Hubungan dengan Peta ZAMAN PENDUDUKAN JEPANG
Riwayat Perjuangan K. H. Ahmad Sanusi: Zaman Pendudukan Jepang 1942-1945
171 bangsa Indonesia tidak akan sehangat yang diharapkan
Jepang. Sehubungan dengan itu, pemerintah Jepang kemudian mempersiapkan lebih serius lagi renana
pembentukan Tentara Peta.
Ketika persiapan-persiapan yang dilakukan oleh Kapten Maruzaki Yoshio dianggap sudah rampung, tanggal
3 Oktober 1943, Pemerintah Militer Jepang secara resmi mendirikan
Pasoekan Soekarela oentoek Membela Tanah Djawa
berdasarkan
Osamu Seirei
No. 44 Benda, 1980: 292;
Djawa Baroe
, 13 Oktober 1943; Sagimun, 1985: 40. Adapun
Osamu Seirei
No. 44 yang mengatur pembentukan Tentara Peta dimuat pada
Kan Po
1943 dan Djawa Baroe No. 20 Tahun 1944 yang isinya antara lain menyatakan:
Pasal 1 : Mengingat semangat yang berkobar-kobar serta
juga memenuhi keinginan yang sangat dari 50 juta penduduk di Jawa, yang hendak membela tanah
airnya sendiri, maka Balatentara Dai Nipon membentuk Tentara Pembela Tanah Air, yakni
pasukan sukarela untuk membela Tanah Jawa dengan penduduk asli, ialah berdiri atas dasar cita-
cita membela Asia Timur Raya bersama-sama.
Pasal 2 : Pasukan Sukarela Tentara Pembela Tanah Air ini,
dibentuk dengan penduduk asli, yang memajukan diri untuk kewajiban membela tanah airnya dan
ditempatkan di dalamnya sejumlah opsir Nipon sebagai pendidik.
Pasal 3 : Pasukan Sukarela Tentara Pembela Tanah Air
termasuk di bawah pimpinan Saiko Shikikan dan wajib menerima perintahnya.
Riwayat Perjuangan K. H. Ahmad Sanusi: Zaman Pendudukan Jepang 1942-1945
172
Pasal 4 : Pasukan Sukarela Tentara Pembela Tanah Air harus
insyaf akan cita-cita dan kepentingan pekerjaan pembela tanah air, serta wajib turut membela tanah
airnya di dalam Shu masing-masing terhadap negeri Sekutu, di bawah pimpinan Balatentara Dai Nipon.
Dengan keluarnya
Osamu Seirei
No. 44 itu, secara serentak di berbagai daerah mulai dibentuk Tentara Peta.
Meskipun yang mengajukannya seorang nasionalis, namun ternyata respons dari kalangan ulama begitu besar. Bahkan
di antara mereka ada jugayang menduduki jabatan-jabatan komandan di berbagai kesatuan Peta. Kenyataan tersebut
tidak dapat dilepaskan dari kebijakan Jepang yang memang mau merangkul kalangan Islam dalam upaya memobilisasi
rakyat Indonesia dalam rangka mewujudkan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya yang sangat ambisius itu.
Di Keresidenan Bogor
Bogor Syu
, pemerintah setempat meminta K. H. Ahmad Sanusi untuk membentuk
Tentara Peta. Permintaan itu wajar dilakukan mengingat
Ajengan Gunung Puyuh
itu memiliki pengaruh yang sangat besar. Sementara itu, permintaan itu disanggupi oleh dirinya
karena pembentukan Tentara Peta merupakan pintu masuk bagi tujuannya yakni meminta Jepang melatih bangsa
Indonesia di bidang militer. Jika pengetahuan tentang strategi kemiliteran sudah dimiliki oleh bangsa Indonesia,
bangsa ini akan memiliki kekuatan memadai jika suatu saat berhasil melepaskan diri dari penguasaan bangsa asing.
