Ahmad Sanusi 4. Endah Masa Muda dan Kehidupan Rumah Tangga Ahmad Sanusi
Riwayat Perjuangan K. H. Ahmad Sanusi: Sukabumi pada Pergantian Abad Ke-19
– Abad Ke-20
18
Foto 2: Mimbar Masjid Addaman Huriyah
Berasal dari Masa Berdirinya Pesantren Cantayan
Sumber: Dokumentasi Penulis, 6 Januari 2009
Riwayat Perjuangan K. H. Ahmad Sanusi: Sukabumi pada Pergantian Abad Ke-19
– Abad Ke-20
19 Ketika Ahmad Sanusi menginjak usia tujuh tahun,
dirinya diberi tugas untuk menggembalakan kambing milik ayahnya. Bersama-sama dengan saudara dan anak-anak
sebayanya, ia menggembalakan kambing ayahnya tersebut penuh dengan kegembiraan. Ia dengan senang hati menjaga
kambingnya serta mencarikan makanan rumput untuk kambingnya dari satu tempat ke tempat lainnya sambil
bermain-main dengan teman-teman sebayanya. Tugasnya itu dijalani oleh Ahmad Sanusi sampai ia berusia sepuluh
tahun. Selama lima tahun kemudian, tepatnya dari usia 10 tahun sampai berusia 15 tahun, Ahmad Sanusi tetap
diberikan tugas menggembala hewan peliharaan oleh orang tuanya. Bedanya, bukan kambing lagi yang digembalakan
oleh Ahmad Sanusi, melainkan kerbau. Menginjak usianya 15 tahun, Ahmad Sanusi disuruh menjaga kuda, kadang
kuda, dan memotong rumput untuk makanan seluruh hewan peliharaan milikK. H. Abdurrahim Sipahoetar, 1946: 71.
Di tengah-tengah kesibukannya menggembalakan hewan peliharaannya, Ahmad Sanusi diberi pendidikan
dasar keagamaan oleh orang tua nya. Membaca Al Qur’an
dan praktik-praktik ibadah lainnya secara rutin diberikan kepada Ahmad Sanusi. Keadaan seperti itu yang kemudian
mampu membentuk karakter Ahmad Sanusi sebagai seseorang yang memiliki landasan keagamaan sangat kuat.
Dengan demikian, sejak kecil Ahamad Sanusi telah mengalami proses internalisasi terhadap masalah-masalah
Riwayat Perjuangan K. H. Ahmad Sanusi: Sukabumi pada Pergantian Abad Ke-19
– Abad Ke-20
20 keagamaan. Selain itu, K. H. Abdurrahim menginginkan
anak-anaknya menjadi serang ulama sehingga proses pendidikan keagamaan telah dilakukan terhadap Ahmad
Sanusi, juga kepada saudara kandung lainnya, sejak usia dini. Keinginan tersebut merupakan fenomena umum yang
menghinggapi harapan para kyai di Pulau Jawa Iskandar, 1993: 3.
Namun demikian, pendidikan keagamaan yang lebih serius baru dijalani Ahmad Sanusi pada saat dirinya berusia
sekitar 16 ½ tahun. Sejak saat itu, pendidikan keagamaan yang dijalani Ahmad Sanusi tidak hanya diperoleh dari
orang tuanya, melainkan dari beberapa orangan
ajengan
. Dengan perkataan lain, ia mulai belajar agama dari satu
pesantren ke pesantren lain. Demikianlah, sejak awal tahun 190,5 Ahmad Sanusi
masantren
di berbagai pesantren baik yang ada di Sukabumi maupun di luar Sukabumi. Dalam
kurun waktu itu, beberapa pesantren yang ada di
Afdeeling
Sukabumi dimasuki oleh Ahmad Sanusi, antara lain Pesantren
Cisaat, Cijambe,
Sukaraja, Gentur,
dan Salalangka.
