BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Suatu fenomena yang sekarang ini terjadi adalah bergesernya dari abad industri ke abad informasi, yang mana kualitas pelayanan menempati posisi yang
berarti dalam kehidupan perusahaan. Pelayanan yang diberikan kepada orang dan oleh orang harus mencerminkan suatu pelayanan yang terbaik. Ini berarti bahwa
orang yang memberikan suatu pelayanan merasa senang akan dirinya sendiri dan pekerjaannya itu.
Pelayanan itu sendiri tidak dapat dipisahkan dari sumber daya manusia. Sumber daya manusia SDM atau man power merupakan suatu kemampuan
terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki oleh suatu individu. Perilaku dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi
kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya. Daya pikir adalah kecerdasan yang dibawa lahir modal dasar, sedangkan kecakapan
diperoleh dari usaha belajar dan pelatihan. Daya fisik adalah kekuatan dan ketahanan seseorang untuk melakukan pekerjaan maupun ketahanan dalam
menghadapi serangan penyakit. Manusia adalah orangnya, sedangkan sumber daya manusia SDM adalah kemampuan totalitas daya pikir dan daya fisik yang
terdapat pada orang tersebut. Teknologi yang canggih pun bila tanpa peran aktif manusia, tidak akan berarti apa-apa.
xix 1
1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Rumah Sakit merupakan suatu organisasi nirlaba yang pada dasarnya mempunyai ciri berorientasi pada jasa dan sumber d
2
aya manusianya mencurahkan lebih b
ndisi fisik lingkungan kerja, dan faktor finansi
anyak sumber dayanya untuk memberikan pelayanan dan mengolah informasi dan pengetahuan. Sumber daya manusia yang dimaksud disini adalah
perawat. Merekalah yang bekerja keras memberikan pelayanan kepada para pasien secara langsung. Oleh karena itu, rumah sakit sangat perlu memperhatikan
bagaimana tingkat kepuasan kerja perawatnya agar motivasi kerja yang ada dalam diri perawat semakin meningkat pula. Kepuasan kerja job satisfaction
merupakan suatu penilaian dari seseorang tentang seberapa jauh pekerjaannya secara keseluruhan dapat memuaskan kebutuhannya Hoppeck dalam Moh. As’ad,
2004:104. Ada empat faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu faktor psikologis, seperti minat, bakat dan keterampilan. Faktor sosial, yaitu interaksi
sosial kemudian faktor fisik, seperti ko al, yaitu gaji dan macam-macam tunjangan.
Berdasarkan faktor psikologis, para perawat dituntut untuk bertindak profesional dalam menangani para pasiennya. Misalnya, ketika ada pasien yang
sakit atau terluka parah maka, perawat harus dapat segera memberikan pertolongan di ruangan UGD. Namun, seringkali perawat pun merasa bosan
karena pekerjaan mereka yang monoton. Setiap hari mereka harus selalu menangani para pasien yang memiliki berbagai macam penyakit dan karakteristik.
Apalagi pasiennya rewel biasanya mereka hanya ingin dilayani oleh perawat pilihannya sendiri. Mereka harus berhati-hati dalam berbicara dengan pasien
karena yang dihadapi oleh mereka adalah manusia. Mereka harus selalu bersikap
xx PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ramah dan sabar meskipun sedang terjadi masalah dalam hidup mereka yang dapat mengganggu konsentrasi bekerja.
Dalam hubungannya dengan faktor sosial yang terjadi di rumah sakit ini, jalur komunikasi berlangsung antar
3
a atasan dengan bawahan maupun antar rekan kerja d
kesempatan melanj
ngan lancar.
apat berjalan dengan lancar. Hal ini didukung dengan adanya kebebasan dalam mengemukakan pendapat yang dapat disalurkan melalui rapat antar perawat
kemudian disampaikan melalui perantaraan direktur medis atau direktur perawatan kepada pimpinan rumah sakit. Dan adanya penilaian yang dilakukan
oleh pimpinan, maka perawat yang berprestasi akan mendapat penghargaan. Namun, masih ada beberapa hal yang dianggap kurang adil. Ketidakadilan itu
antara lain adanya nepotisme dalam hal penerimaan karyawan dan utkan pendidikan. Tidak semua perawat dapat melanjutkan pendidikan
kembali. Hanya perawat tertentu saja yang dapat melanjutkan pendidikan. Dalam hal ini adanya istilah anak emas. Selain itu, bila diketahui bahwa ada
karyawannya yang sedang menjalin hubungan kasih maka, salah seorang dari mereka tersebut akan dimutasikan.
