Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Berpikir

1.1. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: “ Bagaimana pola komunikasi suami istri dalam penyelesaian konflik di usia pernikahan di bawah 5 tahun ?”

1.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulis yaitu untuk mengetahui Bagaimana pola komunikasi suami istri dalam konflik usia pernikahan di bawah 5 tahun

1.3. Manfaat Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi berkaitan dengan pola komunikasi suami dengan istri. 1.4.2. Kegunaan praktis a. Hasil Penelitian ini dapat memberi masukan pada suami istri tentang pola komunikasi yang tepat untuk menyelesaikan setiap konflik diantara suami istri. b. Memberikan gambaran bagi pembaca, khususnya masyarakat umum tentang pola komunikasi di antara suami istri dalam menyelesaikan konflik dalam rumah tangga 8 BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Komunikasi

Istilah komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau communis yang berarti sama atau menjadikan milik bersama. Dalam komunikasi terdapat istilah komunikator yaitu orang yang menyampaikan pesan, sedangkan Komunikan yaitu orang yang menerima pesan. Berikut beberapa definisi komunikasi menerut beberapa para ahli yaitu: 1. Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang komunikator menyampaikan rangsangan biasanya lambang – lambang verbal untuk mengubah perilaku orang lain Komunikan. Carl I. Hovland 2. Komunikasi adalah suatu proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku penerima. Everett M. Rogers 3. Komunikasi adalah proses pembentukan makna di antara dua orang atau lebih Tubbs Moss . Mulyana, 2005

2.1.1. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi Interpersonal atau lebih dikenal dengan komunikasi anatarpribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun non verbal Mulyana, 2000. . Kebanyakan komunikasi interpersonal berbentuk verbal disertai ungkapan-ungkapan nonverbal dan dilakukan secara lisan. Cara tertulis diambil sejauh diperlukan, misalnya dalam bentuk memo, surat, atau catatan. hardjana, 2003, p. 85 Dalam buku Joseph A. DeVito yang berjudul Essentials Of Human Communications edisi kelima, ia menerangakan bahwa komunikasi interpersonal dapat didefinisikan sebagai komunikasi yang berlangsung antara dua orang yang mempunyai hubungan yang jelas. DeVito,2002:134 Komunikasi antarpribadi juga dapat dibagi tiga anacangan utama, yaitu : 1. Definisi berdasarkan hubungan diadik dua orang Komunikasi anatrpribadi adalah komunikasi yang berlangsung diantara dua orang yang memiliki hubungan yang mantap dan jelas. 2. Definisi berdasarkan perkembangan developmental Komunikasi antarpribadi adalah akhir dari perkembangan komuniklasi yang bersifat tidak pribadiimpersonal. Pada suatu ekstrim menjadi komunikasi pribadi atau intim pada ekstrim yang lain. 3. Definisi berdasarkan komponen componential Definisi ini menjelaskan komunikasi antarpribadi dengan mengamati komponen-komponen utama. Dalam hal ini penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelopmpok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera. DeVito,2002:231 Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan yang dinamis. Dengan tetap memperhatikan kedinamisannya, komunikasi interpersonal mempunyai ciri-ciri yang tetap, yaitu: 1. Komunikasi interpersonal adalah verbal dan non verbal Komunikasi interpersonal adalah komunikasinya dikemas dalam bentuk verbal atau nonverbal. Dalam komunikasi itu, seperti pada komunikasi umumnya, selalu mencakup dua unsur pokok: isi pesan dan bagaimana isi itu dikatakan atau dilakukan, baik secara verbal maupun non verbal. Untuk efektifnya, kedua unsur itu sebaiknya diperhatikan dan dilakukan berdasarkan pertimbangan situasi, kondisi, dan keadaan penerima pesannya. 2. Komunikasi interpersonal mencakup perilaku tertentu. Perilaku dalam komunikasi meliputi perilaku verbal dan non verbal. Ada tiga perilaku dalam komunikasi interpersonal: 1 Perilaku spontan spontaneous behavior adalah perilaku yang dilakukan karena desakan emosi dan tanpa sensor serta revisi secara kognitif. Artinya, perilaku itu terjadi begitu saja. Jika verbal, perilaku spontan bernada asal bunyi. Misalnya”hai”. “aduh” , “hore”. Perilaku spontan non verbal, misalnya meletakkan telapak tangan pada dahi waktu sadar telah berbuat keliru atau lupa, melambaikan tangan pada waktu berpapasan dengan teman, atau menggebrak meja dalam diskusi ketika tidak setuju atas pendapat orang. 2 Perilaku menurut kebiasaan script behaviour adalah perilaku yang dipelajari dari kebiasaan. Perilaku itu khas, dilakukan pada situasi tertentu, dan dimengerti orang. 3 Perilaku sadar contrived behaviour adalah perilaku yang dipilih karena dianggap sesuai dengan situasi yang ada. Perilaku itu dipikirkan dan dirancang sebelumnya, dan disesuaikan dengan orang yang akan dihadapi. 3. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang berproses pengembangan Komunikasi interpersonal berbeda-beda tergantung dari tingkat hubungan pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi, pesan yang dikomunikasikan dan cara pesan yang dikomunikasikan. Komunikasi itu berkembang berawal dari saling pengenalan yang dangkal, berlanjut makin mendalam, dan berakhir dengan saling pengenalan yang amat mendalam. Tetapi juga dapat putus, sampai akhirnya saling melupakan. 4. Komunikasi interpersonal mengandung umpan balik, interaksi, dan koherensi. Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi tatap muka. Karena itu, kemungkinan umpan balik feedback besar sekali. Dalam komunikasi itu, penerima pesan dapat langsung menanggapi dengan menyampaikan umpan balik. Dengan demikian, diantara pengirim dan penerima pesan terjadi interaksi yang satu mempengaruhi yang lain, dan kedua-duanya saling mempengaruhi dan memberi serta dampak. Pengaruh itu terjadi pada dataran kognitif- pengetahuan, efektif-perasaan, dan behavioral-perilaku. Semakin berkembang komunikasi interpersonal itu, semakin intensif umpan balik dan interaksinya karena peran pihak- pihak yang terlibat berubah peran dari penerima pesan menjadi pemberi pesan, dan sebaliknya. hardjana, 2003 Dari beberapa penjelasan tersebut, peneliti berkesimpulan bahwa komunikasi interpersonal merupakan sebuah bentuk proses pertukaran pesan yang dilakukan setidaknya 2 orang, sebagai perwujudan dari bentuk komunikasi diadik. Dalam proses komunikasi ini masing-masing peserta komunikasi dapat menafsirkan pesan yang dikirim secara langsung, sehingga arus balik bersifat langsung.

