Sub Tema : Mengenal benda.
Hari ke : 5 . Bermain menggunakan benda.
A. Jadwal Harian No Kegiatan
Mata pelajaran
1 Pembukaan
Menyanyi lagu “ Wajah Diriku” dengan nada ” Naik-naik ke Puncak Gunung”.
Bahasa Indonesia
2 Inti
Membaca teks cerita “ Sebuah Cermin untuk Rena” Menanggapi tokoh dalam teks dengan melakukan
percakapan dan melengkapi kalimat. Menulis puisi tentang tokoh.
Bahasa Indonesia
3 Penutup
Menyanyi lagu “ Wajah Diriku” Bahasa Indonesia
B. Teknis Pelaksanaan
Guru bersama siswa menyanyikan lagu wajah diriku.
Guru meminta siswa menjawab pertanyaan secara lisan.
Guru meminta siswa membaca teks cerita ” Cermin untuk Rena”
Guru mengajukan beberapa pertanyaan tentang tokoh-tokoh dalam teks.
Guru meminta siswa mennggapi tokoh-tokoh dengan melakukan percakapan dan
menyempurnakan kalimat sesuai tokoh yang telah dibacanya.
Guru memberi contoh membaca puisi ” Oda”
Guru meminta beberapa siswa membaca puisi “ Oda”
Guru membimbing siswa membuat puisi sesuai tokoh yang dijumpai sehari-hari.
C. Catatan siswa
1
D. Tugas dan PR
Sub Tema : Mengenal suku bangsa.
Hari ke : 1. Keanekaragaman suku bangsa
A. Jadwal Harian No Kegiatan
Mata pelajaran
1 Pembukaan
Menyanyikan lagu “ Satu Nusa Satu Bangsa” PKn
2 Inti
Menjelaskan makna lagu “ Satu Nusa Satu Bangsa” Menyebukan suku, budaya dan bahasa yang ada di
Indonesia. Menggunakan alat ukur berat.
Mengubah satuan berat. PKn
3 Penutup
Mendengarkan cerita “ Santoana” PKn
B. Teknis Pelaksanaan
Guru memberi contoh cara menyanyikan lagu “ Satu Nusa Satu Bangsa”
Guru bersama siswa menyanyikan lagu “ Satu Nusa Satu Bangsa”.
Guru membimbing siswa menjawab pertanyaan secara lisan.
Guru dan siswa membaca percakapan secara bergantian.
Menimbang berat badan dan tas.
Mengubah satuan berat.
Mendengarkan cerita.
Santoana
Pada zaman dahulu di Pulau Jawa, hiduplah seekor burung cantik bernama Merak. Bulunya mengilat, berwarna indah. Lehernya jenjang dengan kibasan ekor
bagaikan kipas.
Merak mendengar cerita dari teman-temannya sesama burung. “Ada seekor burung gagah bernama Santoana. Burung itu tinggal di Pulau
Sumbawa. Hanya burung inilah yang pantas menjadi jodohmu. Kamu cantik, dan Santoana gagah….”
Di suatu pagi, Merak pun pergi meninggalkan Pulau Jawa. Perjalanan Merak memakan waktu berhari-hari. Beberapa laut dan pulau sudah ia lewati.
Ketika ia bertanya kepada burung di setiap pulau, jawabannya selalu sama, “Terbanglah terus Pulau itu masih berada agak jauh ke timur.”
Jawaban dari para burung tidak membuat Merak putus asa. Bertanyalah Merak dengan napas terengah-engah.
“Pulau apa ini?” “Ini adalah Pulau Panjang,” jawab Camar santun.
“Masih jauhkah tanah Sumbawa?” tanya Merak lagi.
“O, pulau yang terbentang di depan kita itu adalah Pulau Sumbawa.” Setelah mengucapkan terima kasih, tanpa merasa lelah dia pun terbang
lagi. Pulau Sumbawa akhirnya berhasil dipijak. Kini, ia tinggal mencari Santoana. Setelah lama mengitari pantai, bertemulah ia dengan burung hitam besar yang
disebut Bongarasang sedang mencari makan di tepi pantai.
Merak mendekat dan menceritakan kedatangannya ke Pulau Sumbawa. Ia bertanya tentang Santoana. Bongarasang sangat terpesona melihat Merak yang
cantik. Timbullah akal liciknya. Bongarasang pura-pura diam dan tertunduk malu.
“Kenapa diam?” tanya Merak tak sabar. “Aku diam dan malu karena akulah yang kau cari,” kata Bongarasang
berbohong. Merak lemas mendengar perkataan Bongarasang. “Indah kabar daripada rupa,” keluhnya kecewa sebab Bongarasang tidak
setampan yang ia bayangkan. Akan tetapi, karena niatnya untuk menikah dengan Santoana, akhirnya Merak menikah dengan Bongarasang yang dianggapnya
Santoana.
Hari pesta pun tiba. Semua undangan berdatangan. Burung yang menjadi ketua adat datang. Merak dan Bongarasang sudah berdandan.
Acara akan segera dimulai. Namun, pemimpin adat berkata, “Tunggu sebentar, Santoana belum datang.”
Mendengar kata ketua adat, wajah Merak berubah merah. Ia marah kepada Bongarasang yang telah berbohong. Bongarasang tertunduk takut. Merak
menunggu dengan dada berdebar. Seperti apakah Santoana? Dari kejauhan, Santoana datang dengan gagahnya. Bulunya indah
mengilat tertimpa matahari. Suaranya terdengar nyaring. Tiba-tiba,
Merak terbang meninggalkan keramaian pesta. Hatinya sakit tak terkira. Ia tak
menyangka kalau selama ini ia telah dibohongi. Sambil menitikkan air mata, ia melantunkan lagu sedih daerah Sumbawa. Kulempat let biru do, ku buya sanak
parana, kudapat taruna kokoh. Kulewati beberapa pulau dan samudra, untuk mendapat jodoh yang sepadan, namun bertemu lelaki berbohong.
Akhirnya, Merak terbang meninggalkan Pulau Sumbawa dengan perasaan malu dan kecewa. Menurut cerita, itulah sebabnya burung Merak tidak ada di
Pulau Sumbawa sampai sekarang.
Sumber: Bobo, No. 23, 14 September 2006
C. Catatan siswa