Analisis Data HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kalimat 82 dan 83 ini hanya terdiri dari satu klausa dengan unsur pengisi subjek S dan predikat P. Unsur subjek pada kalimat 82 diisi oleh frasa nomina kebiasaan buruk ini dan unsur predikat diisi dengan frasa verbal intransitif sudah diperingati. Kalimat 82 ini disebut kalimat tunggal karena hanya mengandung satu klausa. Unsur subjek pada kalimat 83 di atas diisi oleh frasa nomina yang pertama sedangkan unsur predikatnya diisi dengan frasa verba menjaga kebersihan diri sendiri. Kata adalah dalam kalimat 83 hanya berfungsi untuk mengawali unsur predikat. Pola kalimat dasar seperti pada contoh 82 dan 83 dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode Kr 7.5.2, Kr 12.4.2, Kr 13.3.2, Kr 14.4.2 Kr 19.1.1, dan Kr 20.2.1 2 Pola Dasar S-P-O Data yang berupa kalimat tunggal berpredikat verba dengan pola S-P-O dapat dicermati pada kutipan 84 dan 85 di bawah ini. 84 Sampah yang dibuang tidak pada tempatnya akan menyebabkan S P terserangnya berbagai penyakit Kr 6.1.3. O 85 Air yang tergenang mengapa dapat menimbulkan penyakit? S kt tanya P O Kr 1.3.4 Kalimat 84 ini terdiri dari satu klausa dengan unsur pengisi subjek S predikat P dan objek O. Unsur subjek diisi oleh frasa nomina sampah yang dibuang tidak pada tempatnya dan unsur predikat diisi dengan frasa verba aktif transitif akan menyebabkan. Predikat dengan verba aktif transitif membutuhkan kehadiran objek. Objek pada kalimat 84 diisi dengan frasa nomina terserangnya berbagai penyakit. Objek ini pada bentuk pasif dapat berubah posisi menjadi subjek. Kalimat 85 memiliki struktur yang sama dengan kalimat 84. Unsur pengisi subjek pada kalimat 85 diisi oleh frasa nomina dan predikatnya diisi dengan frasa verba sedangkan objeknya diisi dengan nomina. Pola dasar tidak hanya berbentuk deklaratif atau berita tetapi juga bisa berbentuk kalimat interogatif seperti kalimat 85. Kalimat 84 dan 85 ini disebut kalimat tunggal karena hanya mengandung satu klausa. Pola kalimat dasar seperti pada contoh kedua kalimat di atas dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode Kr 5.1.1, Kr 5.1.2, Kr 8.3.1, Kr 12. 1.2, Kr 12.1.4, dan Kr 14.4.4. 3 Pola Dasar S-P-Pel Data yang berupa kalimat tunggal berpredikat verba dengan pola S-P-Pel dapat dicermati pada kutipan di bawah ini. 86 Hutan tidak lagi menjadi tempat hidup para tumbuhan dan binatang S P Pel Kr 14.3.2 87 Sampah organik bisa kita olah menjadi hal yang berguna untuk S P Pel lingkungan rumah Kr 10.1.3 Ket peruntukan Kalimat 86 ini terdiri dari satu klausa dengan unsur pengisi subjek S predikat P dan pelengkap Pel. Unsur subjek diisi oleh nomina hutan dan unsur predikat diisi dengan frasa verba intransitif tidak lagi menjadi. Predikat dengan verba intransitif biasanya dapat diikuti oleh unsur pelengkap. Berbeda dengan objek, pelengkap pada bentuk pasif tidak bisa berubah menjadi subjek. Pelengkap pada kalimat 86, yakni tempat hidup tumbuhan dan binatang. Kalimat 86 ini PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI disebut kalimat tunggal karena hanya mengandung satu klausa. Kalimat 87 merupakan perluasan dari pola dasar S-P-Pel. Perluasan pola kalimat dasar ini diperluas dengan unsur keterangan peruntukan yakni untuk lingkungan rumah. Pola kalimat dasar seperti pada contoh 86 dan 87 dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode 14.2.3, Kr 15. 3.1, Kr 16.3.1, Kr 18.2.2, Kr 19.2.2 dan Kr 19.3.1. 4 Pola Dasar S-P-K Data yang berupa kalimat tunggal berpredikat verbal dengan pola S-P-K dapat dicermati pada kutipan di bawah ini. 88 Sumber penyakitpun terdapat pada penumpukan sampah, limbah S P Ket tempat pabrik hingga pada air yang tergenang Kr 1.3.3 89 Bukan hanya itu, lingkungan kotorpun terdapat di pemukiman padat, Konj S P Ket tempat padat pabrik, padat pariwisata serta kontrakan sekalipun Kr 1.2.1 Kalimat 88 ini terdiri dari satu klausa dengan unsur pengisi subjek S predikat P dan keterangan Ket. Unsur subjek diisi oleh frasa nomina sumber penyakitpun dan unsur predikat diisi dengan frasa verba intransitif terdapat. Keterangan pada kalimat 88 yakni pada penumpukan sampah. . . . . Kalimat 89 ini juga memiliki struktur yang sama dengan kalimat 88. Pola kalimat 89 yakni K-S-P-K. Unsur subjek pada kalimat 89 diisi dengan frasa nomina sedangkan unsur predikat diisi dengan frasa verba serta unsur objek diisi dengan frasa preposisi. Kalimat 88 dan 89 ini disebut kalimat tunggal karena hanya mengandung satu klausa. Pola kalimat dasar seperti pada contoh 88 dan 89 dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode Kr 2.2.1a, Kr 5.2.3, Kr 6.1.1, Kr 6.3.1, Kr 7.5.1, Kr 9.2.1a, Kr 12.1.3, Kr12.4.3, 14.4.5 Kr 15.3.2, Kr 11.2.4, dan Kr 19.4.4. 5 Pola Dasar S-P-O-Pel Data yang berupa kalimat tunggal berpredikat verbal dengan pola S-P-O-Pel dapat dicermati pada kutipan di bawah ini. 90 Menjaga kebersihan diri sendiri seperti mandi dua kali sehari, S memotong kuku dan menggosok gigi akan membuat tubuh kita selalu P O Pel bersih Kr 4.2.2 91 Membuang sampah sembarangan juga akan menimbulkan berbagai S P O macam penyakit seperti diare, demam berdarah, tipus dan lain-lain Pel Kr 3.3.1 Kalimat 90 dan 91 ini terdiri dari satu klausa dengan unsur pengisi subjek S predikat P, objek O dan pelengkap Pel. Unsur subjek pada kalimat 90 dan 91 diisi oleh frasa verba yang dinominalkan yakni menjaga kebersihan diri sendiri. . . dan membuang sampah sembarangan. Masing-masing unsur predikat kalimat 90 dan 91 diisi dengan frasa verba aktif transitif akan membuat dan juga akan menimbulkan. Unsur objek dan pelengkap pada masing- masing kalimat dapat hadir bersamaan setelah unsur predikat. Pola kalimat dasar seperti pada contoh 90 dan 91 ini dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode Kr 4.3.2 dan Kr 10.3.2. