Pola Kalimat Landasan Teori
letak keterangan dan letak predikat terhadap subjek kalimat. Keterangan memiliki banyak jenis dan letaknya dapat berpindah-pindah di dalam kalimat, baik di awal,
tengah maupun di akhir kalimat. Banyak juga kalimat yang predikatnya mendahului subjek kalimat.
Urutan fungsi dalam bahasa Indonesia bisa dikatakan mengikuti pola S-P- O-Pel-K. Namun, ada satu pola kalimat dalam bahasa Indonesia yang
predikatnya selalu mendahului subjek. Perhatikan contoh di bawah ini. 34
Ada pencuri di halaman itu. 35
Demikianlah hasil rapat hari ini. Verba ada dan demikianlah pada kalimat 34 dan 35 terletak di depan
nomina. Dengan kata lain, urutan fungsinya adalah P-S-O-Pel-Ket. Namun, susunan itu dapat diubah kembali menjadi urutan fungsi biasa yakni subjek
mendahului predikat. Kalimat-kalimat yang predikatnya mendahului subjek
tersebut disebut kalimat inversi TBBBI, 2010: 372.
2.2.1.4 Jenis Kalimat Menurut Hasan Alwi dalam TBBBI 2010: 343, jenis kalimat dapat
digolongkan menjadi empat, yaitu 1 jenis kalimat berdasar jumlah klausa, 2 jenis kalimat berdasar bentuk sintaksis, 3 jenis kalimat berdasar kelengkapan
unsur, dan juga 4 jenis kalimat berdasar urutan fungsi sintaksis. Dari keempat jenis kalimat di atas, hanya akan dibahas dua jenis kalimat, yakni kalimat
berdasarkan jumlah klausanya dan berdasarkan bentuk atau kategori sintaksisnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dapat digolongkan menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Hasan Alwi,dkk 2010: 343 menuturkan
bahwa kalimat tunggal dapat dibeda-bedakan lagi berdasarkan kategori predikatnya menjadi lima golongan yakni 1 kalimat berpredikat verba, 2 kalimat
berpredikat adjektiva, 3 kalimat berpredikat nomina dan pronomina, 4 kalimat berpredikat numeral, dan 5 kalimat berpredikat frasa preposisional.
Kalimat majemuk juga dapat dibedakan lagi menjadi kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Menurut bentuknya atau kategori
sintaksisnya, kalimat dapat pula digolongkan menjadi kalimat deklaratif, kalimat imperatif, kalimat interogatif , dan kalimat ekslamatif Alwi, dkk, 2010: 344.
Bagan 1. Jenis-jenis Kalimat
\
Jenis Kalimat Jumlah Klausa
Tunggal Majemuk
BentukKategori Sintaksis
Deklaratif Imperatif
Interogatif Eksklamatif
A. Kalimat berdasarkan Jumlah Klausa
Jenis kalimat dapat digolongkan berdasarkan jumlah klausanya. Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dapat dibagi atas kalimat tunggal dan
kalimat majemuk. 1
Kalimat Tunggal Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Hal itu
berarti bahwa konstituen untuk setiap unsur kalimat, seperti S dan P hanya ada satu. Dalam kalimat tunggal tentu ada unsur wajib yang diperlukan. Di samping
itu, tidak menutup kemungkinan jika ada unsur-unsur manasuka yang ditambahkan di dalamnya, seperti keterangan, pelengkap, dan objek. Dengan
demikian, kalimat tunggal tidak selalu berwujud pendek. Perhatikanlah contoh berikut
36 Toni akan pergi.
37 Mereka akan membentuk kelompok belajar.
38 Guru Bahasa Indonesia kami akan dikirim ke luar negeri.
39 Pekerjaan Anwar mengurus tanaman di kebun raya Bogor.
Contoh kalimat 36 hanya memiliki satu unsur subjek Toni dan satu unsur predikat akan pergi. Kalimat 37 lebih lengkap karena ada unsur objek.