2.2. Pernikahan

Pernikahan adalah salah satu bentuk ibadah yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri. Pernikahan bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia sejahtera dan kekal selamanya. Pernikahan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena menikah kawin adalah sesuatu yang sakral dan dapat menentukan jalan hidup seseorang. Pernikahan menurut Norwan adalah ungkapan iman, dimana terjadi persatuan dua tubuh dan pribadi yang berbeda, di dalamnya seseorang menaru makna dan kebahagian hidupnya di dalam diri seseorang lainnya. Norwan,2007:105 Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pengertian pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam perspektif islam, pernikahan diartikan sebagai akad yang sangat kuat mitsaqan ghalidzan yang dilakukan secara sadar oleh seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk membentuk keluarga yang pelaksanaannya didasarkan pada kerelaan dan kesepakatan kedua belah pihak. Karena itu pernikahan bukanlah ibadah dalam arti kewajiban, melainkan hubungan sosial kemanusiaan semata, pernikahan akan bernilai ibadah, jika diniatkan untuk mencari ridha Allah SWT. Monib, Nurcholis,2009:33 Menurut Kejadian 2:24, pernikahan adalah perpaduan emosi dua pribadi yang saling berfungsi, meskipun keduanya berbeda dan tetap memegang teguh jati-diri masing-masing. Namun mereka adalah satu- kesatuan. Pernikahan merupakan suatu anugerah sekaligus persembahan diri sendiri kepada pasangan, dimana salah satu tujuan pokok pernikahan adalah usaha suami istri untuk saling menyelamatkan, menyerahkan diri dengan rela, senang hati serta saling menyempurnahkan. Keseluruhan hidup dalam pernikahan hendaknya diresapi oleh cinta kasih yang tak berkesudahan, berkembang menjadi semakin sempurnah dan kuat dengan segala usaha serta upaya untuk saling berbagi segalanya menuju penyatuan seluruh hidup mereka sampai akhir. Norwan,2007 :105