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6 Pola Dasar S-P-O K Data yang berupa kalimat tunggal berpredikat verbal dengan pola S-P-O-K dapat dicermati pada kutipan di bawah ini. 92 Untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih, indah dan sehat, kita Ket peruntukan S harus membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan P O Ket tempat Kr 3.1.1 93 Seringkali Baim membuang sampah di sembarang tempat Kr 5.1.3 Ket waktu S P O Ket tempat 94 Akibat dari kejadian tersebut banyak hal buruk menimpa-nya Ket akibat S P O Kr5.3.1 Kalimat 92, 93, dan 94 ini terdiri dari satu klausa dengan unsur pengisi subjek S predikat P, objek O, dan keterangan Ket. Pada kalimat 22, unsur subjek diisi pronomina kita dan unsur predikat diisi dengan frasa verba aktif transitif harus membuang. Predikat aktif transitif dapat diikuti objek yakni sampah. Letak unsur keterangan paling fleksibel di antara unsur-unsur lain karena keterangan dapat hadir mendahului subjek ataupun setelah objek. Dalam kalimat 92 unsur keterangan hadir di awal dan di akhir kalimat, yakni keterangan peruntukan dan keterangan tempat. Hal ini dapat dilihat pula pada kalimat 93 dan 94. Unsur keterangan muncul di awal kalimat pada kalimat 93 dan 94. Meskipun demikian, hal itu tidak mengubah pola dasar kalimatnya. Pola kalimat dasar seperti pada contoh 92, 93 dan 94 dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode Kr 8.1.1, Kr 12.2.5, Kr 16.1.1, Kr 17.1.2, Kr18.1.5, Kr 18.2.3, Kr 12.1.5, Kr 1.3.5, Kr 19.1.2, dan Kr 19.4.5. 7 Pola Kalimat Inversi Selain keenam pola dasar kalimat yang telah disebutkan, ada satu pola kalimat dalam bahasa Indonesia yang berbeda dengan pola kalimat dasar sebelumnya. Secara umum, pola kalimat dalam bahasa Indonesia yakni subjek, predikat, objek jika ada, dan, pelengkap jika ada. Akan tetapi, ada satu pola kalimat yang predikatnya selalu mendahului subjek. Pola kalimat ini dalam TBBBI 2010: 282 disebut sebagai kalimat inversi. Kalimat pada karangan guru- guru SD Mahakam Ulu ada yang menggunakan pola inversi. Kalimat tersebut dipaparkan pada kalimat berikut ini. 95 Di sanalah terdapat ribuan jenis tumbuhan dan binatang yang saling Ket tempat P S hidup berdampingan Kr 14.1.2 Kalimat 95 di atas menunjukkan bahwa unsur predikat terdapat terletak di muka nomina. Dengan kata lain, urutan fungsinya adalah predikat dahulu lalu subjek mengikutinya. Dua unsur inti di atas juga dapat diikuti dengan unsur lain seperti contoh di atas. Keterangan tempat hadir sebelum predikat. Hal ini tidak menjadi masalah karena sifat unsur keterangan yang fleksibel. Fenomena seperti kalimat 95 di atas dapat ditemukan dalam lapiran dengan kode Kr 5.2.1, Kr 10.1.2, Kr 11.1.1, dan 16.1.3. B. Kalimat Tunggal dengan Predikat Nomina Data yang berupa kalimat tunggal dengan frasa nominal ditemukan berjumlah dua kalimat. Kedua kalimat tersebut berpola P-S dan P-S-K. Kalimat tersebut dipaparkan pada kutipan 96 dan 97 di bawah ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1 Pola dasar P-S Inversi 96 Demikian cara hidup bersih yang bermanfaat yang bisa kita P S dapatkanKr 4.4.1 2 Pola Dasar P-S-K Inversi 97 Hutanlah yang menyediakan sumber makanan bagi kita Kr 14.1.4 P S Ket peruntukan Kalimat 96 terdiri dari P dan S. Hal ini menunjukkan kalimat tersebut hanya memiliki satu klausa. Unsur pengisi predikat pada kalimat tersebut berbentuk pronomina nomina yakni demikian. Kalimat 97 pun hanya memiliki satu klausa dengan struktur predikat P- subjek S- keterangan K. Kalimat 97 ini menunjukkan bahwa unsur pengisi predikat berupa nomina. Pada umumnya, urutannya adalah frasa nomina yang pertama merupakan subjek dan frasa nomina kedua adalah predikat. Namun, kalimat tersebut terdapat kata hutan yang dibubuhi partikel –lah. Oleh karena itu, kata hutanlah menjadi predikat. Hal ini disebabkan karena dalam struktur bahasa Indonesia secara keseluruhan partikel –lah umumnya menandai predikat TBBBI, 2010:359. Kedua kalimat tunggal di atas merupakan kalimat inversi di mana unsur predikat mendahului unsur subjek. C. Kalimat Tunggal dengan Predikat Adjektiva Data yang berupa kalimat tunggal dengan frasa adjektival ditemukan berjumlah dua kalimat. Kedua kalimat tersebut berpola S-P-K. Kalimat tersebut dipaparkan pada kutipan 98 dan 99 sebagai berikut. 98 Lingkungan hidup seperti air dan hutan di sekitar kampung sangatlah S Ket tempat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI teduh dan nyaman Kr 11.2.3 P 99 Dahulu hutan kami sangat lestari dan indah Kr 14.1.1 Ket waktu S P Kalimat 98 terdiri dari S, K dan P. Hal ini menunjukkan kalimat tersebut hanya memiliki satu klausa. Unsur pengisi predikat pada kalimat tersebut berbentuk frasa adjektival yakni teduh dan nyaman. Kalimat 99 terdiri dari K, S dan P dengan unsur pengisi predikatnya berbentuk frasa adjektival, yakni sangat lestari dan indah. Meskipun unsur-unsur dua kalimat di atas tidak sama susunannya, kedua kalimat tersebut memiliki unsur yang sama yakni subjek S, predikat P dan keterangan Ket. D. Kalimat Tunggal dengan Predikat Numeral Data yang berupa kalimat tunggal dengan predikat numeral ditemukan berjumlah satu kalimat. Kalimat itu berpola K-P-S-K. Kalimat tersebut dipaparkan pada kutipan 100 di bawah ini. 100 Di Indonesia masih banyak masyarakat yang membuang sampah di Ket tempat P S sembarang tempat Kr 2.1.1 Ket tempat Kalimat 100 terdiri dari K, P, S dan K. Hal ini menunjukkan kalimat tersebut hanya memiliki satu klausa. Unsur pengisi predikat pada kalimat tersebut berbentuk frasa numeral, yakni masih banyak. Frasa numeral pada kalimat 100 termasuk frasa numeral taktentu, sehingga tidak dapat diikuti kata penggolong TBBBI, 2010: 360. Kalimat tunggal di atas merupakan kalimat inversi di mana unsur predikat mendahului unsur subjek. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4.2.1.2 Kalimat Majemuk Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih. Dalam karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, kalimat majemuk banyak digunakan. Ada tiga jenis kalimat majemuk berdasarkan hubungan antarklausanya yakni a kalimat majemuk setara, bkalimat majemuk bertingkat, dan c kalimat majemuk campuran. A. Kalimat Majemuk Setara Kalimat majemuk setara memiliki hubungan koordinasi ataupun hubungan setara antarklausanya, baik tanpa maupun menggunakan konjungsi. Jika digolongkan berdasarkan konjungsinya, kalimat pada karangan tersebut hanya menggunakan empat jenis konjungsi. Keempat jenis konjungsi tersebut adalah konjungsi penanda penjumlahan, perlawanan, lebih, dan perurutan. Penggunaan kalimat majemuk setara dalam karangan guru-guru SD Mahakam Ulu yakni, sebanyak 23 kalimat. Berikut ini dipaparkan contoh kalimat majemuk setara berdasarkan hubungan penanda konjungsinya. 1 Majemuk setara dengan pertalian semantik penjumlahan Data yang berupa kalimat majemuk setara dengan pertalian semantik penjumlahan ditemukan berjumlah delapan kalimat. Contoh kalimat itu dipaparkan pada kutipan 101 dan 102 di bawah ini. 101 Maka semoga ke depan kita akan semakin sadar dan tidak ada lagi Modalitas S P Konj P masyarakat yang membuang sampah di sembarang tempat apalagi S Ket tempat di sungai. Kr 2.3.3 102 Musim kemarau telah berlalu dan musim hujan pun menghadang di S P Konj S P depan mata. Kr 20.2.2 Ket tempat Kalimat 101 dan 102 memperlihatkan bahwa kalimat tersebut memiliki dua klausa yang digabungkan menjadi sebuah kalimat yang setara. Kedua klausa pada masing-masing kalimat tersebut dihubungkan dengan konjungsi koordinatif. Kedua kalimat tersebut disebut kalimat majemuk setara. Kalimat 101 terbentuk dari klausa dengan struktur S-P dan P-S-K sedangkan kalimat 102 terbentuk dari klausa dengan struktur S-P dan S-P-K. Kedua kalimat di atas dihubungkan dengan konjungsi pertalian penjumlahan, yakni dan. Oleh karena itu, hubungan antarklausa pada kalimat 101 dan 102 adalah penjumlahan. Pola kalimat majemuk setara seperti pada kedua contoh di atas dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode Kr 9.3.1, Kr 10.3.1, Kr 16.1.3, Kr 16.3.2, Kr 20.1.1a, dan Kr 20.2.2. 2 Majemuk setara dengan pertalian semantik perlawanan Peneliti menemukan enam buah kalimat majemuk setara dengan pertalian semantik perlawanan. Contoh kalimat itu dipaparkan pada kalimat di bawah ini. 103 Penyakit tak datang dengan sendirinya melainkan penyakit dari S P Ket cara Konj S P lingkungan yang kotor Kr 1.3.1 104 Banyak orang mengklaim dirinya pecinta lingkungan hidup tetapi S P O Konj bila berhadapan dengan sampah nyalinya tak dapat berbuat banyak Ket P Ket cara S P Kr 19.4.1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Kalimat 103 dan 104 memperlihatkan bahwa kalimat tersebut memiliki dua klausa yang digabungkan menjadi sebuah kalimat yang setara. Kedua klausa pada masing-masing kalimat tersebut dihubungkan dengan konjungsi koordinatif. Kedua kalimat tersebut disebut kalimat majemuk setara. Kalimat 103 terbentuk dari klausa dengan struktur S-P dan S-P sedangkan kalimat 104 terbentuk dari klausa dengan struktur S-P-O dan K-P-K-S-P. Kedua kalimat di atas dihubungkan dengan konjungsi pertalian perlawanan yakni melainkan dan tetapi. Dengan demikian, hubungan antarklausa pada kalimat 103 dan 104 adalah perlawanan. Pola kalimat majemuk setara seperti pada contoh 103 dan 104 di atas dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode Kr 12.2.4, Kr 17.1.1, 17.1.3, dan 19.4,2. 3 Majemuk setara dengan pertalian semantik lebih Data yang berupa kalimat majemuk setara dengan pertalian semantik lebih ditemukan berjumlah dua kalimat. Kedua kalimat itu dipaparkan pada kutipan 105 dan 106 di bawah ini. 105 Kebiasaan buruk dengan membuang sampah sembarangan sudah tak S Ket cara P asing lagi bahkan seakan sudah terbiasa lingkungan kotor sudah menjadi konj P S P ciri khas warga kota Kr1.1.1 Pel 106 Sumber penyakit dapat tumbuh dengan cepat bahkan dahsyat S P Ket cara Konj P berkembangnya Kr 1.3.2 S Kalimat 105 dan 106 memperlihatkan bahwa kalimat tersebut memiliki dua klausa yang digabungkan menjadi sebuah kalimat yang setara. Kedua klausa pada masing-masing kalimat tersebut dihubungkan dengan konjungsi koordinatif. Kedua kalimat tersebut disebut kalimat majemuk setara. Kalimat 105 terbentuk dari klausa dengan struktur S-K-P dan P-S-P-Pel, sedangkan kalimat 106 terbentuk dari klausa dengan struktur S-P-K dan P-S. Kedua kalimat di atas dihubungkan dengan konjungsi pertalian lebih, yakni bahkan. Hubungan pertalian lebih maksudnya adalah klausa pertama kalimat tersebut mendapatkan penegasan dari klausa kedua. 