Pembahasan Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Di samping itu, peran frasa preposisional atau preposisi dalam bahasa Indonesia adalah sebagai penanda hubungan tempat, peruntukan, sebab, kesertaan
atau cara, pelaku, waktu, ihwal, dan milik. Dalam karangan para guru, hubungan tersebut digunakan pada unsur keterangan. Oleh karena itu, bisa jadi para guru SD
Mahakam Ulu, masih terbatas menggunakan frasa preposisional sebagai unsur pengisi predikat dibandingkan sebagai unsur pengisi keterangan.
Kalimat majemuk ditemukan dalam karangan guru-guru SD Mahakam Ulu. Jenis kalimat majemuk itu adalah kalimat majemuk setara, kalimat majemuk
bertingkat dan kalimat majemuk campuran. Jika digolongkan berdasarkan konjungsinya, kalimat majemuk setara pada karangan tersebut hanya
menggunakan empat jenis konjungsi. Keempat jenis konjungsi tersebut adalah konjungsi penanda penjumlahan, konjungsi penanda perlawanan, konjungsi
penanda lebih, dan konjungsi penanda perurutan. Selain keempat konjungsi tersebut, ada kalimat yang tidak dihubungkan dengan konjungsi. Pola atau
struktur pada keempat jenis kalimat majemuk tersebut hanya berupa pengembangan dari keenam pola kalimat dasar yang sudah ada. Pola-pola yang
ditemukan pada kalimat majemuk setara tersebut, antara lain S-P-K,P-S; S-P-K,S- P-K; S-P-K,S-P dan S-P-Pel-K,S-P-O-K.
Kalimat majemuk bertingkat juga dapat digolongkan berdasarkan anak klausa pengganti keterangannya. Ada delapan jenis kalimat majemuk bertingkat
berdasarkan anak klausanya. Kedelapan jenis kalimat majemuk bertingkat tersebut adalah anak klausa dengan keterangan akibat, isi, waktu, sebab, syarat, tujuan,
penjumlahan dan konsesif. Pola yang ditemukan pada kalimat majemuk bertingkat tersebut antara lain K-S-P-K
� �−�−���
,
P-S-K
� �−�−�
,
S-P
� �−�
,
dan K-S-P-
O
� �−�−�
.
Kalimat majemuk campuran juga dapat ditemukan pada karangan para guru SD Mahakam Ulu. Jenis dan pola kalimat majemuk campuran paling
kompleks daripada kalimat majemuk yang lain. Jenis dan pola kalimat majemuk campuran tersebut dikatakan kompleks karena menghubungkan hubungan
koordinatif dan subordinatif setara dan bertingkat dalam suatu kalimat. Jenis dalam kalimat majemuk campuran antara lain kalimat majemuk campuran
hubungan waktu-penjumlahan, hubungan syarat-penjumlahan, hubungan tujuan- penjumlahan. Pola kalimat campuran juga merupakan pengembangan dari pola
kalimat dasar. Pola pada kalimat majemuk campuran tersebut antara lain
� �−�
P-
S, S-P-O;
� �−�
S-P-Pel, S-P-Pel; dan S-P-Pel, S-P-K
� �−�
.
Penelitian ini relevan dengan teori yang dikemukakan oleh Ramlan 2005. Menurut Ramlan 2005: 43, kalimat majemuk atau kalimat luas adalah
kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih. Klausa-klausa pada kalimat majemuk tersebut dihubungkan dengan konjungsi yang sesuai. Umumnya, ahli
bahasa membagi hubungan dua klausa itu ke dalam dua jenis yakni koordinasi majemuk setara dan subordinasi majemuk bertingkat.