Meskipun demikian, setiap unsurnya hanya ada satu. Kalimat 38 dan 39 juga hanya memiliki unsur wajib, yakni S dan P dan disertai unsur manasuka seperti O,
Pel dan K, tetapi semua unsurnya hanya ada satu, baik berupa kata maupun frasa. Berdasarkan predikatnya kalimat tunggal dapat dibagi menjadi kalimat
berpredikat verba, kalimat berpredikat adjektiva, kalimat berpredikat nomina, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kalimat berpredikat numeral, dan kalimat berpredikat frasa preposisional. Di bawah ini akan dijelaskan jenis-jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa itu.
a. Kalimat Berpredikat Verba
Menurut TBBBI 2010 : 345, kalimat berpredikat verba dapat dibagi pula menjadi kalimat taktransitif, kalimat ekatransitif, dan kalimat dwitransitif.
Kalimat ekatransitif dan kalimat dwitransitif merupakan bagian dari kalimat transitif.
Kalimat tidak transitif adalah kalimat yang tidak memiliki objek dan tidak memiliki pelengkap. Kalimat tersebut hanya memiliki dua unsur wajib, yaitu
S dan P. Biasanya predikatnya dengan prefiks ber- atau meng-. Namun, kalimat itu dapat dilengkapi oleh unsur keterangan tempat, waktu, cara ataupun alat.
Contoh-contoh kalimat yang menggunakan predikat tak transitif dapat dilihat pada kutipan 40, 41, serta 42 ini.
40 Bu Dina sedang berbelanja.
41 Padi itu telah menguning.
42 Samiun belum datang sejak tadi pagi.
Kalimat ekatransitif adalah kalimat yang berobjek tetapi tidak berpelengkap. Kalimat tersebut memiliki tiga unsur wajib yaitu subjek, predikat,
dan objek. Dari segi makna semua verba ekatransitif memiliki makna perbuatan. Di bawah ini merupakan contoh-contoh kalimat yang menggunakan predikat
ekatransitif. 43
Pemerintah akan memasok semua kebutuhan Lebaran. 44
Nilai UAN menentukan kelulusan para siswa kelas IX. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kalimat dwitransitif adalah kalimat yang predikatnya dapat mengungkapkan hubungan tiga wujud. Maksudnya adalah satu predikat dapat
menentukan unsur-unsur yang mengikutinya dengan makna yang berbeda pula. Contoh-contoh kalimat yang menggunakan predikat dwitransitif dapat dilihat pada
kalimat 45, 46, dan 47 ini. 45
Ida sedang mencari pekerjaan. 46
Ida sedang mencarikan pekerjaan. 47
Ida sedang mencarikan adiknya pekerjaan. Dari kalimat 45, dapat dijelaskan yang mencari pekerjaan adalah Ida.
jika ditambahkannya sufiks –kan pada predikat mencari, kalimat 46 berubah makna menjadi Ida mencari pekerjaan untuk orang lain. Kalimat 47 terdapat
objek dan pelengkap yang berdiri di belakang verba dan semakin jelas bahwa makna yang dimaksud adalah Ida mencari pekerjaan untuk adiknya.
b. Kalimat Berpredikat Ajektiva
Menurut TBBBI 2010, 357, kalimat berpredikat adjektiva adalah kalimat statif. Kalimat statif kadang menggunakan verba untuk memisahkan
subjek dengan predikatnya apabila subjek atau predikatnya sama-sama panjang. Perhatikan contoh berikut
48 Gerakan badan penari pendet itu adalah anggun dan mempesona.
Kata adalah dalam kalimat 48 dapat digunakan untuk memisahkan subjek, yakni gerakan badan penari pendet itu dan predikat yang berupa anggun
dan mempesona. Kata adalah dapat digunakan jika subjek atau predikat atau keduanya sama-sama panjang.
c. Kalimat Berpredikat Nomina
Dua nomina yang dijejerkan atau frasa nomina dapat menjadi kalimat apabila syarat untuk subjek dan predikatnya terpenuhi TBBBI, 2010: 358. Syarat
untuk kedua unsur itu penting. Jika tidak terpenuhi, jejeran nomina tadi tidak dapat membentuk kalimat. Perhatikan contoh berikut
49 Buku cetakan Bandung itu. . .
50 Buku itu cetakan Bandung.
Urutan kata seperti pada contoh 49 tersebut membentuk satu frasa dan bukan kalimat, karena cetakan Bandung merupakan pewatas pembatas dan
bukan predikat. Sebaliknya, contoh 50 dapat disebut kalimat karena penanda batas itu memisahkan kalimat menjadi dua frasa, yakni buku itu sebagai subjek
dan cetakan Bandung sebagai predikat. d.
