IV. Hasil dan Pembahasan
Gambaran umum lokasi penelitian adalah sebagai berikut Luas resmi wilayah Administrasi Kota Tasikmalaya yang disahkan dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun
2001 tentang Pembentukan Pemerintah Kota Tasikmalaya adalah 17.156 Ha 171,56 Km
2
. Secara geografis memiliki posisi yang strategis, yaitu berada pada 108 0838 -
108 2402 Bujur Timur dan 710 - 72632 Lintang Selatan di bagian tenggara wilayah
Propinsi Jawa Barat. Kedudukan atau jarak Kota Tasikmalaya dari ibukota Provinsi Jawa Barat, yaitu Bandung,
105 Km dan dari ibukota negara, yaitu Jakarta, 255 Km. Kota Tasikmalaya sudah sejak tahun 2008 terdiri dari 10 kecamatan, dengan jumlah kelurahan
sebanyak 69 kelurahan dan terdiri dari 759 rukun warga RW dan 3.204 rukun tetangga RT. Jumlah penduduk Kota Tasikmalaya pada tahun 2010 apabila dibandingkan dengan
tahun 2009, maka ada pertambahan sebesar 1,64 atau 10.254 jiwa. Pada tahun 2010 jumlah penduduk Kota Tasikmalaya sebanyak 635.464 jiwa, sementara jumlah
rumahtangga pada tahun 2010 sebanyak 165.568 rumahtangga. Dengan banyaknya anggota per rumahtangga antara 3 sampai 4 orang. Hal ini jelas sangat mempengaruhi
beban dari setiap rumahtangga, karena dengan semakin banyaknya anggota rumahtangga jelas akan meningkatkan beban tanggungan dari rumahtangga tersebut. Dengan luas
wilayah 171,56 Km² menjadikan setiap Km² nya rata-rata dihuni oleh 3.704 jiwa dengan sebaran yang tidak merata pada setiap kecamatannya. Kepadatan penduduk
terakumulisasi di daerah perkotaan, khususnya di Kecamatan Cihideung dan Tawang dengan tingkat kepadatan penduduk setiap Km² nya masing-masing mencapai 13.495
jiwa dan 11.845 jiwa sedangkan tingkat kepadatan terendah terdapat di Kecamatan Kawalu yang hanya didiami oleh 2.065 jiwa setiap Km².
Jumlah dana bergulir PNPM-MP memiliki modal awal sebesar Rp.4.761.400.000 telah berkembang menjadi Rp.16.392.707.775 pada tahun 2011 yang disalurkan kepada 6.540
KSM dengan 29.191 orang penerima manfaat dan tingkat pengembalian rata-rata 80. Bidang sosial yaitu pemberian santunan, sembako, beasiswa, perbaikan gizi, posyandu,
pelatihan dsb telah dirasakan oleh sekitar 57.113 orang penerima manfaat. Bidang lingkungan yang sudah dilakukan yaitu betonisasi jalan lingkungan sekitar 1.029 KM,
saluran irigasi 7,7 KM, pipanisasi dan saluran pembuangan limbah 6,2 KM, rehabiltasi rumah,MCK,jamban dan sumur sekitar 3174 unit. Hingga tahun 2012 ini, jumlah dana
bergulir yang disalurkan telah berkembang menjadi Rp 23.172.578.775, dan dengan penerima manfaat 37.661 orang anggota KSM.
Untuk melihat efektivitas dari pemberian bantuan modal berupa pinjaman bergulir PNPM Mandiri Perkotaan PNPM-MP pada penelitian ini estimasi model menggunakan model
OLS dengan menggunakan satu variabel dependen, yaitu Konsumsi Per Kapita, dan dua belas variabel independen, diantaranya variabel PNPM, Usia Kepala Rumah Tangga,
Jenis kelamin Kepala Rumah Tangga, Anggota Rumah Tangga Usia Di Bawah 15 Tahun, Anggota Rumah Tangga Usia di Atas 60 Tahun, dummy pendidikan yang terbagi
atas: pendidikan SD, SLTP, SLTA, dan SLTA Plus, serta Dummy status pernikahan kepala rumah tangga dan domisili kepala rumah tangga.