2.2.1. Fase Kritis Dalam Pernikahan

Menurut Dr. Joseph Abraham seorang psikolog sekaligus konselor mengatakan bahwa tiap perkawinan tak selamanya berjalan mulus. Ada beberapa fase yang harus di lewati tiap pasangan suami istri yaitu : 1. Fase Bulan Madu Ini adalah fase di bulan – bulan awal pernikahan. Rasa ketertarikan termasuk kegiatan bercinta masih sangat aktif. Pasangan hidup dalam kebahagian, seperti di negri dongeng. 2. Fase Akomodasi Fase ini dimulai sekitar 6 bulan pertama pernikahan. Pasangan mulai kembali ke dunia nyata dimana gelombang kecil pernikahan mulai timbul. Banyak hal – hal yang harus dikompromikan diantara keduanya, namun komunikasi adalah kunci utama untuk menyelesaikan fase ini dengan baik sehingga sebuah kata sepakat bisa tercapai. 3. Fase Tantangan Pasangan mulai di hadapkan dengan berbagai masalah baik dari diri sendiri atau keluarga. Harapan – harapan yang teralu tinggi terhadap pasangan akan menjadi boomerang dalam sebuah pernikahan. Dalam fase ini pertengkaran akan terjadi jika komunikasi mulai berjalan kurang lancar. Terkadang pihak ketiga dapat bersifat netral diperlukan untuk membantu menyelesaikan masalah. 4. Fase Persimpangan Saat masalah yang terjadi tak terduga dapat diselesaikan dengan baik dan cenderung berujung pada pertengkaran tiada akhir, pasangan mulai di hadapkan dengan pilihan yaitu pernikahan layak dipertahankan atau malah diakhiri. 5. Fase Terlahir Kembali Fase ini adalah keadaan saat pasangan merasakan ketenangan kembali setelah berhasil menghadapi aneka tantangan. Hidup mereka terlahir kembali seperti pengantin baru. www.walipop.com

2.3. Konflik

Setiap hubungan antarpribadi mengandung unsur-unsur konflik, pertentangan pendapat, atau perbedaan kepentingan. Yang dimaksud dengan konflik yaitu situasi dimana tindakan salah satu pihak berakibat menghalangi, menghambat, atau mengganggu tindakan pihak lain. Johnson,1981. Menurut Duvall dan Miller 1985, masa awal pernikahan merupakan masa paling berat ketika pasangan yang baru menikah harus menghadapi berbagai proses penyesuaian diri terhadap perbedaan-perbedaan yang ada. Proses ini pasti melibatkan konflik didalamnya, dan melalui proses ini pasangan dapat mempelajari cara penyelesaian konflik yang efektif, yang dapat bermanfaat bagi mereka yang menjalani kehidupan pernikahan dimasa yang akan datang. Konflik ini biasanya fokus pada masalah – masalah siapa saja yang bertanggung-jawab, seberapa besar kesamaan yang ada, dan siapa yang berhak menerapkan aturan didalam tindakan. Opini masyarakat yang mengatakan konflik buruk tidak sepenuhnya benar. Karena konflik adalah bagian dalam tiap hubungan interpersonal, bila tidak ada konflik maka hubungan akan tumpul dan tidak seimbang. Konflik dapat berefek negatif maupun positif. Dari efek negatif terjadi jika suatu konflik mengarah pada peningkatan perasaan – perasaan negatif terhadap pasangan. Hal ini akan membuat seseorang semakin menutup diri dengan orang lain. Sedangkan efek positif dari konflik adalah dapat membuat kita memeriksa maslah yang selama ini timbul dan dapat mencari jalan keluarnya. Bila kita dapat menggunakan strategi konflik dengan baik,, hubuingan yang baik dan sehat akan tampak. Fakta yang terjadi jika kita berusaha menyelesaikan konflik maka kita akan merasa hubungan tersebut layak dipertahankan. Dengan terjadinya konflik diharapkan kita dapat lebih memahami satu dengan yang lain dan dari pemahaman itu akan timbul saling pengertian.