4 Majemuk setara dengan pertalian semantik perurutan Data yang berupa kalimat majemuk setara dengan pertalian semantik penjumlahan ditemukan berjumlah satu kalimat. Kalimat itu dipaparkan pada kutipan 107 di bawah ini. 107 Andi berhenti sejenak lalu Andi berpikir Kr18.1.3 S P K.wkt Konj S P Kalimat 107 memperlihatkan bahwa kalimat tersebut memiliki dua klausa yang digabungkan menjadi sebuah kalimat yang setara. Kedua klausa pada kalimat 107 tersebut dihubungkan dengan konjungsi koordinatif. Kedua kalimat tersebut disebut kalimat majemuk setara. Kalimat 107 terbentuk dari klausa dengan struktur S-P-K dan S-P. Kalimat di atas dihubungkan dengan konjungsi pertalian perurutan yakni lalu. 5 Majemuk setara tanpa konjungsi Peneliti menemukan empat buah kalimat majemuk setara tanpa konjungsi. Contoh kalimat itu dipaparkan pada kutipan di bawah ini. 108 Hujan berlangsung sangat lama, air sungaipun mulai meluap S P Ket waktu S P Kr12.3.2 39 Lukman duduk termenung di atas atap rumahnya, melepaskan S P Pel Ket tempat P pandangannya ke sekeliling Kr12.4.1 O Ket arah Kalimat 108 dan 109 adalah kalimat majemuk setara, karena terdiri dari dua klausa atau lebih yang digabungkan menjadi sebuah kalimat tetapi tidak dihubungkan dengan konjungsi. antarklausa pada kedua kalimat tersebut dihubungkan dengan tanda baca koma. Kalimat 108 terbentuk dari dua klausa dengan struktur S-P-K dan S-P. Kalimat 109 terbentuk dari dua klausa dengan struktur S-P-Pel-K dan S-P-O-K. Pada kalimat 109, unsur subjek klausa kedua dapat dilesapkan karena unsur subjeknya sama dengan subjek klausa pertama. Hal ini biasa ditemui pada hubungan koordinatif ataupun subordinatif jika subjek klausa kedua sama dengan subjek klausa pertama. Kedua klausa tersebut tidak dihubungkan dengan konjungsi tetapi dihubungkan dengan tanda baca koma ,. Pola kalimat majemuk setara seperti pada contoh 108 dan 109 di atas dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode Kr 8.3.3 dan Kr 20.1.5. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI B. Kalimat Majemuk Bertingkat Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang memiliki hubungan antarklausa tidak sederajat yang biasanya disebut dengan hubungan subordinatif. Dalam kalimat majemuk bertingkat, ada satu klausa yang menjadi bagian dari klausa yang lain. Kalimat majemuk bertingkat disusun berdasarkan jenis anak klausanya. Kalimat majemuk bertingkat ada 13 macam. Pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, kalimat majemuk bertingkat hanya ada delapan macam. Delapan jenis anak kalimat tersebut, yakni anak klausa dengan keterangan akibat, komplementasi, waktu, sebab, syarat, tujuan, penjumlahan dan konsesif. Berikut ini contoh kalmat majemuk bertingkat. 1 Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Anak Klausa Pengganti Keterangan Akibat Data yang berupa kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan akibat ditemukan berjumlah 13 kalimat. Contoh kalimat itu dipaparkan pada kutipan 110, 111 dan 112 di bawah ini. 110 Habislah sumber daya di dalam hutan sehingga kini manusia tidak bisa P S Ket tempat Konj Ket S P memanfaatkan lagi Kr 14.3.5 Ket akibat 111 Sebagian dari mereka ikut punah akibat kehilangan tempat tinggal S P Konj P S Kr14. 3.3 Ket akibat 112 Di Indonesia masih banyak masyarakat kurang memperhatikan tempat Ket tempat S P O membuang sampah sehingga ada sungai yang tercemar oleh sampah Kr 9.1.1 Konj P S Ket.agentif PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Kalimat 110, 111, dan 112 merupakan kalimat majemuk bertingkat. Hal ini dapat dilihat dari dua klausa yang saling berhubungan secara subordinatif. Dua klausa yang saling berhubungan secara subordinatif ini menunjukkan klausa yang satu terikat dengan klausa yang lain. Dengan kata lain, klausa yang satu merupakan anak klausa dari klausa induk. Kalimat 110, 111, dan 112 merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan akibat. Hal ini dapat dilihat dari konjungsi yang digunakan pada ketiga kalimat tersebut. Kalimat 110 dan 112 menggunakan konjungsi sehingga untuk menghubungkan dua klausanya sedangkan kalimat 111 menggunakan konjungsi akibat untuk menghubungkan dua klausanya. Kalimat 110, 111, dan 112 masing-masing memiliki struktur atau pola yakni P-S-K � �−�−� , S-P � �−� , dan K-S-P-O � �−�−� . Struktur ketiga kalimat di atas hanya merupakan pengembangan dari pola kalimat dasar. Pola- pola kalimat dasar yang digabungkan dapat berkembang menjadi kalimat majemuk, baik majemuk setara, majemuk bertingkat maupun campuran sesuai dengan konjungsinya. Pola kalimat majemuk bertingkat seperti pada contoh 110, 111, dan 112 di atas dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode 1.1.3, 8.1.4, 8.3.2, 9.1.1, 9.1.2, 10.2.2, 11.3.3, 14.3.5, 15.1.2, dan 19.3.4. 2 Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Anak Klausa Pengganti Keterangan Isi Data yang berupa kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan komplemen ditemukan berjumlah enam kalimat. Contoh kalimat itu dipaparkan pada kutipan 113 dan 114 di bawah ini. 113 Jelas sekali manusia begitu paham bahwa membuang sampah Ket S P Konj S Ket komplemen sembarangan dapat menyebabkan terjadi banjir Kr 7.2.2 P Pel 114 Ayah selalu menceritakan kepada anak-anak dan cucu-cucunya S P Ket tujuan bahwa dulu kehidupan masyarakat sangatlah mudah Kr11.2.2 Konj Ket S P Kalimat 113 dan 114 merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan komplemen atau isi. Hal ini dapat dilihat dari konjungsi yang digunakan pada kedua kalimat tersebut. Kalimat 113 dan 114 menggunakan konjungsi bahwa untuk menghubungkan dua klausanya. Kalimat 113 dan 114 masing-masing memiliki pola, yakni K-S-P-K � �−�−��� dan S- P −� � �−�−� . Struktur kalimat 43 dan 44 hanya merupakan pengembangan dari pola kalimat dasar. Pola-pola kalimat dasar yang digabungkan dapat berkembang menjadi kalimat majemuk baik majemuk setara, majemuk bertingkat maupun campuran sesuai dengan konjungsinya. Pola kalimat majemuk bertingkat seperti pada contoh 113 dan 114 di atas dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode 2.1.2, 7.2.2, 11.2.2, dan 18.1.6. 