Kalimat Berpredikat Numeralia Selain macam-macam kalimat berpredikat verbal, adjektival, nominal,
ada pula kalimat yang berpredikat numeral atau frasa numeral. Perhatikanlah contoh berikut
51 Anaknya banyak.
52 Bekalnya hanya sedikit.
53 Tinggi pohon itu lebih dari tiga meter.
Contoh 51 dan 52 menunjukkan bahwa kalimat dengan predikat numeralia kata bilangan tak tentu banyak dan sedikit tidak dapat diikuti kata
penggolongan. Sebaliknya, kalimat 53 menunjukkan predikat yang berupa numeralia tentu dapat diikuti penggolongan seperti orang, ekor, buah, dan wajib
diikuti ukuran seperti meter TBBBI, 2010: 360. e.
Kalimat Berpredikat Frasa Preposisional Predikat kalimat dalam bahasa Indonesia juga dapat berupa frasa
preposisional. Contoh-contoh kalimat di bawah ini menggunakan predikat berfrasa preposisi.
54 Ibu sedang ke pasar.
55 Andi sedang di sekolah.
56 Kue itu untuk Bagus.
57 Rumah saya di antara rumah Bela dan Ani.
Tidak semua frasa preposisi dapat dijadikan sebagai predikat kalimat. Kalimat-kalimat di bawah ini terasa tidak pas jika tidak disertai verba.
58 Toko itu sepanjang malam.
59 Toni dengan Andi.
60 Tas itu kepada Aji.
Kalimat 58, 59, dan 60 di atas menunjukkan bahwa tidak semua frasa preposisi dapat menduduki fungsi predikat. Frasa sepanjang malam, dengan
Andi, kepada Aji meskipun merupakan frasa preposisi tetapi tidak dapat menjadi predikat, sehingga kalimat-kalimat tersebut tidak memiliki makna.
2 Kalimat Majemuk
Menurut Ramlan 2005: 43, kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih antara klausa yang satu dan yang lain saling
berhubungan. Umumnya, ahli bahasa membagi hubungan dua klausa itu ke dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dua jenis, yakni koordinasi majemuk setara dan subordinasi majemuk bertingkat.
a. Kalimat Majemuk Setara
Hubungan koordinasi dalam suatu kalimat biasa disebut dengan kalimat majemuk setara. Hubungan koordinasi menggabungkan dua klausa atau lebih
yang masing-masing mempunyai kedudukan yang setara dalam struktur konstituen kalimat Alwi dalam TBBBI, 2010: 392. Maksudnya di sini adalah
hubungan antarklausa tersebut tidak saling terikat atau bergantung satu sama lain. Klausa yang satu tidak bergantung dengan klausa yang lain, karena klausa yang
satu bukanlah bagian dari klausa yang lain. Hubungan koordinasi dalam suatu kalimat tersebut dapat dilihat pada contoh di bawah ini.
61 Stres akan memicu ketegangan di otak.
62 Stres membuat energi otak habis
63 Stres akan memicu ketegangan di otak dan membuat energi otak
habis. Kalimat 63 di atas terdiri dari dua klausa yang tidak saling terikat,
yakni klausa 61 dan klausa 62 dan dihubungkan dengan konjungsi dan. Kalimat 62 juga terjadi pelesapan penghilangan salah satu unsur kalimat yakni
unsur subjek pada klausa kedua setelah digabungkan, agar kalimat lebih efektif. Untuk lebih jelas, di bawah ini terdapat bagan tentang hubungan koordinasi
kalimat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bagan 2. Hubungan Koordinasi Kalimat
Bagan di atas menunjukkan bahwa konjungtor tidak termasuk ke dalam klausa mana pun, tetapi merupakan konstituen tersendiri. Kedudukan klausa yang
satu dengan klausa yang lain juga terlihat sejajar. Hal itu berarti klausa yang satu tidak menjadi bagian dari klausa yang lain. Alwi, dkk 2010: 398, menjelaskan
bahwa ada beberapa konjungtor untuk menyusun hubungan koordinasi, yaitu sebagai berikut.
“dan, atau, tetapi, serta, lalu, kemudian lagipula, hanya, padahal, sedangkan, baik... maupun..., tidak... tetapi..., bukannya... melainkan...”