2.3.1. Tipe Sifat Manusia Dalam Menghadapi Konflik

Dalam menghadapi berbagai macam konflik, manusia memiliki sifat – sifat yang berbeda antara lain : 1. Competing yaitu merupakan sifat cenderung agresif dan biasanya ada unsur membentak. Filosofinya adalah “ Kamu kalah dan Saya yang menang “ 2. Avoiding yaitu dimana dalam setiap menghadapi konflik, seseorang akan cenderung untuk menghindar. 3. Accommudating yaitu dalam setiap terjadi konflik, seseorang akan cenderung mengalah. Mengorbankan diri sendiri dengan tujuan menjaga keharmonisan dalam hubungan. 4. Collaborating yaitu memutuskan kepada kebutuhan kedua belah pihak dengan filosofi “ Sama – sama enak “ 5. Kompromiting yaitu mencari jalan tengah, dengan prinsipnya “ Saya kalah dan menang, dan Kamu juga kalah dan menang” DeVito. 2002 : 151

2.3.2. Manajemen Konflik Yang Efektif

Ada beberapa manajemen konflik yang efektif dalam menyelesaikan konflik, yaitu : 1. Win-Lose dan Win-Win yaitu harus ada sikap saling besar hati dan niat untuk menyelesaikan suatu konflik. 2. Menghadapi konflik secara aktif. 3. Bicara untuk berani menyelesaikan masalah. 4. Bertindak tanpa mengganggu kepentingan orang lain. 5. Fokus pada sekarang yang dijalani, jangan mengungkit – ungkit kesalahan masa lalu. 6. Berpikirlah secara positif. 7. Jangan pernah menyalahkan, apalagi sampai menghina orang lain. 8. Jika maslah muncul, lakukan pendekatan secara baik – baik guna penyelesaian suatu konflik. Jangan malah membuat orang lain merasa terpojok, bersalah dan tidak berharga. 9. Mencari solusi terbaik, yaitu mau melihat sudut pandang dari luar juga. Jangan memaksakan kehendak dan pemeikiran kita semata. DeVito, 2002:150

2.3.3. Jenis –Jenis Konflik

Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu. Menurut James A . F. Stoner dan Charles Wankel dikenal ada 5 jenis konflik yaitu : 1. Konflik Intrapersonal yaitu konflik seseorang dengan dirinya sendiri. 2. Konflik Interpersonal yaitu pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentangan keinginan atau kepentingan. 3. Konflik antar individu – individu dengan kelompok – kelompok yaitu berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan – tekanan untuk mencapai konformitas yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka. 4. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama yaitu konflik yang sering terjadi di dalam organisasi-organisasi. 5. Konflik antar organisasi yaitu konflik ini biasanya disebut dengan persaingan yang terjadi diantara satu komunitas dengan komunitas yang lainnya. www.wikipedia.com

2.3.3. Sumber Konflik Yang Dialami Oleh Suami Istri

Ada beberapa hal yang dapat menjadi sumber timbulnya konflik diantara suami istri diantaranya yaitu penghasilan. Penghasilan suami lebih besar dari istri adalah hal biasa. Bila yang terjadi kebalikannya, bisa timbul masalah. Suami merasa minder karena tak dihargai penghasilannya, sementara istri merasa di atas sehingga jadi sombong dan tak menghormati suami. Penyebab konflik yang kedua adalah kehadiran seorang anak. Sering kali bila di dalam sebuah rumah tangga, suami menyalahkan istri yang tidak dapat memberikan anak di dalam keluarga. Kehadiran orang ketiga pun sering kali menjadi penyebab konflik yang dialami oleh suami istri. Orang ketiga bisa hadir dari keluarga sendiri maupun dari luar yang dibawa oleh suami maupun istri. Masalah yang satu ini sering kali jadi sumber keributan suami-istri yaitu seks. Biasanya yang sering komplain adalah pihak suami yang tak puas dengan layanan istri. Suami seperti ini umumnya memang egois dan tidak mau tahu. Padahal, banyak hal yang menyebabkan istri bersikap seperti itu. Bisa karena letih, stres, ataupun hamil. Masalah yang tidak kalah penting dan sering diributkan oleh suami istri yaitu keyakinan Biasanya, pasangan yang sudah berikrar untuk bersatu sehidup semati tidak mempersoalkan masalah keyakinan yang berbeda antar mereka. Namun, persoalan biasanya akan timbul manakala mereka mulai menjalani kehidupan berumah tangga. Mereka baru sadar bahwa perbedaan tersebut sulit disatukan. Masing - masing membenarkan keyakinannya dan berusaha untuk menarik pasangannya agar mengikutinya. Meski tak selalu, hal ini sering kali terjadi pada pasangan suami-istri yang berbeda keyakinan sehingga keributan pun tak dapat terhindarkan. Kehadiran mertua dalam rumah tangga sering kali menjadi sumber konflik karena terlalu ikut campurnya mertua dalam urusan rumah tangga anak dan menantunya. Selain itu ragam perbedaan juga salah satu masalah yang harus dihadapi. Menyatukan dua hati berarti menyatukan dua kepribadian dan selera yang tentu juga berbeda. Misalnya suami seorang yang pendiam, sementara istri cerewet dan meledak-ledak emosinya. Nah, kedua pribadi ini bila disatukan biasanya tidak nyambung. Masing-masing tak ada yang mau ngalah, akhirnya ribut juga. Dan satu permasalahan yang sering terjadi diantara suami istri yaitu komunikasi yang terbatas. Pasangan suami-istri yang sama-sama sibuk biasanya tak punya cukup waktu untuk berkomunikasi. Paling-paling mereka bertemu saat hendak tidur atau di akhir pekan. Kurangnya atau tak adanya waktu untuk saling berbagi dan berkomunikasi ini sering kali menimbulkan salah pengertian. Suami tidak tahu masalah yang dihadapi istri, demikian juga sebaliknya Nababan ,2010

