Sedangkan informan VI yang sama dengan informan I memberikan pernyataan yang sama jika anak menjadi penyebab konflik diantara
mereka. Perbedaan pendapat tentang cara pola asuh anak yang menjadi awal konflik terjadi diantara mereka. Kesalahan terhadap pemberian
pendidikan di usia dini yang diterapkan mereka, diakui oleh suami sering kali membuat cara mendidik anak menjadi salah. Sedangkan istri
berpendapat jika kenakalan yang dilakukan oleh anak tidak seharusnya di sikapi dengan kekerasan. . DeVito,1997:250
C. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan salah satu penyebab terjadinya konflik diantara pasangan suami istri. Pasangan suami istri yang kondisinya sama
– sama memiliki pekerjaan akan akan cenderung memiliki potensi terjadinya konflik. Karena pasangan yang sama –sama perkerjaan akan
sering kali sulit menemukan waktu untuk bersama – sama. Dan pekerjaan ikut menyebabkan terjadinya konflik di kemukakan oleh Blumsteinn and
Schwartz 1997 : “ menghabiskan waktu terlalu banyak secara sendiri – sendiri
merupakan petanda bahwa pasangan yang bersangkutan tidak ingin hidup sendiri lagi. Jika suatu pasangan berlibur sendiri – sendiri,
makan terpisah, dan menghabiskan banyak waktu di tempat kerja dan jauh dari rumah, kecil harapan bahwa hubungan mereka dapat
bertahan” Pernyataan tersebut menyatakan bahwa pekerjaan merupakan salah
satu penyebab terjadinya konflik di antara pasangan suami istri.
Saat melakukan penelitian, peneliti juga menemukan informan pasangan suami istri yang penyebab konflik adalah pekerjaan. Karena
kesibukan suami akan pekerjaan dan juga lokasi kerja yang jauh, membuat pasangan ini kurang ada waktu untuk bersama.hal itu dinyatakan langsung
oleh informan kepada peneliti. Informan II Suami :
“Seperti jarang pulang kerumah atau semaunya sendiri. Saya jarang pulang karena setiap hari saya pulangnya
malam, dan jarak kantor dan rumah jauh, jadi saya lebih sering menginap dirumah orang tua karena jaraknya lebih
dekat dengan kantor saya.”
Interview : Kamis, 28 Oktober jam 15.00 di kediaman orang tua
Informan II Suami : “biasanya karena kurang perhatian”
Interview : Kamis, 28 Oktober jam 15.00 di kediaman orang tua
Pasangan suami istri yang menyatakan sama jika penyebab terjadinya konflik yaitu pekerjaan. Hal ini disampaikan langsung oleh Pak
Heri dan Bu Ika kepada peneliti secara langsung Informan VI Suami :
“Misalnya pekerjaan kita pulang telat agak malam sedikit dari biasanya itu, kita tidak konfirmasi ke istri itu secara
otomatis bertanya yang tidak-tidak...”
Interview : Selasa, 9 November 2010 jam 16.30 di kantor
Informan VI Istri : “trus kalo kerja gak pulang - pulang “
Interview : Selasa, 9 November 2010 jam 16.30 di kediaman orang tua
Kedua informan diatas memiliki penyebab konflik yang sama yaitu pekerjaan. Bagi mereka pekerjaan banyak menyita waktu kebersamaan.
Karena masing – masing sibuk kerja, sehingga waktu bagi mereka merupakan sesuatu yang sangat berharga. Sehingga disaat ada waktu untuk
bersama yang hanya di malam hari, tidak dapat digunakan dikarenakan suami yang jarang pulang kerumah atau suami yang telat pulang kerumah
sering kali menjadi satu permasalahn bagi istri. Dan jika konflik ini tidak segera diatasi akan membawa hubungan ini menjadi lebih buruk.
DeVito,1997:250 Dari keenam informan yang di teliti melalui wawancara secara
langsung dapat diketahui jika ada 3 pokok penyebab konflik antara suami istri yaitu harapan yang tak terkatakan, anak, dan pekerjaan. Informan III,
IV dan V menyebutkan jika penyebab konflik adalah harapan yang tidak terkatakan, informan I dan VI menyebutkan anak sebagai penyebab
konflik, dan pekerjaan sebagai penyebab konflik bagi informan II dan IV. Dapat disimpulkan konflik antara suami istri di bawah 5 tahun
disebabkan oleh adanya harapan yang tidak terkatakan. Konflik terjadi karena adanya ketidakpuasan salah satu pihak. Ketidakpuasan itu
disebabkan karena adanya harapan satu pihak kepada pihak lain yang tidak
sesuai. Pemecahan konflik semacam ini bukanlah pada pemenuhan harapan yang tidak realitis tapi melainkan lebih pada berusaha menemukan
harapan tersebut tidak realitis dan menggantikannya dengan harapan yang lebih mungkin dicapai. DeVito,1997:250
Konflik yang disebabkan karena harapan yang tak terkatakan cenderung terjadi pada pasangan suami istri yang usia pernikahannya
antara 1 hingga 2 tahun. Hal ini membuktikan jika konflik yang terjadi di usia awal pernikahan masih tergolong konflik yang kecil, karena konflik
itu muncul juga disebabkan karena faktor kondisi suami istri yang masih harus melakukan penyesuaian diri terhadap perubahan yang terjadi.
Dengan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa usia pernikahan menentukan konflik yang terjadi, menurut Duvall and Miller
1985 mengatakan bahwa masa awal pernikahan merupakan masa paling berat ketika pasangan yang baru menikah harus menghadapi berbagai proses
penyesuaian diri terhadap perbedaan-perbedaan yang ada. Proses ini pasti melibatkan konflik didalamnya, dan melalui proses ini pasangan dapat
mempelajari cara penyelesaian konflik yang efektif, yang dapat bermanfaat bagi mereka yang menjalani kehidupan pernikahan dimasa
yang akan datang.
4.2.2. Pola Komunikasi Suami Istri Dalam Penyelesaian Konflik Di Usia Pernikahan Di Bawah 5 Tahun