Ramlan 2008: 40 membagi beberapa konjungtor koordinasi dalam beberapa golongan berdasarkan sifat hubungannya. Ada lima golongan
konjungtor koordinatif jika dilihat dari hubungan semantisnya. a
Konjungsi yang menandai pertalian semantik penjumlahan: dan, dan lagi, lagi pula, dan serta.
b Konjungsi yang menandai pertalian semantik pemilihan: atau.
c Konjungsi yang menandai pertalian semantikperurutan: kemudian
dan lalu. d
Konjungsi yang menandai pertalian semantik lebih: bahkan.
Kalimat
Klausa Konjungtor
Klausa
e Konjungsi yang menandai pertalian semantik perlawanan: tetapi.
akan tetapi, melainkan, namun, padahal, sebalikmya, sedangkan, dan sedang.
b. Kalimat Majemuk Bertingkat
Hubungan subordinasi dalam suatu kalimat biasa disebut kalimat majemuk bertingkat. Hubungan subordinasi menggabungkan dua klausa atau
lebih secara bertingkat TBBBI, 2010: 398. Maksudnya, salah satu klausanya menjadi bagian dari klausa yang lain. Jadi, klausa-klausa yang disusun dalam
kalimat majemuk dengan cara subordinasi itu tidak memiliki kedudukan yang setara atau dengan kata lain hubungan subordinasi menunjukkan hubungan yang
hierarkis. Hubungan subordinasi dalam suatu kalimat tersebut dapat dilihat pada contoh di bawah ini.
64 Candi Gedung Songo itu menjadi mutiara kehidupan klausa
bawahan. 65
Candi Gedung Songo menjadi sumber nafkah bagi masyarakat sekitarnya.
66 Candi Gedung Songo menjadi mutiara kehidupan karena menjadi
sumber nafkah bagi masyarakat sekitarnya. Kalimat 66 di atas terlihat ada penggabungan dua klausa yang saling
terikat, yakni klausa 64 dan klausa 65, di mana klausa 64 menjadi klausa utama dan klausa 65 menjadi klausa bawahan dengan konjungtor karena.
Berikut bagan tentang hubungan antarklausa dalam hubungan subordinasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bagan 3. Hubungan Subordinasi Kalimat
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa klausa 2 berkedudukan sebagai konstituen klausa 1 atau bagian dari klausa 1. Klausa 2 yang berkedudukan
sebagai konstituen klausa 1 disebut klausa subordinatif, sedangkan klausa 1 meru- pakan tempat dilekatkannya klausa, disebut juga klausa utama.
Menurut Alwi, dkk 2010: 400, ada sepuluh jenis konjungtor subordinatif dalam kalimat majemuk bertingkat. Kesepuluh klausa itu akan
dijabarkan pada uraian di bawah ini. a
Konjungsi waktu : setelah, sesudah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala, sewaktu, sementara, seraya, selagi, selama, sehingga,
sampai. b
Konjungsi syarat : jika, kalau, asalkan, bila, manakala. c
Konjungsi pengandaian : andaikan, seandainya, andaikata, sekiranya. d
Konjungsi tujuan : agar, supaya. e
Konsesif: biarpun, meskipun, sungguhpun, sekalipun, walaupun, kendatipun.
f Konjungsi pembandingan atau kemiripan: seakan-akan, seolah-olah,
sebagaimana, seperti, sebagai, bagaikan, laksana, daripada, alih-alih, ibarat.
g Konjungsi sebab atau alasan: sebab, karena, oleh karena.
h Konjungsi hasil atau akibat : sehingga, sampai-sampai.
i Konjungsi cara: dengan, tanpa.
j Konjungsi alat: dengan, tanpa.
Kalimat
Klausa 1
Klausa 2 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ramlan 2008: 45 menambahkan tiga konjungtor subordinatif yang belum dijelaskan dalam TBBBI 2010 tersebut. Ketiga konjungtor subordinatif
itu dapat dilihat pada uraian di bawah ini. a
Konjungsi isi atau komplemen: bahwa. b
Konjungsi perkecualian: kecuali. c
Konjungsi penjumlahan: selain dan di samping. c.