2.4. Pola Komunikasi

Komunikasi merupakan proses pengiriman pesan dari komunikator kepada komunikan dengan tujuan untuk memberi atau bertukar informasi. Dan pola diartikan sebagai bentuk atau struktur . Sehingga pola komunikasi dapat diartikan sebagai bentuk hubungan dua orang atau lebih dalam proses pengiriman pesan dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami dan dimengerti. Djamarah,2004:1 Menurut Tarmadji, pola komunikasi adalah gambaran sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainnya. Tarmadji,1998:27 Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pola komunikasi adalah bentuk hubungan dua orang atau lebih dari proses pengiriman dan penerimaan pesan yang mengaitka dua komponen yaitu gambaran atau rencana yang meliputi langkah-langkah suatu aktivitas dengan komponen – komponen yang merupakan bagian penting atas terjadinya hubungan komunikasi antar pribadi.

2.4.1. Pengertian Keluarga Suami Istri

Suami istri dalam keluarga adalah satu kesatuan yang saling mendukung. Suami istri adalah dua orang yang terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama diikat secara sah oleh hukum dan agama. Sebagai satu kesatuan, suami istri harus memiliki rasa cinta, saling percaya, saling menghormati satu sama yang lain dan adanya sikap saling berharap juga merupakan salah satu unsur yang penting dalam suami istri untuk membina rumah tangga. Suhendi, 2001: 42 Suami dan istri mempunyai memiliki masing – masing peran dalam hidup rumah tangganya. Peran tersebut adalah : a. Peran suami 1. Sumber kekuasaan , tanggungjawab ekonomi 2. Penghubung dengan dunia luar 3. Pelindung dari ancaman luar. 4. Pendidik segi rasional b. Peran Istri 1. Sumber Kasih Sayang 2. Tempat mencurahkan isi hati 3. Pengatur Kehidupan Rumah Tangga 4. Pendidik segi emosional