Ramlan 2008 menegaskan majemuk setara dapat digolongkan berdasarkan kata penghubungnya atau konjungsinya. Menurut Ramlan 2010, ada
lima macam hubungan dalam majemuk setara yakni hubungan penjumlahan, pemilihan, perurutan, lebih, perlawanan atau pertentangan. Menurut Alwi,dkk
dalam TBBBI 2010 majemuk bertingkat salah satunya juga dapat digolongkan berdasarkan anak klausa pengganti keterangannya. Menurut Hasan Alwi, dkk
2010: 400, hubungan majemuk bertingkat terdiri dari anak klausa dengan keterangan waktu, syarat, pengandaian, tujuan, konsesif, pembandingan, sebab,
akibat, cara dan alat. Penambahan hubungan majemuk bertingkat juga dilakukan oleh Ramlan 2008 yakni anak klausa dengan keterangan komplemen,
perkecualian dan penambahan. Selain kedua jenis kalimat itu, Chaer 2011: 347 juga menambahkan ada
jenis kalimat yang memiliki beberapa klausa. Klausa-klausa dalam satu kalimat itu merupakan campuran dari struktur kalimat majemuk setara dan kalimat
majemuk bertingkat. Jenis kalimat tersebut biasa disebut majemuk campuran. Berdasarkan perbandingan tersebut, jenis kalimat majemuk setara yang
tidak ditemukan pada karangan para guru yakni kalimat majemuk setara dengan konjungsi penanda pemilihan. Jenis kalimat majemuk bertingkat yang tidak
terdapat pada karangan guru-guru tersebut juga meliputi anak klausa dengan keterangan pengandaian, pembandingan, cara, alat dan perkecualian. Hal itu
menunjukkan para guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur kurang menguasai penggunaan konjungsi penanda pemilihan pada kalimat majemuk setara dan
konjungsi penanda pengandaian, pembandingan, cara, alat dan perkecualian pada kalimat majemuk bertingkat.
Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Galih Puji Haryanto 2015 dengan judul Analisis Struktur
Kalimat dan Struktur Paragraf serta Pola Pengembangannya pada Wacana Undang-Undang tentang Pendidikan dan B. Bobby Prasetya Nugraha dengan
judul Struktur Kalimat dalam Kolom “Liputan Khusus” Majalah Sekolah Bikar SMA Stella Duce II Yogyakarta. Persamaan penelitian ini adalah kalimat tunggal
paling banyak digunakan pada karangan para guru SD Mahakam Ulu maupun pada kolom majalah Bikar. Perbedaan penelitian ini terletak pada jenis kalimat
yang ditemukan. Pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, jenis kalimat yang digunakan lebih banyak dari jenis kalimat yang ada pada undang-undang tentang
pendidikan. Undang-undang pendidikan tersebut hanya menggunakan tiga jenis kalimat dengan pola S-P-K, P-K-Pel berjumlah 28 kalimat; K,S-P-O-K
berjumlah tujuh buah kalimat; K-S-P-Konj.-P-K dan K-S-P-O-O1-O2-O3-O4- O5, P-O berjumlah lima kalimat. Maka dari itu, posisi peneliti dalam penelitian
ini adalah mengukuhkan dan melengkapi penelitian Galih Puji Haryanto 2015 dan Bobby Prasetyo 2010.
4.3.2 Jenis Kalimat berdasarkan Bentuk Sintaksis Berdasarkan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti, kalimat-kalimat
pada karangan para guru juga dapat dikelompokkan menurut bentuk sintaksis. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menurut bentuk sintaksisnya, ada tiga jenis kalimat pada karangan para guru yakni, kalimat deklaratif, kalimat imperatif dan kalimat interogatif.
Kalimat deklaratif atau kalimat berita pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu sudah digunakan dengan baik. Hal ini ditunjukkan dari segi
strukturnya kalimat ini diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik ., sedangkan dari segi isinya kalimat ini sudah memberikan informasi
yang jelas dan sudah mengandung gagasan pokok yang jelas dalam setiap kalimat. Berdasarkan data yang ditemukan, kalimat deklaratif paling sering
muncul daripada kalimat imperatif dan interogatif bahkan hampir seluruh karangan guru-guru tersebut menggunakan kalimat deklaratif. Hal ini sejalan
dengan jenis karangan yang digunakan para guru SD Mahakam Ulu. Dari 20 karangan para guru, sebagian besar karangan itu merupakan karangan narasi dan
eksposisi. Karangan narasi bertujuan untuk menceritakan suatu peristiwa sedangkan eksposisi bertujuan untuk menjelaskan atau menguraikan sesuatu.