Hasil estimasi dengan menggunakan dengan menggunakan White Heteroskedasticity- Consistent Standard Errors Covariance, menunjukan bahwa: Pinjaman modal yang
diterima rumah tangga dari PNPM-MP berpengaruh secara signifikan dan positif untuk meningkatkan konsumsi per kapita sebesar 0,27. beberapa variabel karakteristik rumah
tangga berpengaruh tetapi tidak signifikan, diantaranya usia kepala rumah tangga, jenis kelamin kepala rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga usia di atas 60 tahun serta
pendidikan Sekolah Dasar.
Variabel-variabel yang berpengaruh secara signifikan diantaranya: Anggota rumah tangga yang berusia di bawah 15 tahun berpengaruh secara negatif terhadap konsumsi per kapita
rumah tangga sebesar 0,18, pendidikan SLTP berpengaruh secara positif sebesar 0,36, pendidikan SLTA berpengaruh secara positif sebesar 0,475, pendidikan SLTA
Plus juga berpengaruh positif sebesar 0,696 terhadap konsumsi per kapita rumah tangga, sedangkan variabel Married atau status perkawinan kepala rumah tangga
berpengaruh secara negatif dan signifikan sebesar 0,32 serta rural atau domisili rumah tangga di daerah pedesaan berpengaruh secara negatif sebesar 0,40 terhadap konsumsi
per kapita rumah tangga. Jumlah pinjaman modal bergulir PNPM-MP yang berpengaruh secara signifikan dan
positif terhadap konsumsi per kapita sesuai dengan apriori expectation dari pemberian bantuan berupa cash transfer diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan melalui
pemenuhan konsumsi. Beberapa karakteristik rumah tangga juga berpengaruh sesuai dengan hipotesis penelitian, diantaranya tingkat pendidikan yang berpengaruh secara
positif terhadap konsumsi per kapita, walaupun untuk variabel SD tidak signifikan, Usia dan jenis Kelamin kepala rumah tangga juga berpengaruh tidak signifikan terhadap
konsumsi perkapita, walaupun sesuai dengan hipotesis penelitian bahwa usia dan jenis kelamin kepala rumah tangga berpengaruh secara positif, namun dalam penelitian ini
variabel-variabel tersebut tidak signifikan. domisili rumah tangga yang tinggal di pedesaan juga sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu berpengaruh negatif terhadap
konsumsi per kapita namun tidak signifikan. Ada perbedaan hipotesis dengan hasil penelitian yaitu status perkawinan kepala keluarga dimana pada hipotesis penelitian
disebutkan berpengaruh secara positif, sedangkan hasil estimasi menunjukan bahwa kepala keluarga yang menikah justru berpengaruh negatif terhadap tingkat konsumsi
perkapita hal ini mungkin disebabkan oleh banyaknya rumah tangga yang hanya memiliki satu saja sumber penghasilan atau satu orang saja di dalam keluarga yang bekerja dan
mendapatkan penghasilan. sedangkan hasil pengujian statistik, menunjukan bahwa Uji Koefisien Determinasi dari model estimasi di atas adalah sebesar 47. Hal ini
menunjukan determinan yang digunakan pada model mampu menjelaskan 47 variabilitas pada konsumsi. Sedangkan 53 sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak terdapat dalam model. Dari hasil pengujian t-statistik pada persamaan konsumsi dapat diketahui variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap konsumsi per
kapita adalah pemberian pinjaman bergulir PNPM-MP dan Status Pernikahan kepala rumah tangga pada tingkat kepercayaan 90, Dummy pendidikan SLTP pada tingkat
kepercayaan 95, dan untuk Jumlah Anggota Rumah Tangga berusia dibawah 15 tahun, Dummy pendidikan SLTA dan SLTA Plus serta dummy daerah pedesaan dan intercept
seluruhnya pada tingkat kepercayaan 99. Dan berdasarkan hasil Uji-F Model OLS, variabel-variabel independen pada seluruh model secara bersama-sama dapat
menjelaskan variasi yang terjadi pada variabel dependen pada tingkat kepercayaan 99. Untuk pengujian asumsi klasik, dapat dipastikan bahwa data tidak mengandung masalah
multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.
V. Kesimpulan