Kondisi Perekonomian Provinsi Jawa Tengah

b. Kondisi Perekonomian Provinsi Jawa Tengah

Berdasarkan RKPD Provinsi Jawa Tengah tahun 2013, PDRB Jawa Tengah pada Tahun 2013 berdasakan Harga Berlaku diprediksikan akan mencapai kurang lebih Rp.568,416 trilyun. Sektor pertanian sebagai sektor ekonomi utama diperkirakan masih berperan, sementara sektor industri dan Perdagangan Hotel dan Restoran PHR juga memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. Sementara dari sisi penggunaan, konsumsi rumah tangga diperkirakan masih akan tetap menjadi penopang stabilitas pertumbuhan investasi. Investasi diperkirakan akan tumbuh dengan baik dan masih terjaga sejalan dengan optimisme masyarakat terhadap kondisi perekonomian ke depan. Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah juga diprediksikan tumbuh positif antara lain karena meningkatnya pergerakan sektor riil yang secara langsung bermanfaat bagi pelaku usaha dan masyarakat. Meskipun Tahun 2013 Jawa Tengah dibayangi berbagai tantangan baik eksternal dan internal, namun kecenderungan kondisi stabil perekonomian Jawa Tengah dan dukungan dari bergeraknya berbagai sektor riil yang sudah ada ataupun akan beroperasi kemudian, diperkirakan mampu menjaga pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah berada dalam kisaran 5,8–6,2. Kebutuhan investasi untuk dapat mendukung pertumbuhan ekonomi tersebut diprediksi kurang lebih sejumlah Rp. 114,401 T, yang diharapkan dapat dipenuhi dari investasi swasta dan investasi pemerintah. Inflasi di Jawa Tengah dengan memperhatikan berbagai kondisi yang berpengaruh, diperkirakan berada dibawah 2 digit, berkisar pada kisaran ± 5 , dengan perkiraan Incremental Capital Output Ratio ICOR sebesar 3,5. Ekspor Jawa Tengah pada Tahun 2013 diperkirakan masih tertuju pada pasar ekspor antara lain Amerika, Jepang dan China dengan komoditas berupa TPT, barang kayu dan olahan kayu, hasil manufaktur pabrik serta hasil pertanian, sedangkan secara nilai ekspor diprediksikan dapat meningkat apabila tidak terjadi kondisi yang bersifat ekstrim. Impor barang di Jawa Tengah pada Tahun 2013 diperkirakan meningkat, hal tersebut dipengaruhi tingginya permintaan untuk konsumsi maupun bahan baku industri serta tidak adanya pembatasan impor. Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah pada triwulan I 2013 tumbuh sebesar 5,7yoy, melambat dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,3 yoy. Perlambatan ekonomi Jawa Tengah tersebut mengkonfirmasi perlambatan ekonomi nasional dari 6,2 yoy pada triwulan sebelumnya menjadi 6,0 yoy pada triwulan I 2013. Secara triwulanan, perekonomian Jawa Tengah tumbuh sebesar 6,3 qtq dibandingkan triwulan IV 2012. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tercatat jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya 6,5 yoy. Dari sisi penggunaan, perlambatan ekonomi terutama didorong oleh melambatnya kegiatan investasi. Melambatnya kegiatan investasi tersebut sejalan dengan moderasi pada investasi non bangunan sebagaimana tercermin pada menurunnya impor barang modal dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara investasi bangunan masih cukup kuat, yang antara lain dikonfirmasi oleh masih tingginya kredit investasi. Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan I 2013 utamanya disumbang dari kegiatan konsumsi rumah tangga 3,1. Pada bulan Juni 2013 di Jawa Tengah terjadi inflasi 0,96 persen dengan Indeks Harga Konsumen IHK sebesar 136,37 jauh lebih tinggi bila dibanding bulan Mei 2013 yang mengalami deflasi sebesar 0,27 persen dengan IHK sebesar 135,07. Dari empat kota SBH, semua kota mengalami inflasi, yaitu terjadi di Kota Purwokerto 1,48 persen dengan IHK sebesar 139,26, Kota Surakarta 1,16 persen dengan IHK sebesar 129,56, Kota Semarang 0,86 persen dengan IHK sebesar 138,48 dan Kota Tegal 0,79 persen dengan IHK sebesar 136,33. Laju inflasi tahun kalender Januari-Juni 2013 sebesar 3,21 persen, sedangkan laju inflasi “year on year” Juni 2013 terhadap Juni 2012 sebesar 5,44 persen, lebih tinggi bila dibandingkan tahun 2012 yang mengalami inflasi 4,59 persen. Inflasi terjadi terutama disebabkan karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 1,53 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,28 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar serta kelompok kesehatan masing-masing sebesar 0,11 persen dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 3,82 persen. Neraca perdagangan Jawa Tengah komoditas non migas periode Januari-April 2013 surplus 58,85 juta US. Nilai ekspor Jawa Tengah pada bulan April 2013 sebesar 440,24 juta US. Bila dibandingkan dengan nilai ekspor bulan Maret 2013 ekspor pada bulan April 2013 mengalami kenaikan sebesar 16,39 juta US atau 3,87 persen. Nilai impor Jawa Tengah bulan April 2013 mencapai 1.748,33 juta US atau mengalami kenaikan sebesar 418,61,78 juta US 31,48 persen dibanding impor Maret 2013 1.329,72 juta US. Perkembangan kondisi ekonomi makro di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Tabel 1.2. Tabel 1.2 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 - 2013 No Uraian 2012 2013 Awal Perubahan 1. PDRB : Atas dasar harga berlaku Trilyun Rp Atas dasar harga konstan Trilyun Rp 556,749 210,848 568,416 213,412 568,416 213,412 2. Laju Pertumbuhan Ekonomi 6,3 5,8 - 6,2 5,8 - 6,2 3. Inflasi 4,24 ±5 5±1 4. PDRBKapita atas dasar harga berlaku Juta Rp PDRBKapita atas dasar harga konstan tahun 2000 Juta Rp 16,726 6,337 17,554 6,591 17,554 6,591 5. Kebutuhan investasi Trilyun Rp. 110,805 114,401 114,401 Sumber: RKPD Provinsi Jawa Tengah 2013

c. Kondisi Perekomonian Kota Surakarta