2.4.2. Pola Komunikasi Keluarga

Keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang intinya terdapat sepasang suami istri dan anaknya. Namun yang berperan penting dalam membangun sebuah keluarga yaitu hubungan yang terjadi antara anggota masing-masing. Sebuah hubungan akan berjalan dengan baik jika terdapat pola komunikasi yang efektif. Pola komunikasi yang efektif dapat harus terjalin di dalam keluarga terutama di antara suami istri. Pola komunikasi yang sering terjadi antara suami dan istri dalam keluarga meliputi beberapa model pola komunikasi yaitu : 1. Model Stimulus – Respons Pola ini menunjukkan komunikasi sebagai proses “ aksi – reaksi “yang sangat sederhana. Pola S – R mengasumsikan bahwa kata – kata verbal lisan – tulisan , isyarat – isyarat nonverbal, gambar – gambar, dan tindakan – tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respons dengan cara tertentu. Proses ini dianggap sebagai pertukaran atau pemindahan informasi atau gagasan yang mempunyai sifat timbal – balik dan mempunyai banyak efek. 2. Model ABX Menurut Mulyana, Bila A dan B mempunyai sikap positif terhadap satu sama lainnya dan terhadap X Oorang, gagasan, atau benda hubungan itu merupakan simetri. Bila A dan B saling membenci, dan salah satu menyukai X, sedangkan yang lainnya tidak, hubungan itu juga merupakan simetris. Akan tetapi bila A dan B saling menyukai, namun mereka tidak sependapat mengenai X atau bila mereka saling membenci, namun sependapat mengenai X, maka hubungan mereka bukan simetris. X X + - + - A + B A - B 3. Model Interaksional Model ini berlawanan dengan model S – R. Jika S-R mengasumsikan manusia adalah pasif, interaksional menganggap manusia jauh lebih aktif. Komunikasi disini digambarkan sebagai pembentukan makna, yaitu penafsiran atas pesan atau prilaku orang lain oleh para peserta komunikasi. Interkasi yang terjadi antar individu tidak sepihak. Antar individu aktif, reflektif, dan kreatif dalam memaknai dan menafsirkan pesan yang dikomunikasikan. Djamarah,2004 : 38 – 43

2.4.3. Tahapan Dalam Membina Hubungan

Dalam tahapan ini dapat terlihat sejauh mana seseorang menjalin hubungan dan hal tersebut dapat terlihat sejauh mana seseorang menjalin hubungan dan hal tersebut dapat terlihat dalam sebuah hubungan pernikahan. Tahapan dalan membina hubungan yaitu : 1. KONTAK Pada tahap pertama kita membuat kontak. Pada tahap ini penampilan fisik begitu penting. Hal pertama yang dilihat oleh orang lain dari diri kita adalah fisik kita. Dalam interaksi awal seseorang dapat memutuskan ingin melanjutkan hubungan tersebut atau tidak. 2. KETERLIBATAN Tahap keterlibatan adalah tahap pengenalan lebih jauh dari, ketika kita mengikatkan diri kita untuk lebih mengenal orang lain dan juga mengungkapakan diri kita 3. KEAKRABAN Pada tahap ini, kita mengikat diri kita lebih jauh dari pada orang ini. Kita mungkin membina hubungan yang lebih jauh sehingga orang ini dapat menjadi sahabat baik atau kekasih kita. Komitmen ini dapat mempunyai berbagai bentuk, misalnya pernikahan, mengungkap rahasia terbesar kita, membantu orang tersebut. Tahap ini hanya disediakan untuk sedikit orang saja kadang-kadang hanya satu, kadang dua, atau tiga sampai empat orang saja. 4. PERUSAKAN Dua tahap berikutnya merupakan penurunan hubungan, ketika ikatan diantara kedua pihak melemah. Kita dan orang itu akan menjadi semakin jauh. Semakin sedikit waktu senggang yang akan kita lalui bersama dan bila bertemu, kita akan saling berdiam diri, tidak lagi banyak mengungkapkan diri. Jika tahap perusakan ini berlanjut, kita memasukin tahap pemutusan. 5. PEMUTUSAN Tahap pemutusan adalah pemutusan ikatan yang mempertalikan kedua belah pihak. Jika bentuk ikatan itu pernikahan, pemutusan hubungan dilambangkan dengan perceraian, walaupun pemutusan hubungan aktual dapat berupa hidup berpisah. Adakalanya terjadi peredaan, kadang-kadang ketegangan dan keresahan makin meningkat saling tuduh, permusuhan, dan marah-marah terus terjadi. DeVito,1997:233

