahun 2013.
Sementara itu, lifting minyak pada semester II tahun 2013 diperkirakan mencapai 853 ribu barel per hari, lebih
rendah daripada realisasi lifting dalam semester II tahun 2012 yang
mencapai 854
ribu barel
per hari.
Dengan memperhitungkan realisasi lifting dalam semester I dan
prediksinya dalam semester II tahun 2013, maka rata-rata lifting minyak mentah pada tahun 2013 diperkirakan akan
mencapai 840 ribu barel per hari yang merupakan target lifting minyak dalam APBNP tahun 2013.
b. Kondisi Perekonomian Provinsi Jawa Tengah