Kalimat Majemuk Kompleks Campuran Selain kedua bentuk kalimat majemuk di atas, masih ada satu bentuk
kalimat majemuk, yakni kalimat majemuk kompleks. Menurut Chaer 2011: 347, kalimat majemuk kompleks adalah kalimat yang terdiri dari tiga atau lebih
klausa. Kalimat tersebut ada yang berhubungan secara koordinatif setara dan ada yang berhubungan secara subordinatif bertingkat. Penggabungannya
biasanya dibantu dengan berbagai kata penghubung baik koordinatif maupun subordinatif. Kalimat majemuk kompleks ini biasa disebut dengan kalimat
majemuk campuran. Perhatikan contoh berikut 66
Untuk pendakian gunung besok pagi, hal pertama yang harus diperhatikan adalah kondisi fisik dan hal kedua adalah bekal makanan.
Kalimat 66 di atas merupakan kalimat majemuk kompleks karena tersusun dari klausa bertingkat dan klausa setara. Klausa bertingkat pada kalimat
di atas menduduki fungsi subjek, yakni pada klausa hal pertama yang harus diperhatikan. Frasa hal pertama diperluas dengan konjungsi yang lalu diikuti
dengan fungsi predikat harus diperhatikan. Klausa setara pada kalimat di atas, yakni ditandai dengan konjungsi dan lalu dilanjutkan dengan fungsi subjek pada
frasa hal kedua, predikat pada kata adalah, dan pelengkap pada frasa bekal makanan. Bagan di bawah ini menunjukkan hubungan antarkalimat majemuk
campuran. Bagan 4. Hubungan Antarklausa dalam Kalimat Majemuk Campuran
B. Kalimat berdasar Bentuk Sintaksis
Berdasarkan bentuk sintaksis, kalimat dibagi atas 1 kalimat deklaratif atau kalimat berita, 2 kalimat imperatif atau kalimat perintah, 3 kalimat
interogatif atau kalimat tanya, dan 4 kalimat eksklamatif atau kalimat seru TBBBI, 2010: 360. Keempat jenis kalimat tersebut akan dipaparkan pada uraian
berikut ini. 1 Kalimat Berita Deklaratif
Menurut Alwi, dkk 2010: 284, kalimat berita berfungsi untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain sehingga tanggapan yang diharapkan
berupa perhatian dari mitra tutur. Kadang respons atau bentuk dari perhatian itu jawaban “ya” dari mitra tutur. Di samping itu, dalam kalimat berita tidak terdapat
kata-kata tanya seperti apa, siapa, di mana, mengapa, dan kata-kata ajakan seperti mari, ayo, kata persilakan silakan, serta kata larangang jangan. Dalam bentuk
tulisan, kalimat berita diakhiri dengan tanda titik . sedangkan dalam bentuk lisan diakhiri dengan nada menurun.
2 Kalimat Perintah Imperatif Menurut Chaer 2011:356, kalimat perintah adalah kalimat yang
dibentuk untuk mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan. Dalam bentuk tulisnya, kalimat perintah atau kalimat imperatif biasanya diakhiri dengan tanda
seru . Sementara itu, dalam bentuk lisan, intonasi ditandai dengan nada rendah diakhir tuturan. Ada tiga jenis kalimat imperatif, yaitu kalimat perintah, kalimat
larangan, dan kalimat seruan. Pada TBBBI 2010, kalimat seruan tergolong pada kalimat eksklamatif.
3 Kalimat Tanya Interogatif Kalimat tanya adalah kalimat yang berfungsi untuk mengharapkan reaksi
atau jawaban dari seseorang Chaer, 2011: 350. Kalimat ini secara formal ditandai dengan kehadiran kata tanya seperti apa, siapa, kapan, bagaimana, dan
mengapa. Kalimat ini memiliki pola intonasi yang berbeda dengan pola intonasi kalimat berita. Perbedaan pola intonasi itu terutama terletak pada nada akhirnya.
Pada intonasi kalimat berita, bernada akhir turun, sedangkan pada kalimat tanya bernada akhir naik.
4 Kalimat Eksklamatif
Kalimat eksklamatif atau kalimat seru, secara formal ditandai dengan kata alangkah, betapa atau bukan main pada kalimat berpredikat adjektiva.