Selain itu,
untuk memperdalam
ilmu keislamannya, Ahmad Sanusi pun belajar di beberapa
pesantren yang ada di luar Sukabumi, antara lain ke Pesantren Gudang Tasikmalaya, Garut, dan Cianjur
Sipahoetar, 1946: 71; Wawancara dengan K. H. Abdullah Manshur tanggal 24 Desember 2008.
Riwayat Perjuangan K. H. Ahmad Sanusi: Sukabumi pada Pergantian Abad Ke-19
– Abad Ke-20
21 Sumber lain menyebutkan bahwa setidaknya-tidaknya
ada sembilan pesantren yang pernah dimasuki Ahmad Sanusi, baik yang ada di Sukabumi maupun yang ada di luar
Sukabumi. Kesembilan pesantren itu adalah Pesantren Selajambe
Cisaat, Pesantren
Sukamantri Cisaat,
Pesantren Sukaraja Sukaraja, Pesantren Cilaku Cianjur, Pesantren
Ciajag Cianjur,
Pesantren Gudang
Tasikmalaya, Pesantren
Gentur Warungkondang,
Cianjur, dan Pesantren Keresek serta Pesantren Bunikasih yang kedua-duanya berada di Garut Surat Residen Priangan
tanggal 15 Desember 1927 No. 50E,
Mailrapporten Geheim
No. 679x28 dalam Iskandar, 1993: 4. Waktu yang diperlukan oleh Ahmad Sanusi untuk menimba ilmu di
pesantren sekitar 4,5 tahun
Daftar Orang-Orang Indonesia Terkemoeka di Djawa
. R. A. 31. No. 2119; A, M. Sipahoetar 1946: 71. Dengan demikian, kegiatan
masantren
yang dijalani Ahmad Sanusi di sebuah rata-rata selama 6 bulan di setiap pesantren.
Dari sekian banyak pesantren yang dimasuki Ahmad Sanusi, proses
masantren
yang paling lama dijalaninya terjadi di Pesantren Cilaku dan Pesantren Gudang yang
masing-masing selama dua belas bulan. Di Pesantren Gudang, Ahmad Sanusi berguru kepada K. H. Suja’i,
seorang
ajengan
yang pada waktu itu begitu dihormati dan disegani oleh masyarakat Tasikmalaya. Sementara itu,
berdasarkan keterangan Residen Priangan tanggal 27
Riwayat Perjuangan K. H. Ahmad Sanusi: Sukabumi pada Pergantian Abad Ke-19
– Abad Ke-20
22 Desember 1927, guru Ahmad Sanusi ketika
masantren
di Sukaraja bernama K. H. Jenal Arif. Namun ada juga yang
mengatakan bahwa ketika
masantren
di Sukaraja, Ahmad Sanusi berguru kepada K. H. Hafizh. Dengan demikian,
ketika di Sukaraja, bisa jadi Ahmad Sanusi berguru kepada dua orang
ajengan
di dua pesantren berbeda atau mungkin juga ia berguru kepada dua orang
ajengan
di pesantren yang sama Iskandar, 1993: 3.