Dalam kaitannya dengan faktor fisik, yaitu dengan adanya pengaturan jam kerja dan istirahat yang tepat membuat rumah sakit dapat beroperasi de
Dalam melaksanakan pekerjaan, keadaan ruangan dan pertukaran udara serta penerangan dan kebersihan mendapat perhatian yang penting pula. Namun,
peralatan kerja yang digunakan di rumah sakit ini masih terbatas. Itu disebabkan karena keterbatasan dana. Peralatan yang dimiliki berasal dari rumah sakit induk
yaitu Rumah Sakit Borromeus yang sudah tidak dipergunakan lagi.
xxi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Adanya macam-macam tunjangan seperti dana pensiun, tunjangan hari raya THR, jamsostek yang diwajibkan bagi setiap karyawan merupakan suatu
fakta yang terjadi di rumah sakit ini dalam hubungannya dengan faktor f 4
inansial. Menya
gar rumah sakit dapat berope
vasi memegang pe lam meningkatkan prestasi kerja
perawa dari pentingnya sumber daya manusia terhadap operasi rumah sakit maka
sudah selayaknya sumber daya manusia dikelola sebaik mungkin, karena kunci sukses suatu rumah sakit bukan hanya keunggulan teknologi dan ketersediaan
dana saja, tetapi faktor manusia juga merupakan faktor yang cukup penting. Perawat merupakan salah satu kekayaan utama suatu rumah sakit, karena
aktivitas yang dilakukan oleh mereka mempunyai tujuan a rasi dengan lancar. Dalam mencapai tujuannya pun perlu diberikan
motivasi kepada para perawat. Motivasi itu sendiri merupakan keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-
kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Motivasi yang ada pada seseorang merupakan kekuatan pendorong yang akan mewujudkan suatu perilaku yang
diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan Handoko, 1998:252. Moti
ranan penting da t. Dengan adanya motivasi, diharapkan seorang perawat akan mencapai
hasil kerja yang memuaskan. Motivasi seseorang sangat tergantung pada pengetahuan tentang hal-hal yang dibutuhkan orang itu karena pada hakekatnya
setiap orang mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda sehingga proses pemberian motivasi untuk setiap orang juga berbeda-beda.
Keterkaitan antara kepuasan kerja dengan motivasi kerja seperti yang dijelaskan dalam salah satu teori motivasi yaitu content theory bahwa motivasi
xxii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
atau kebutuhan akan mendorong orang untuk memenuhi kebutuhannya tersebut yang diwujudkan dalam suatu tindakan misalnya bekerja. Dengan terpenuhi
kebutuhannya maka, orang tersebut akan merasa puas. Kepuasan inilah yang akan menimbulkan motivasi atau kebutuhan baru Ranupandojo dan Husnan,
1984:199. Dan
5
menurut Hani Handoko 2001:195 yaitu bahwa dalam kenyata
ghargaan tersebut dirasakan adil dan memadai, maka kepuasan kerja karyawan akan meningkat
ma penghargaan dalam proporsi yang sesuai dengan prestasi rja m
aktu yang akan datang. Jadi, hubungan ntara motivasi dan kepuasan kerja menjadi suatu sistem yang berlanjut
annya, banyak pendapat yang mengemukakan bahwa kepuasan kerja yang lebih tinggi terutama dihasilkan oleh motivasi untuk memenuhi kebutuhan seperti
kebutuhan akan prestasi kerja, bukan sebaliknya. Prestasi kerja yang lebih baik mengakibatkan penghargaan yang lebih tinggi. Bila pen
karena mereka meneri ke
ereka. Di lain pihak, bila penghargaan dipandang tidak mencukupi untuk suatu tingkat prestasi kerja mereka, ketidakpuasan cenderung terjadi. Kondisi
kepuasan atau ketidakpuasan kerja tersebut selanjutnya menjadi umpan balik yang akan mempengaruhi prestasi kerja di w
a kontinyus
Berdasarkan uraian tersebut, penulis merasa tertarik untuk mengadakan
penelitian mengenai “HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN MOTIVASI KERJA”
dengan melakukan studi kasus pada perawat di Rumah Sakit Sekar Kamulyan Cigugur Kuningan, Jawa Barat.
xxiii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Batasan Masalah