3 Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Anak Klausa Pengganti Keterangan Waktu Data yang berupa kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan waktu ditemukan berjumlah sembilan kalimat. Contoh kalimat itu dipaparkan pada kutipan di bawah ini. 115 Ketika membuang sampah, Baim hanya membuang sampah di selokan Konj P O S P O Ket Ket waktu depan rumahnya Kr5.1.4 tempat 116 Usai mengambi air, Lukman pun kembali ke rumah Kr 12.2.6 Konj P O S P Ket tujuan Kalimat 115 dan 116 merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan waktu. Hal ini dapat dilihat dari konjungsi yang digunakan pada kedua kalimat tersebut. Kalimat 115 dan 116 menggunakan konjungsi ketika dan usai untuk menghubungkan dua klausanya. Kata usai memiliki padanan kata dengan kata setelah, sehingga usai dapat dikategorikan sebagai konjungsi waktu. Kalimat 115 dan 116 masing-masing memiliki pola, yakni � �−�−� S-P-O-K dan � �−�−� S-P-K. Subjek anak klausa pada kalimat 115 dan 116 tidak dihadirkan. Subjek tersebut dapat dilesapkan jika subjek anak klausa sama dengan subjek induk klausanya. Struktur kedua kalimat di atas hanya merupakan pengembangan dari pola kalimat dasar. Pola-pola kalimat dasar yang digabungkan dapat berkembang menjadi kalimat majemuk baik majemuk setara, majemuk bertingkat ataupun campuran sesuai dengan konjungsinya. Pola kalimat majemuk bertingkat seperti pada contoh 115 dan 116 di atas dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode 7.4.1, 12.2.6, 12.3.1, 13.2.2, 20.2.3, 20.3.2 dan 20.3.5. 4 Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Anak Klausa Pengganti Keterangan Sebab Data yang berupa kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan sebab ditemukan berjumlah tiga kalimat. Contoh kalimat itu dipaparkan pada kutipan 117 dan 118 di bawah ini. 117 Baim harus terbaring lemas di rumah sakit karena terkena penyakit S P Ket tempat Konj P Pel diare dan demam berdarah. Kr 5.3.4 118 Permasalahan-permasalahan tersebut timbul karena ulah manusia S P Konj S tidak mampu berterimakasih atas nikmat yang telah alam ini berikan. P Pel Ket sebab Kr 7.1.2 Kalimat 117 dan 118 merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan sebab. Hal ini dapat dilihat dari konjungsi yang digunakan pada kedua kalimat tersebut. Kedua kalimat tersebut menggunakan konjungsi karena untuk menghubungkan dua klausanya. Kalimat-kalimat itu masing-masing memiliki pola yakni S-P-K � �−�−��� serta S-P � �−�−��� . Subjek anak klausa pada kalimat 117 tidak dihadirkan. Subjek tersebut dapat dilesapkan jika subjek anak klausa sama dengan subjek induk klausanya. Struktur kalimat 117 dan 118 hanya merupakan pengembangan dari pola kalimat dasar. Pola-pola kalimat dasar yang digabungkan dapat berkembang menjadi kalimat majemuk baik majemuk setara, majemuk bertingkat maupun campuran sesuai dengan konjungsinya. Pola kalimat majemuk bertingkat seperti pada kedua contoh di atas dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode 20.1.1b. 5 Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Anak Klausa Pengganti Keterangan Syarat Data yang berupa kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan syarat ditemukan berjumlah dua kalimat. Kedua kalimat itu dipaparkan pada kutipan 119 dan 120 di bawah ini. 119 Jika hal tersebut dibiarkan terus-menerus maka seluruh komponen Konj S P Pel S Ket syarat hidup yang ada di dalam air akan mati akibat air yang sudah tercemar P Ket.akibat Kr 7.3.2 120 Jika kita membuang sampah sembarangan maka kita semua akan Konj S P O Pel S P Ket syarat terkena dampaknya yaitu banjir. Kr 8.1.3 Pel Kalimat 119 dan 120 merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan syarat. Hal ini dapat dilihat dari konjungsi yang digunakan pada kedua kalimat tersebut. Kalimat 119 dan 120 menggunakan konjungsi jika untuk menghubungkan dua klausanya. Adanya konjungsi maka pada kedua kalimat di atas dapat dihilangkan. Penggunaan konjungsi lebih dari satu pada dua klausa majemuk bertingkat akan membuat kerancuan. Hal ini disebabkan klausa yang diawali dengan konjungsi merupakan anak klausa. Jika PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI masing-masing klausa dalam satu kalimat diawali dengan konjungsi, kalimat tersebut tidak memiliki induk klausa. Kalimat 119 dan 120 masing-masing memiliki pola kalimat yakni � �−�−��� S-P-K serta � �−�−�−��� S-P-Pel. Kalimat 119 dan 120 hanya merupakan pengembangan dari pola kalimat dasar. 