Kalimat eksklamatif ini berfungsi untuk menyatakaan perasaan kagum atau heran. Menurut TBBBI 2010: 371, cara pembentukan kalimat eksklamatif sebagai
berikut. a
Balikkan urutan unsur kalimat dari S-P ke P-S. b
Tambahkan partikel –nya pada adjektiva P. c
Tambahkan kata seru alangkah, betapa, bukan main di depan P jika dianggap perlu.
Agar lebih jelas, di bawah ini terdapat beberapa contoh kalimat eksklamatif. Perhatikan contoh di bawah ini
67 Pergaulan mereka bebas.
68 a. Bebas pergaulan mereka
b. Bebasnya pergaulan mereka c. Alangkah bebasnya pergaulan mereka
Kalimat 67 di atas merupakan kalimat deklaratif, tetapi dapat dikembangkan menjadi kalimat eksklamatif 68a, 68b, dan 68c. Contoh
kalimat 68a di atas menggunakan cara membalik urutan fungsi S-P menjadi P-S, sehingga predikat bebas berada di awal kalimat. Contoh kalimat 68b
menggunakan cara menambahkan partikel–nya di belakang predikat adjektif bebas. Kalimat 68c menggunakan cara menambahkan kata seru alangkah di
depan predikat bebasnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.2.2 Karangan
Karangan merupakan hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca atau dimengerti oleh pembaca Gie, 1992:23. Karangan
secara umum dapat digolongkan menjadi lima jenis, yakni karangan narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, perusasi.
Narasi merupakan salah satu bentuk wacana yang berisi cerita. Narasi pada umumnya bertujuan menggerakan aspek emosi pembaca. Dengan narasi,
penerima pembaca dapat membentuk citra imajinasi Rani, dkk, 2006: 45. Narasi memiliki unsur-unsur cerita yang penting seperti unsur waktu,
pelaku, dan peristiwa Rani, dkk, 2006 : 45. Perhatikan contoh berikut ini 69
Pada bulan Januari 1946, ada sebuah kapal penumpang bertolak dari kota Surabaya menuju Jakarta. Di antaranya ada sejumlah penumpang
yang merupakan sukarelawan perang berasal dari Jakarta. Mereka dikirim satuannya untuk mempertahankan kota Surabaya. Tidak jauh
dari mulut Selat Madura kapal tersebut meledak dan tenggelam beserta seluruh isinya Keraf dalam Argumentasi dan Narasi, 2007.
Unsur waktu pada kutipan di atas muncul di awal kalimat, yakni pada bulan Januari 1946. Sementara itu, unsur pelaku pada kutipan di atas adalah
sejumlah penumpang yang merupakan sukarelawan perang. Unsur yang tidak kalah penting dalam kutipan 69 di atas adalah unsur peristiwa. Peristiwa yang
diceritakan dalam kutipan di atas adalah kapal yang mengangkut sejumlah sukarelawan perang dari Jakarta meledak dan tenggelam di Selat Madura.
Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar pembaca percaya dan akhirnya
bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis Keraf, 2007: 3. Dalam karangan argumentasi, penulis menggunakan fakta-fakta atau bukti-bukti untuk
memperkuat pendapatnya apakah suatu hal itu benar atau tidak. Fakta-fakta tersebut dapat menjadi dasar penulis untuk berpikir kritis dan logis, karena dasar
sebuah tulisan yang bersifat argumentatif, yakni berpikir kritis dan logis. Untuk memperjelas uraian tersebut, di bawah ini disajikan kutipan paragraf argumentasi.
70 Saat ini sampah berserakan di mana-mana. Hal ini dapat kita lihat
di sekeliling kita. Sampah-sampah tersebut biasanya berasal dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan malas membuang
sampah pada tempatnya. Sampah yang berkumpul itu menimbulkan bau yang tidak sedap sehingga dapat membuat polusi udara. Selain
itu, tumpukan sampah tersebut menjadi sarang berkembangbiaknya berbahaya. Sumber penyakit itu akan terbawa dengan udara
sehingga akan terhirup oleh kita. Akibatnya, kita akan menjadi sakit dan tentunya juga akan menular kepada orang lain yang ada di
sekitar kita www.kelasindonesia.com.