Namun demikian, yang paling berkesan di hati Ahmad Sanusi adalah ketika ia
masantren
di Pesantren Gentur yang dipimpin oleh K. H. Ahmad Satibi. Kesannya itu muncul
karena K. H. Ahmad Satibi memiliki sikap terbuka dan toleran terhadap para santrinya. Sikap tersebut diperlihatkan
oleh K. H. Ahmad Satibi yang tidak keberatan atas perbedaan pendapat antara dirinya dan santrinya itu dalam
menafsirkan
Ilmu Mantiq
logika. Hal tersebut jelas sebagai sebagai sesuatu yang tidak lazim karena pada waktu itu
tidak ada keberanian dari para santri untuk menentang pendapat gurunya. Hanya sekitar tiga bulan Ahmad Sanusi
masantren
di Pesantren Gentur, waktu yang amat singkat dalam suatu proses pendidikan di pesantren, namun begitu
berkesan di hati Ahmad Sanusi Iskandar, 1993: 4. Setelah melanglang buana dari satu pesantren ke
pesantren lain di luar Sukabumi selama 4 ½ tahun, pada 1909 Ahmad Sanusi pulang kembali ke Sukabumi dan
masuk ke Pesantren di Babakan Slaawi. Pada saat ia sedang
Riwayat Perjuangan K. H. Ahmad Sanusi: Sukabumi pada Pergantian Abad Ke-19
– Abad Ke-20
23 menimba ilmu di pesantren tersebut, ia bertemu dengan
seorang perempuan yang bernama Siti Juwariyah, putri Affandi seorang haji yang berasal dari Kebon Pedes,
Kecamatan Baros,
Afdeeling
Sukabumi. Pada tahun 1910, Ahmad Sanusi menikahi Siti Juwariyah dan beberapa bulan
kemudian, Ahmad Sanusi dan istrinya pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Setelah seluruh rukun dan
syarat haji ditunaikan, H. Ahmad Sanusia tidak langsung pulang ke kampung halamannya, melainkan justru
bermukim di kota suci itu. Ia bermaksud menimba ilmu kepada beberapa orang guru atau
syeikh
dengan harapan pengetahuan keislamannya semakin mendalam Iskandar,
1993: 4; Sipahoetar, 1946: 72. Selain menikahi Hj. Siti Juwariyah, H. Ahmad Sanusi
pun menikahi Siti Soewaedah dan Siti Halimah. Dari ketiga pernikahannya itu, H. Ahmad Sanusi dikaruniai anak
sebanyak 19 orang. Sampai tahun 1942, sembilan orang anaknya telah meninggal dunia. Dengan demikian, sampai
tahun tersebut, anak-anak H. Ahmad Sanusi yang masih hidup tinggal sepuluh orang, sebagaimana ia laporkan
kepada Pemerintah Militer Jepang ketika mengisi form
Pendaftaran Orang Indonesia jang Terkemoeka jang ada di Djawa
. Selengkapnya, H. Ahmad Sanusi mengisi form itu sebagai berikut.
Semoeanja ada 19 orang, jang masi hidoep ada 10 orang. 1.
A. Zarkasji, lahir hari Saptoe tanggal 27 … tahoen 1335 H.
Riwayat Perjuangan K. H. Ahmad Sanusi: Sukabumi pada Pergantian Abad Ke-19
– Abad Ke-20
24
2. A. Badri, lahir hari Chamis tanggal 28 boelan Hadji tahoen
1338 H. 3.
M. Djoewa’eni, lahir hari Djoem’ah tanggal 8 boelan Moeloed tahoen 1340H.
4. Nadjmoeddin, lahir hari Raboe tanggal 26 Djoemadil Akhir
tahoen 1344 H. 5.
Hafidoedin, lahir hari Djoem’ah tanggal 28 Moeloed tahoen 1349H.
6. Kamaloedin, lahir hari Rebo tanggal 15 boelan Hapit tahoen
1352 H. 7.
M. Solahoeddin, lahir hari malam Selasa tanggal 8 boelan Sja’ban 1354 H.
8. Siti Aminah Cholidah, lahir hari malam Ahad tanggal
Moeharam tahoen 1357 H. 9.
Siti Maryam, lahir hari hari Saptoe tanggal 16 boelan Djoemadil Awal tahoen 1346 H.
10. Noeroddin, lahir hari malam Senen tanggal Djoemadil Awal
tahoen 1359. Jang pertama dari istri saja jang doeloean jalah iboenja Siti
Djoewariyah dan Siti Soewaedah. Jang lima lagi dari istri saja jang sekarang jalah Siti Halimah
Daftar Orang-Orang Indonesia Terkemoeka di Djawa
. R. A. 31. No. 2119.
Sumber lain mengatakan bahwa K. H. Ahmad Sanusi memiliki istri lebih dari tiga dan belasan orang anak
Iskandar, 1993: 20. Bahkan Sulasman 2007: 28-29 menyebutkan bahwa K. H. Ahmad Sanusi memiliki 22
orang anak dari enam orang istrinya.
Riwayat Perjuangan K. H. Ahmad Sanusi: Di Tengah Arus Pergerakan Nasional 1910-1928
25