6 Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Anak Klausa Pengganti Keterangan Tujuan Data yang berupa kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan tujuan ditemukan berjumlah tujuh kalimat. Contoh kalimat itu dipaparkan pada kutipan di bawah ini. 121 Sampah sebaiknya dibuang di tempat pembuangan sampah agar S P Ket tempat Konj tidak menimbulkan banyak masalah pada lingkungan. Kr 6.1.2 P O Ket tempat Ket tujuan 122 Sampah tidak berguna atau tidak berfungsi ditanam di dalam tanah S P Ket tempat supaya tidak mencemari lingkungan Kr 10.2.1 konj P O Ket tujuan Kalimat 121 dan 122 merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan tujuan. Hal ini dapat dilihat dari konjungsi yang digunakan pada kedua kalimat tersebut. Kalimat 121 menggunakan konjungsi karena dan kalimat 122 menggunakan konjungsi supaya untuk menghubungkan dua klausanya. Kalimat 121 dan 122 masing-masing memiliki pola kalimat yakni, S-P-K � �−�−�−� serta S-P-K � �−�−� . Subjek anak klausa pada kalimat 121 dan 122 tidak dihadirkan. Subjek tersebut dapat dilesapkan jika subjek anak klausa sama dengan subjek induk klausanya. Pola kedua kalimat tersebut hanya merupakan pengembangan dari pola kalimat dasar. Pola-pola kalimat dasar yang digabungkan dapat berkembang menjadi kalimat majemuk, baik majemuk setara, majemuk bertingkat maupun campuran sesuai dengan konjungsinya. Pola kalimat majemuk bertingkat seperti pada kedua contoh di atas dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode 4.4.2, 6.2.2, 20.1.2, 12.4.4, dan 13.3.1. 7 Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Anak Klausa Pengganti Keterangan Penjumlahan Data yang berupa kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan penjumlahan ditemukan berjumlah dua kalimat. Contoh kalimat itu dipaparkan pada kutipan 123 di bawah ini 123 Selain menjadi tempat tinggal para tumbuhan dan binatang, hutan Konj P Pel S Ket penjumlahan juga merupakan sumber utama bagi kehidupan manusia. Kr 14.1.3 P Ket peruntukan Kalimat 123 merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan penjumlahan .Hal ini dapat dilihat dari konjungsi yang digunakan pada kedua kalimat tersebut. Kalimat 123 menggunakan konjungsi selain untuk menghubungkan dua klausanya. Kalimat 123 memiliki pola kalimat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yakni � �−�−��� S-P-K. Subjek anak klausa pada kalimat 123 tidak dihadirkan. Subjek tersebut dapat dilesapkan jika subjek anak klausa sama dengan subjek induk klausanya. Kalimat 123 hanya merupakan pengembangan dari pola kalimat dasar. Pola kalimat majemuk bertingkat seperti pada contoh kalimat di atas dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode Kr4.3.1. 8 Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Anak Klausa Pengganti Keterangan Konsesif Peneliti menemukan satu kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan konsesif dalam karangan para guru. Kalimat tersebut dipaparkan pada kalimat 124 di bawah ini. 124 Hingga sekarang ini masih banyak masyarakat belum memahami Ket waktu S P betapa pentingnya menjaga kebersihan lingkungan walaupun mereka O Konj S sudah mengetahui akibat dari perbuatan yang tidak menjaga P O lingkungan. Kr 18.3.2 Kalimat 124 merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan konsesif. Hal ini dapat dilihat dari konjungsi yang digunakan pada kedua kalimat tersebut. Kalimat 124 menggunakan konjungsi walaupun untuk menghubungkan dua klausanya. Kalimat 124 memiliki pola yakni, K-S-P-O � �−�−� . Kalimat 124 ini hanya merupakan pengembangan dari pola kalimat dasar. Pola-pola kalimat dasar yang digabungkan dapat berkembang menjadi kalimat majemuk, baik majemuk setara, majemuk bertingkat maupun campuran sesuai dengan konjungsinya. C. Kalimat Majemuk Campuran Penggunaan kalimat majemuk campuran pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur tidak terlalu banyak dibandingkan dengan kedua jenis kalimat majemuk yang lain. Penggunaan kalimat majemuk campuran pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu ditemukan sebanyak sembilan kalimat. Kalimat majemuk campuran merupakan gabungan dari kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, masih ada penggunaan konjungsi yang keliru sehingga mengakibatkan tidak adanya induk klausa. Berikut ini contoh kalimat majemuk campuran pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu. 125 Ketika datang musim penghujan, meluaplah sampah-sampah yang Konj P S P S bertumpuk di sugai, di selokan dan di parit-parit dan itu mengakibatkan banjirKr2.2.1 Konj S P O 126 Sehingga jika kebersihan telah didapat, maka tubuh kita akan menjadi Konj S P S P sehat dan tidak akan mudah terserang penyakit Kr4.2.3 Pel Konj P Pel 127 Sampah organik diolah menjadi pupuk, digunakan untuk tanaman di S P Pel P Ket peruntukan sekitar rumah supaya lingkungan rumah tetap hijau Kr 10.1.4 Konj S P PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Kalimat 125 di atas memiliki tiga klausa dengan dua hubungan. Hubungan yang pertama adalah hubungan subordinatif bertingkat antara anak klausa pengisi keterangan waktu dan induk kalausanya. Anak klausa pengganti keterangan waktu pada kalimat 125 memiliki unsur predikat dan subjek. Hal ini ditandai dengan adanya konjungsi subordinatif ketika di awal klausa. Induk klausa pada kalimat 125 juga memiliki hubungan koordinatif setara dengan ditandai dengan konjungsi koordinatif dan. Kalimat majemuk campuran juga merupakan pengembangan dari pola kalimat dasar yang lebih kompleks. Pola majemuk campuran dikatakan lebih kompleks karena dalam satu kalimat ada dua hubungan yakni, hubungan subordinatif dan koordinatif. Pola kalimat 125 ini adalah � �− � P-S, S-P-O. Lazimnya pada sebuah kalimat majemuk bertingkat, klausa yang didahului dengan konjungsi subordinatif merupakan anak klausa. Namun, pada kalimat 126 ini, konjungsi subordinatifnya ada tiga. Hal ini menyebabkan kebingungan untuk memilih induk klausa. Harus ada penghilangan dua konjungsi untuk menentukan induk klausanya sehingga konjungsi maka dan sehingga harus dihilangkan. Jika kedua konjungsi tersebut sudah dihilangkan, induk