Kutipan 70 di atas merupakan paragraf argumentasi sebab-akibat. Paragraf tersebut dalam pengembangannya berasal dari suatu permasalahan yang
diawali dengan sebab-sebab terjadinya permasalahan itu. Setelah itu, paragraf tersebut mengarah pada suatu kesimpulan yang berisi pendapat dengan bentuk
akibat yang ditimbulkan dari sebab-sebab yang telah diuraikan sebelumnya. Menurut Keraf 2007: 118, karangan persuasi bertujuan untuk
meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki penulispembicara pada waktu ini atau pada waktu yang akan datang. Persuasi
tidak mengambil bentuk paksaan terhadap orang yang menerimanya, tetapi berupaya untuk merangsang pembaca mengambil tindakan sesuai dengan yang
diinginkan penulis. Upaya-upaya tersebut biasanya berupa bukti-bukti meskipun bukti tersebut tidak setegas seperti yang dilakukan oleh karangan argumentasi.
Semua bentuk argumentasi biasanya menggunakan pendekatan emotif, yaitu berusaha membangkitkan emosi para pembaca. Contoh paragraf persuasi dapat
dilihat pada kutipan 71 ini. 71
Tubuh kita sangat membutuhkan berbagai macam vitamin dan mineral yang berguna bagi kebutuhan hidup kita. Vitamin dan
mineral tersebut banyak terdapat pada makanan-makanan yang bergizi, seperti buah, daging, susu, sayuran dan kacang-kacangan.
Jika kebutuhan vitamin dan mineral tercukupi, maka kita menjadi sehat dan tidak mudah sakit. Sebaliknya, jika kita kekurangan
vitamin dan mineral maka tubuh kita akan mudah terserang penyakit. Oleh karena itu, agar tubuh selalu sehat, makanlah
makanan-makanan yang bergizi. Selain itu, janganlah lupa untuk mengimbanginya
dengan olahraga secara teratur www.prbahasaindonesia.com.
Kutipan 71 di atas menunjukkan bahwa penulis ingin mempengaruhi pembaca dengan cara memaparkan bukti-bukti tentang tubuh manusia
membutuhkan berbagai macam vitamin dan mineral. Penulis juga memaparkan akibat seseorang jika kekurangan vitamin dan mineral. Bukti-bukti pada paragraf
persuasi bertujuan untuk membangkitkan emosi pembaca. Selain dengan bukti- bukti, penulis juga memberikan kalimat persuasif atau ajakan agar pembaca mau
makan makanan bergizi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Eksposisi atau pemaparan adalah salah satu bentuk tulisan atau retorika yang berusaha untuk menerangkan dan menguraikan suatu pokok pikiran, yang
dapat memperluas pandangan atau pengetahuan seseorang yang membaca uraian tersebut Keraf, 1982: 3. Bila dibandingkan dengan bentuk karangan lainnya,
seperti argumentasi, deskripsi, dan narasi, pada dasarnya semua bentuk karangan itu bertujuan memperluas pengetahuan seseorang. Namun, tujuan yang paling
menonjol pada karangan eksposisi adalah memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca sedangkan karangan lainnya menonjolkan aspek yang lain.
Contoh kalimat eksposisi dapat dilihat pada kutipan 72 ini. 72
Para penjual makanan mengeluhkan kenaikan harga BBM. Pasalnya,naiknya harga BBM membuat bahan-bahan baku naik.
Alhasil, para penjual harus menyiasati hal ini dengan memperkecil porsi atau menaikkan harga makanan yang mereka jual
www.belajarbahasaindonesia.com.
Hal yang paling ditonjolkan pada paragraf 72 di atas adalah tujuannya untuk memperluas pemahaman pembaca dengan memaparkan ide pokok
pengarang. Ide pokok yang dipaparkan pada kutipan di atas adalah para penjual makanan mengeluhkan harga BBM yang mempengaruhi kenaikan bahan-bahan
baku. Deskripsi merupakan sebuah bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha
para penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan Keraf, 1982: 93. Dalam deskripsi, penulis memindahkan kesan-
kesannya, memindahkan hasil pengamatan, dan perasaannya pada pembaca. Ia PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menyampaikan sifat dan semua perincian wujud yang dapat ditemukan pada obyek tersebut. Perhatikan contoh kalimat deskripsi berikut
73 Pemandangan pantai Pangandaran sangat memesona. Di sebelah
kanan terlihat perbukitan yang memanjang. Sementara itu, di sisi kiri terdapat perkampungan nelayan dengan beraneka perahu
tradisional. Pantai ini pun banyak dipenuhi kios cinderamata, penginapan, dan toko kelontong. Bagi para wisatawan yang ingin
mengabadikan momen bersama keluarga, pantai Pangandaran sangat tepat sebagai tempat tujuan wisata air www.slideshare.net.