2.4.4. Perusakan Hubungan

Yang dimaksud dengan perusakan hubungan adalah melemahnya ikatan yang mempertalikan orang bersama. Perusakan hubungan dapat terjadi secara berangsur atau mendadak, sedikt atau ekstrim. Beberapa sebab perusakan hubungan menurut DeVito yaitu : 1. Alasan – alasan untuk membina hubungan telah luntur Bila alasan kita untuk membina hubungan berubah secara drastis, hubungan itu dapat menjadi rusak. Contoh, bila kesepian tidak lagi berkurang, hubungan mungkin sedang menuju jurang kehancuran. Bila daya tarik luntur, kita kehilangan arah dan alasan terpenting untuk mengembangkan hubungan. Kita tahu bahwa bila hubungan terputus, biasanya pihak yang menarik yang memulainya. 2. Hubungan pihak ketiga Hubungan yang dibina dan dipelihara karena sebagian besar di dalamnya, kesenangan menjadi maksimal dan penderitaan menjadi minimal. Bila hal ini tidak lagi terjadi, kecil harapan hubungan itu dapat bertahan. Hal ini menbuat pemenuhan kebutuhan dicari ditempat lain. Bila suatu hubungan yang baru dapat memenuhi kebutuhan ini secara lebih baik, maka hubungan yang lama dapat menjadi rusak 3. Perubahan sifat hubungan Perubahan sifat hubungan pada salah satu atau dua belah pihak dapat mendorong rusaknya hubungan. 4. Harapan yang tak pernah terkatakan Adakalanya konflik menyangkut hal remeh. Siapa yang mencuci piring, siapa yang harus mencuci pakaian, siapa yang harus memasak, siapa yang memakai mobil atau tidak. Biasanya ini sering terjadi pada awal hubungan. Seringkali konflik kecil sebenarnya bersumber pada perasaan marah dan bermusuhan yang menyangkut perasaan tidak puas atau barankali ada perasaan sakit hati yang lama yang belum tersembuhkan. 5. Seks Sedikit sekali hubungan seksual yang bebas dari masalah. Walaupun frekuensi hubungan seksual tidak ada kaitannya dengan putusnya hubungan, namun kepuasan seksual ada kaitannya. Hal ini biasanya terjadi pada pasangan suami istri yang masih tergolong baru menikah, yang menganggap bahwa kualitas hubungan seks jauh lebih penting dari pada kuantitasnya. Bila kualitas hubungan ini buruk, pihak yang terlibat mungkin mencari kepuasan diluar hubungan yang sah. 6. Pekerjaan Ketidakpuasaan terhadap pekerjaan seringkali berkaitan erat dengan rusaknya hubungan, ini terjadi pada semua jenis pasangan. Pada umunya jika pihak lelaki merasa terganggu dengan pekerjaan pihak wanita mis: penghasilan pihak wanita lebih besar dari pria. Hubungan mereka berada diambang bahaya. Ada juga yang karena kesibukan masing - masing sampai menyebabkan kurangnya perhatian kepada pasangan. 7. Masalah keuangan Uang barangkali merupakan topik yang tabu untuk dibicarakan pada tahap awal suatu hubungan. Tetapi soal ini ternyata merupakan salah satu masalah pokok yang dihadapi semua pasangan ketika mereka mulai memantapkan hubungan mereka. Uang dapat menimbulkan kekuasaan. Penghasilan yang tidak sama antara pria dan wanita menimbulkan masalah lebih jauh, yang dalam hal ini biasanya pria selalu menginginkan penghasilan yang lebih besar daripada pasangannya. 8. Ketidamerataan distribusi penghargaan dan biaya Hubungan yang setara adalah hubungan dimana ringan sama dijinjing berat sama dipikul. Bila hubungan suatu pasangan sudah dirasakan tidak setara lagi, maka hubungan ini akan menjadi rusak. 9. Komitmen Merupakan hal yang sangat penting yang harus ada pada setiap pasangan. Seperti komitmen emosional cinta kasih, saling percaya, kejujuran, keterbukaan, dll , komitmen keuangan pertimbangan - pertimbangan dalam penggunaan uang untuk berbagai macam biaya, dan komitmen waktu semakin lama hubungan sering kali pasangan semakin sayang kalau hubungan itu diputuskan. DeVito,1997: 250