klausa pada kalimat 126 menjadi tubuh kita akan menjadi sehat. Anak klausa pada kalimat 126 menjadi kebersihan telah didiapat dengan diawali konjungsi subordinatif jika. Kalimat 126 juga terdapat hubungan koordinatif antarinduk klausa dengan ditandai konjungsi dan. Kalimat tersebut juga hanya pengembangan dari pola PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kalimat dasar. Pola kalimat 1266 di atas adalah � �−� S-P-Pel, S-P-Pel. Pada kalimat 126, subjek klausa kedua hubungan koordinatif mengalami pelesapan karena subjek klausanya sama dengan subjek klausa sebelumnya. Kalimat 127 di atas memiliki tiga klausa dengan dua hubungan. Hubungan yang pertama adalah hubungan koordinatif setara dan dihubungkan dengan tanda hubung koma ,. Pada kalimat 127 salah satu klausanya mengalami perluasan unsur keterangan tujuan. Perluasan unsur keterangan pada kalimat 127 di atas diawali dengan konjungsi supaya. Kalimat 127 tersebut juga hanya pengembangan dari pola kalimat dasar. Pola kalimat 127 di atas adalah S-P-Pel, S-P-K � �−� . Fenomena seperti kutipan 55, 56, dan 57 dapat dilihat pada lampiran dengan kode Kr 3.2.1, Kr 3.2.2, Kr 7.3.1, Kr 18.1.4, 20.3.3b dan Kr 20.3.4 4.2.2 Jenis Kalimat Berdasarkan Bentuk Sintaksis Berdasarkan bentuk sintaksisnya, kalimat dapat digolongkan menjadi empat jenis, yakni kalimat deklaratif, imperatif, interogatif, dan eksklamatif. Namun, hanya ada tiga jenis kalimat pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu. Tiga jenis kalimat itu adalah kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif. 4.2.2.1 Kalimat Deklaratif Sesuai dengan namanya, kalimat deklaratif atau kalimat berita berfungsi untuk memberikan informasi atau berita kepada orang lain. Dalam bentuk tulisan, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kalimat berita diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik.. Kalimat deklaratif tersebut paling banyak digunakan oleh guru-guru SD Mahakam Ulu pada karangannya. Berikut ini contoh kalimat deklaratif. 128 Kurang lebih dua puluh tahun yang lalu di pedalaman Kalimantan Timur terdapat sebuah desa kecil yang terletak di pinggir perairan sungai Mahakam yaitu kampung Mamahak Teboq yang sangat nyaman, aman dan indah. Kr11.1.1 129 Selain menjaga kebersihan tubuh, menjaga keberihan lingkungan juga sangat penting di lakukan. Kr4.3.1 130 Baim harus terbaring lemas di rumah sakit karena terkena penyakit diare dan demam berdarah. Kr 5.3.4 Masing-masing contoh kalimat di atas mengandung informasi. Informasi yang terkandung di dalam kalimat 128 adalah di pedalaman Kalimantan Timur terdapat desa yang nyaman, aman dan indah. Desa itu sudah ada di pedalaman Kalimantan Timur sejak kurang lebih dua puluh tahun yang lalu. Desa itu bernama Mamahak Teboq. Kalimat 129 juga mengandung informasi menjaga kebersihan lingkungan sama pentingnya dengan menjaga kebersihan tubuh. Sementara itu, kalimat 130 juga megandung informasi Baim sedang sakit demam berdarah dan dia dirawat di rumah sakit. Kalimat 128, 129 dan 130 di atas menyatakan bahwa kalimat deklaratif atau kalimat berita berfungsi memberitahukan sesuatu kepada orang lain. Sebagai kalimat deklaratif, ketiga kalimat di atas sudah disebut sebagai kalimat deklaratif yang baik. Hal ini ditunjukkan dari segi strukturnya kalimat ini diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik ., sedangkan dari segi isinya kalimat ini sudah memberikan informasi yang jelas dan sudah mengandung gagasan pokok dalam setiap kalimat. Kalimat-kalimat pada karangan para guru sebagian besar merupakan pola kalimat deklaratif. Pola-pola tersebut dapat dilihat pada lampiran antara lain dengan kode Kr 1.1.1, Kr 1.1.3, 8.1.2, dan 12.1.2. 4.2.2.2 Kalimat Imperatif Kalimat imperatif pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu tidak terlalu banyak digunakan. Ada lima kalimat imperatif pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu. Berikut ini contoh kalimat imperatif dalam karangan guru-guru SD Mahakam Ulu. 131 Jangan membuang sampah sembarangan, seperti ke kali atau sungai atau ke dalam parit. Kr3.1.2 132 Oleh karena itu, marilah kita semua menjaga kebersihan baik kebersihan diri maupun kebersihan lingkungan agar kita menjadi sehat dan terhindar dari penyakit yang mengancam. Kr4.4.2 133Marilah kita bersahabat kembali dengan mereka demi keberlangsungan hidup kita dn anak cucu kita kelak. 14.4.5 Sesuai dengan namanya, kalimat imperatif atau kalimat perintah berfungsi untuk memberikan perintah kepada seseorang. Kalimat imperatif atau perintah dapat dibagi mejadi enam golongan, yakni kalimat perintah biasa, kalimat perintah halus, permohonan, ajakan harapan, larangan dan pembiaran. Berdasarkan penggolongan tersebut, kalimat 131 berisi kalimat imperatif larangan. Hal ini dapat diketahui dari adanya kata larangan jangan pada awal kalimat. Kalimat 132 dan 133 termasuk dalam kalimat perintah ajakan atau PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI harapan. Hal ini dapat dilihat dari adanya kata modalitas marilah pada masing- masing kalimat. Lazimnya kalimat imperatif juga ditandai dengan adanya tanda baca seru di akhir kalimat , tetapi pada kalimat 131, 132 dan 133, tanda baca yang digunakan adalah titik .. Hal ini tidak menjadi masalah karena sudah ada kata modalitas yang dipakai sebagai penanda kalimat imperatif dan isinya juga bersifat perintah imperatif pola kalimat imperatif juga dapat dilihat pada lampiran dengan kode 16.1.1 dan 16.3.2. 