Tentu saja, kalimat yang digunakan pun adalah kalimat-kalimat yang bisa mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu atau peristiwa itu. Dalam karangan
narasi dan eksposisi, penulis tidak meminta respons dari pembaca, sehingga kalimat-kalimat yang digunakan bersifat informatif saja. Oleh karena itu, para
guru SD Mahakam Ulu dalam membuat karangannya lebih memilih kalimat- kalimat berisi informatif yakni kalimat deklaratif.
Kalimat imperatif atau kalimat perintah pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu sudah digunakan dengan baik. Berdasarkan isinya, para guru dapat
menggunakan kalimat imperatif ajakan dan imperatif larangan. Hal ini menunjukkan adanya variasi dalam karangan mereka, meskipun pada strukturnya,
kalimat imperatif tidak menggunakan tanda baca yang tepat. Tanda baca yang digunakan adalah tanda baca untuk kalimat deklaratif yakni titik dan bukan tanda
seru . Ketidaktepatan penggunaan tanda baca imperatif menunjukkan guru- guru tersebut masih bingung untuk membedakan tanda baca dalam
penggunaannya merangkai kalimat deklaratif atau imperatif. Kalimat interogatif atau kalimat tanya pada karangan guru-guru SD
Mahakam Ulu paling sedikit digunakan dibanding dengan kalimat deklaratif dan imperatif. Hanya ada empat kalimat interogatif dari jumlah keseluruhan kalimat.
Penggunaan kalimat interogatif masih kurang tepat digunakan oleh guru-guru SD Mahakam Ulu tersebut. Hal ini tampak pada contoh kalimat berkode Kr 1.1.3
berikut ini. 136“Bagaimana tidak?” Kr 1.1.3
Kalimat 136 tersebut belum bisa dikatakan sebagai kalimat interogatif karena informasi yang akan disampaikan tidak ada. Kalimat tersebut sebenarnya
hanya berfungsi menghubungkan kalimat sebelumnya dengan kalimat sesudahnya tanpa adanya informasi yang disampaiakan pada kalimat Kr 1.1.3. Hal ini sudah
dijelaskan pada paparan subbab 4.2 di atas. Penelitian tentang jenis kalimat berdasarkan bentuk sintaksis ini relevan
dengan Alwi,dkk dalam TBBBI 2010. Menurut Alwi, dkk 2010:360, kalimat dapat dibagi menjadi empat golongan berdasarkan bentuk sintaksisnya. Keempat
jenis kalimat tersebut yakni kalimat deklaratif, imperatif, interogatif dan eksklamatif. Pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur
hanya ada tiga jenis kalimat saja yakni deklaratif, imperatif dan interogatif. Penggunaan kalimat berita pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu sangat
mendominasi dari pada jenis kalimat lain. Hal ini menunjukkan kurangnya variasi dalam karangan guru-guru tersebut. Variasi kalimat dari segi makna sangat
dibutuhkan dalam sebuah karangan agar karangan lebih menarik untuk dibaca. Penelitian ini juga memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Zahrulia Arina Rinanda 2012 dengan judul Analisis Struktur Kalimat pada Wacana Iklan Brosur Provider Telekomunikasi. Hasil
penelitian Zahrulia Arina Rinanda adalah penelitian ini meneliti ragam kalimat berdasarkan bentuknya. Namun, pada temuannya, penelitian Zahrulia Arina
Rinanda ini hanya menemukan kalimat imperatif dan deklaratif pada data kalimatnya sedangkan penelitian ini menemukan tiga jenis kalimat yakni kalimat
imperatif, kalimat deklaratif dan kalimat interogatif. Dari segi bentuknya, penggunaan kalimat pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu lebih variatif
daripada penggunaan kalimat pada wacana iklan brosur provider tersebut. Maka dari itu, posisi peneliti dalam penelitian ini adalah mengukuhkan dan melengkapi
penelitian Zahrulia Arina Rinanda 2012. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97