Riwayat Perjuangan K. H. Ahmad Sanusi: Zaman Pendudukan Jepang 1942-1945
173 Selain itu, antara K. H. Ahmad Sanusi dan Gatot
Mangkoepradja sangat dimungkinkan terjadi komunikasi yang baik mengingat keduanya sama-sama duduk sebagai
anggota Dewan Penasihat Daerah Keresidenan Bogor
Giin Bogor Shu Sangi Kai
Benda, 1980: 292. K. H. Ahmad Sanusi kemudian mengumpulkan para
ulama dan mu’alim yang ada di wilayah Bogor
Syu
di Pesantren Gunung Puyuh. Dalam pertemuan itu, K. H.
Ahmad Sanusi mendiskusikan keputusan Pemerintah Militer Jepang untuk membentuk Tentara Peta. Para ulama yang
menghadiri pertemuan tersebut, sepakat dengan K. H. Ahmad Sanusi untuk sesegera mungkin membentuk Tentara
Peta di wilayah Bogor
Syu
. Kesepakatan Gunung Puyuh itu segera ditindaklanjuti dengan melaporkannya kepada
Pemerintah Militer Jepang. Bertempat di Pesantren Gunung Puyuh, pemerintah mulai membuka pendaftaran bagi bangsa
Indonesia yang ingin menjadi calon perwira Tentara Peta. Sementara itu, untuk mengisi jabatan komandan, K. H.
Ahmad Sanusi telah mempersiapkan beberapa orang kiai, antara lain Acun Basyuni dan Abdullah bin Nuh
Wawancara dengan H. R. Abdullah dan K. H. Acun Basyuni, tanggal 6 Januari 2009.
Para calon perwira tentara Peta kemudian mengikuti pendidikan kemiliteran di Bogor bersama-sama calon
perwira tentara Peta dari daerah lainnya. Untuk calon
daidanco
komandan batalyon, latihan dilakukan sampai
Riwayat Perjuangan K. H. Ahmad Sanusi: Zaman Pendudukan Jepang 1942-1945
174 bulan November 1943, sedangkan untuk
chudanco
dan
shodanco
, latihannya dilaksanakan sampai bulan Desember 1943. Setelah proses pendidikan selesai dilaksanakan, para
calon tentara Peta dikembalikan ke daerah asalnya. Mereka ditempatkan di daerah pertahanan yang sebelumnya telah
direncanakan. Demikianlah, Keresidenan Bogor di bagi menjadi empat batalyon, dua di antaranya dipimpin oleh
Ajengan
Acun Basyuni sebagai
Daidanco
Pelabuhan Ratu dan
Ajengan
Abdullah bin Nuh sebagai
Daidanco
di Jampang Kulon Suryanegara, 1996: 110; Wawancara
dengan K. H. Acun Basyuni, tanggal 6 Januari 2009. Dalam hubungannya dengan proses pembentukan
Tentara Peta, K. H. Ahmad Sanusi memang tidak ikut menjadi perwiranya. K. H. Ahmad Sanusi hanya berperan
sebatas membidani dan mempersiapkan kadernya yang akan duduk dalam jajaran komando tentara Peta. Bisa jadi karena
faktor umur yang ketika tentara Peta dibentuk, usianya sudah mencapai 55 tahun. Dalam ukuran kemiliteran, usia
tersebut bukanlah usia ideal untuk menjadi tentara. Kemungkinan lain adalah kedudukannya sebagai
Giin Bogor Shu Sangi Kai
yang tidak memungkinkan dirinya menjadi perwira Peta. Namun demikian, hal tersebut tidak
mengurangi peranannya dalam proses pembentukan tentara Peta yang kelak menjadi salah satu tulang punggung dalam
mempertahankan kemerdekaan.
Riwayat Perjuangan K. H. Ahmad Sanusi: Zaman Pendudukan Jepang 1942-1945
175