4.2.2.3 Kalimat Interogatif Kalimat interogatif adalah kalimat yang berisi pertanyaan. Secara formal, kalimat interogatif biasanya ditandai dengan adanya kata tanya apa, siapa, bagaimana, di mana, mengapa dan kapan serta pada akhir kalimat terdapat tanda baca tanya ?. Kalimat interogatif pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu paling sedikit digunakan. Ada empat kalimat interogatif pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu. Berikut ini contoh kalimat interogatif dalam karangan guru- guru SD Mahakam Ulu. 134 Bagaimana tidak? Kr 1.1.2 135 Mengapa ada kata-kata tersebut dan apa tujuannya? Kr 16.1.3 Kalimat 134 tersebut sebenarnya belum dapat dikatakan sebagai kalimat tanya, karena subjek dan predikatnya belum ada atau dengan kata lain inti dari pertanyaannya tidak ada. Kalimat 134 tersebut sebenarnya hanya berfungsi menghubungkan kalimat sebelumnya dengan kalimat sesudahnya yakni kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan sudah tidak asing lagi bagi warga kota dengan seperti masih banyak sampah berserakan di lingkungan. Berbeda dengan kalimat 134, kalimat 135 sudah dapat dikatakan sebagai kalimat interogatif yang baik karena ada inti pertanyaanya yakni menanyakan keberadaan kata-kata yang dimaksud dan tujuan kata-kata tersebut. Secara formal, kalimat 135 sudah benar. Penulis bisa memvarisikan kalimat tanya menggunakan kata tanya mengapa dan apa. Penulis juga sudah memberikan tanda baca tanya ? dengan benar di akhir kalimat. Pola kalimat interogatif itu juga dapat dilihat pada lampiran dengan kode Kr 1.1.4 dan 14.4.3

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

4.3.1 Jenis Kalimat berdasarkan Jumlah Klausa Peneliti menemukan jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa dan bentuk sintaksis. Jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa yang digunakan guru-guru SD Mahakam Ulu pada karangannya yakni kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Jika dilihat dari unsur pengisi predikatnya, kalimat tunggal pada karangan tersebut berjenis kalimat tunggal dengan predikat frasa verbal dengan pola dasar S-P, S-P- O, S-P-Pel, S-P-K, S-P-O-Pel dan S-P-O-K. Kalimat tunggal dengan predikat nomina memiliki pola P-S dan P-S-K. Kedua jenis kalimat tunggal dengan pola P- S dan P-S-K tersebut disebut dengan pola kalimat inversi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Kalimat tunggal dengan predikat adjektival memiliki pola kalimat dasar S- P-K sedangkan kalimat tunggal dengan predikat frasa numeral hanya memiliki pola K-P-S-K. Jika dilihat dari urutan unsur-unsurnya, unsur keterangan dalam kalimat dapat diletakkan di awal kalimat, tengah maupun akhir kalimat bahkan dalam beberapa kalimat unsur keterangan dapat dilesapkan tanpa mengubah arti. Hal ini menunjukkan bahwa unsur keterangan merupakan unsur yang bersifat manasuka atau tidak wajib hadir dalam sebuah struktur kalimat. Penelitian ini relevan dengan teori yang dikemukakan oleh Alwi, dkk pada TBBBI 2010. Menurut Alwi,dkk dalam TBBBI 2010: 345, kalimat tunggal dapat dibagi menjadi kalimat berpredikat verba, kalimat berpredikat adjektiva, kalimat berpredikat nominal, kalimat berpredikat numeral, dan kalimat berpredikat frasa preposisional. Namun, ada satu jenis kalimat tunggal yang tidak ditemukan oleh peneliti pada karangan para guru. Dari perbandingan tersebut, guru-guru tidak menggunakan jenis kalimat tunggal dengan predikat frasa preposisional. Hal ini disebabkan tidak semua kalimat tunggal dengan frasa preposisional dapat digunakan sebagai unsur pengisi predikat. Jika merujuk pada TBBBI 2010, frasa preposisional pengisi predikat hanya digunakan pada pola kalimat dasar S-P berbeda dengan frasa lainnya yang bisa digunakan pada pola kalimat dasar manapun. Hal ini menunjukkan kalimat tunggal dengan frasa preposisional penggunaanya lebih terbatas dibandingkan dengan jenis kalimat tunggal lainnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Di samping itu, peran frasa preposisional atau preposisi dalam bahasa Indonesia adalah sebagai penanda hubungan tempat, peruntukan, sebab, kesertaan atau cara, pelaku, waktu, ihwal, dan milik. Dalam karangan para guru, hubungan tersebut digunakan pada unsur keterangan. Oleh karena itu, bisa jadi para guru SD Mahakam Ulu, masih terbatas menggunakan frasa preposisional sebagai unsur pengisi predikat dibandingkan sebagai unsur pengisi keterangan. Kalimat majemuk ditemukan dalam karangan guru-guru SD Mahakam Ulu. Jenis kalimat majemuk itu adalah kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat dan kalimat majemuk campuran. Jika digolongkan berdasarkan konjungsinya, kalimat majemuk setara pada karangan tersebut hanya menggunakan empat jenis konjungsi. Keempat jenis konjungsi tersebut adalah konjungsi penanda penjumlahan, konjungsi penanda perlawanan, konjungsi penanda lebih, dan konjungsi penanda perurutan. Selain keempat konjungsi tersebut, ada kalimat yang tidak dihubungkan dengan konjungsi. Pola atau struktur pada keempat jenis kalimat majemuk tersebut hanya berupa pengembangan dari keenam pola kalimat dasar yang sudah ada. Pola-pola yang ditemukan pada kalimat majemuk setara tersebut, antara lain S-P-K,P-S; S-P-K,S- P-K; S-P-K,S-P dan S-P-Pel-K,S-P-O-K. Kalimat majemuk bertingkat juga dapat digolongkan berdasarkan anak klausa pengganti keterangannya. Ada delapan jenis kalimat majemuk bertingkat berdasarkan anak klausanya. Kedelapan jenis kalimat majemuk bertingkat tersebut adalah anak klausa dengan keterangan akibat, isi, waktu, sebab, syarat, tujuan,