Kutipan paragraf deskripsi 73 di atas bertujuan untuk memberikan perincian-perincian berupa pemandangan pantai pangandaran. Pengarang
memerinci pemandangan pantai itu dengan cara menuliskan hasil pengamatannya pada objek tersebut. Hasil pengamatan yang dapat dilihat pada kutipan 73
tersebut adalah pantai pangandaran dibatasi oleh perbukitan yang memanjang di sebelah kanannya. Sebelah kiri pantai tersebut adalah perkampungan nelayan.
Rincian-rincian letak objek tersebut merupakan salah satu contoh paragraf deskripsi.
2.2.3
Kompetensi Guru Sekolah Dasar SD
Berdasarkan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 10 dinyatakan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melakukan tugas keprofesionalan. Menguasai mata pelajaran
bahasa Indonesia adalah salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh guru SD terutama guru kelas. Mata pelajaran bahasa Indonesia untuk SD
merupakan mata pelajaran wajib diajarkan. Salah satunya adalah pengetahuan tentang mata pelajaran bahasa Indonesia. Dalam pembelajarannya, salah satu
komponen pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar adalah keterampilan menulis. Guru harus siap dan memiliki wawasan yang baik dalam mengajarkan
mata pelajaran bahasa Indonesia terlebih tentang menulis. 2.2.4
Kerangka Berpikir Kerangka berpikir penelitian ini adalah sebagai berikut.
Kajian teori pada penelitian ini adalah jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa dan berdasarkan bentuk sintaksis dalam karangan. Jenis kalimat
berdasarkan jumlah klausa dan bentuk sintaksis menggunakan teori dari Alwi dalam TBBBI. Hal ini karena teori dari Alwi dirasa lebih relevan dengan data
yang akan dianalisis yang berupa kalimat daripada teori lain. Menurut Alwi, dkk dalam TBBBI 2010: 317, kalimat adalah satuan
bahasa terkecil dalam wujud lisan maupun tulisan yang mengungkapkan pikiran secara utuh. Dalam bentuk lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan
keras lembut disela jeda, serta diakhiri dengan intonasi bunyi diikuti oleh kesenyapan. Dalam wujud tulisan Latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital
dan diakhiri dengan tanda titik ., tanda tanya ?, atau tanda seru . Sementara itu, di dalam kalimat itu disertakan pula tanda koma ,, titik dua :, tanda pisah
-, dan spasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kalimat dapat digolongkan menjadi beberapa jenis. Menurut TBBBI ada empat penggolongan kalimat antara lain, yakni penggolongan kalimat berdasarkan
jumlah klausa dan bentuk sintaksisnya. Berdasarkan jumlah klausa kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat majemuk
dapat digolongkan lagi menjadi kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Kalimat juga dapat digolongkan berdasarkan bentuk sintaksisnya,
yakni kalimat berita deklaratif, kalimat tanya interogatif, kalimat perintah imperatif, dan kalimat seru eksklamatif.
Penelitian ini mencari jenis kalimat dalam wacana bidang pendidikan, secara khusus pada karangan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu. Berikut
dipaparkan alur berpikir dalam penelitian ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bagan 5. Alur Kerangka Berpikir KARANGAN GURU-GURU SEKOLAH DASAR
KABUPATEN MAHAKAM ULU, KALIMANTAN TIMUR
Proses Berpikir
JENIS KALIMAT
Alwi, dkk 2010 berpendapat bahwa berdasarkan jumlah klausa
kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
Kalimat majemuk dapat digolongkan lagi menjadi kalimat
Alwi, dkk 2010 berpendapat bahwa berdasarkan bentuk
sintaksis kalimat dibedakan menjadi kalimat berita
deklaratif, kalimat tanya interogatif, kalimat perintah
Analisis Hasil
Kesimpulan
KLASIFIKASI
Kalimat
43