2.5. Kerangka Berpikir

Komunikasi adalah sebagai pemindahan informasi dan pengertian dari satu orang ke orang lain. Komunikasi yang terjadi diantara dua orang yang saling bertatap muka sering disebut dengan komunikasi interpersonal. Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi yang sering terjadi dalam keluarga. Komunikasi yang terjadi dalam sebuah interaksi pribadi, antara suami dan istri, ayah dan anak, ibu dan anak, dan antara anak dan anak. Djamarah,2004 : 46 Komunikasi yang terjalin diantara suami istri merupakan sesuatu hal yang penting khususnya dalam kehidupan pernikahan untuk menjaga keharmonisan keluarga Oleh karena itu pasangan suami istri perlu membangun komunikasi yang baik melalui komunikasi interpersonal yang intens. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya konflik karena konflik di latar belakangi perbedaan ciri-ciri yang dibawa setiap individu dalam suatu interaksi. Perbedaan itu menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, sara, dsb. Kurangnya komunikasi antar suami dan istri dapat memicu adanya konflik. Konflik yang terjadi terkadang dapat berlaru – larut karena tidak ditemukannya jalan keluar dari konflik tersebut, namun tidak sedikit juga konflik tersebut dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada saat itu juga. Hal ini tentu saja selain dikuatkan oleh fakta – fakta yang ada juga di dukung oleh adanya teori – teori yang bersangkutan. Seperti teori DeVito yang mengungkapkan bahwa konflik yang terjadi pada suami istri pada umumnya disebabkan oleh faktor komunikasi. Pasangan suami istri yang sama – sama sibuk biasanya tidak punya cukup waktu untuk berkomunikasi. Paling mereka bertemu saat tidur, atau diakhir pekan. Hal tersebut menimbulkan kurangnya atau tak adantya waktu untuk saling berbagi dan berkomunikasi ini sering menimbulkan salah pengertian. Suami tidak tau permasalahan yang dihadapi istri, demikian juga sebaliknya. Akhirnya, ketika ketemu bukannya saling mencurahkan kasih sayang namun malah timbul pertengkaran. Setiap individu memiliki strategi dalam mengatasi konflik. Namun, sebuah konflik dapat diselesaikan secara efektif jika diantara suami istri terbina pola komunikasi yang tepat. Karena semakin rumit suatu konflik, maka semakin komplek juga cara yang digunakan untuk menyelesaikannya. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui dan berusaha melihat bagaimana pola komunikasi antar suami istri dalam menyelesaikan konflik di usia pernikahan dibawah 5 tahun. Menurut Djamarh ada 3 model pola komunikasi yang terjalin di antara suami istri yaitu model Stimullus- Respons S – R, model ABX, dan model Interaksional. 34 BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Dokumen yang terkait

Studi Deskriptif Mengenai Marital Adjustment pada Pasangan Suami-Istri dengan Usia Pernikahan di Bawah Lima Tahun di Komunitas "X" Bandung.

2 3 35

POLA KOMUNIKASI ISTRI YANG BEKERJA SUAMI MENGANGGUR (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Istri yang Bekerja Suami Menganggur dalam Pengasuhan Anak).

0 0 92

POLA KOMUNIKASI ISTRI YANG BEKERJA SUAMI MENGANGGUR (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Istri yang Bekerja Suami Menganggur dalam Pengasuhan Anak).

0 0 92

POLA KOMUNIKASI ANTARA SUAMI ISTRI YANG MENIKAH SIRI (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Pola Komunikasi Antara Suami Istri yang Menikah Siri Tentang Hak Waris).

0 0 78

POLA KOMUNIKASI SUAMI ISTRI BEKERJA (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Suami Istri Bekerja Dalam Mengasuh Anak Pada Masyarakat Desa Mojogedang, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar).

0 0 15

Strategi Penyelesaian Konflik Pada Pasangan Suami Istri Tentang Pendidikan Informal Anak Usia 1-5 Tahun

0 0 80

POLA KOMUNIKASI ANTARA SUAMI ISTRI YANG MENIKAH SIRI (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Pola Komunikasi Antara Suami Istri yang Menikah Siri Tentang Hak Waris)

0 0 15

POLA KOMUNIKASI SUAMI ISTRI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK DI USIA PERNIKAHAN DI BAWAH 5 TAHUN ( Studi Kualitatif Deskriptif Tentang Pola Komunikasi Suami Istri Dalam Penyelesaian Konflik Di Usia Pernikahan Di Bawah 5 Tahun )

0 0 14

POLA KOMUNIKASI SUAMI ISTRI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK DI USIA PERNIKAHAN DI BAWAH 5 TAHUN ( Studi Kualitatif Deskriptif Tentang Pola Komunikasi Suami Istri Dalam Penyelesaian Konflik Di Usia Pernikahan Di Bawah 5 Tahun )

0 0 18

POLA KOMUNIKASI ISTRI YANG BEKERJA SUAMI MENGANGGUR (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Istri yang Bekerja Suami Menganggur dalam Pengasuhan Anak)

0 0 19