kesahihan suatu instrument Sugiyono, 2007. Menurut Departemen Kesehatan
Republik Indonesia 2011, alat kesehatan dikatakan baik bila CV coefficient of variation
5. Reliabilitas dilakukan sebanyak 5 kali berturut-turut. Instrumen yang akan digunakan dilakukan uji coba terlebih dahulu dengan
uji validitas dan uji reabilitas. Uji validitas dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran tekanan darah menggunakan sphygmomanometerdigital
terhadap sphygmomanometerraksa yang biasa digunakan pada pos kesehatan. Uji reabilitas
dilakukan dengan
mengukur tekanan
darah menggunakan
sphygmomanometer digital pada beberapa probandus berkali-kali. Pengukuran
tekanan darah pada responden hipertensi menggunakan sphygmomanometerdigital dengan merk Omron, MX3, Plus, Kyoto, Jepang yang telah divalidasi oleh
protokol internasional ESH Babiker, Elkhalifa, and Moukhyer, 2013. Pengukuran
dilakukan sebanyak
3 kali
pada masing-masing
sphygmomanometer digital dan raksa dengan probandus masing-masing 3 dengan
tekanan darah tinggi dan normal. Selang waktu pengukuran tekanan darah selama 5 menit maka instrumen penelitian yang digunakan memiliki validitas yang baik.
Pengukuran reabilitas dilakukan pada 3 probandus dengan 5 kali pengukuran sphygmomanometer
digital dan raksa setiap 5 menit dan hasilnya menunjukkan instrumen yang digunakan memiliki reabilitas yang baik.
6. Pengukuran tekanan darah
Pengukuran tekanan darah responden yang telah menandatangani informed consent
, dilakukan pada bagian lengan kiri atas dan posisi duduk tegak.
Pengukuran tekanan darah menggunakan sphygmomanometer digital. Pengukuran tekanan darah dilakukan sebanyak 2 kali dengan jeda 2-5 menit sesuai SO
lampiran 5 .
7. Penjelasan hasil pemeriksaan
Peneliti akan menjelaskan hasil pemeriksaan kepada responden secara langsung. Penjelasan hasil pemeriksaan disertai dengan penggalian beberapa
informasi dari responden. Informasi yang didapat dari responden akan dikelompokkan sebagai data analisis.
8. Pengumpulan data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh dari wawancara terstruktur dengan responden. Hasil wawancara ditulis
pada lembar CRF lampiran 6. Daftar pengajuan pertanyaan penelitian terlampir lampiran7. Data pengukuran tekanan darah diperoleh dengan cara mengukur
tekanan darah sesuai SOP . Data pengukuran tekanan darah, berat badan, dan tinggi badan juga ditulis pada lembar CRF. Selanjutnya dipindahkan ke file
Microsoft Ecxel , lalu diolah lebih lanjut untuk mendapatkan hasil analisis terkait.
Pengumpulan data disesuaikan dengan uji yang dilakukan. Data-data yang diperoleh kemudian diproses cleaning dan editing. Pada
tahap ini bertujuan untuk menghilangkan data berdasarkan kriteria inklusi penelitian. Data yang tidak masuk kriteria inklusi maka dilakukan eklusi
eliminasi. Data responden awal ada 205 responden seteleh dilakukan eklusi menjadi 200 responden. Proses berikutnya dilakukan analisis data melalui tahapuji
normalitas, analisis univariat, uji ONE WAY ANOVA dan uji T Independent, dan uji Chi-Square.
9. Analisis Data Penelitian
Data yang sudah diperoleh kemudian diolah menggunakan program komputer. Langkah pertama dilakukan uji normalitas Q-Q plotuntuk mengetahui distribusi
normal suatu data. Data yang terdistribusi normal dilanjutkan dengan uji t tidak berpasangan dan selanjutnya dengan uji Chi-SquareDahlan, 2009. Uji
normalitas Q-Q plot dilakukan terhadap variabel usia. Distribusi ini menggambarkan data penelitian. Hasil dari uji normalitas Q-Q plot menunjukkan
bahwa data penelitian tidak terdistribusi normal. Berdasarkan pengalaman empiris ahli statistik, data yang banyaknya lebih dari 30 n 30, sudah dapat
diasumsikan berdistribusi normal Jihadi, 2013. Uji yang dilakukan selanjutnya uji analisis univariant untuk mendapatkan
gambaran frekuensi variabel yang diteliti di Dukuh Sambisari. Variabel yang dianalisis adalah usia, jenis kelamin, dan faktor risiko kesehatan. Usia responden
penelitian dengan kategori usia 40-49 tahun, 50-59 tahun, 60-69 tahun, 70-79 tahun, dan
≥ 80 tahun. Variabel faktor resiko kesehatan meliputi BMI ≤ 25 kgm
2
, 25 kgm
2
, pola makanan teratur, tidak teratur, aktifitas fisik melakukan aktivitas ya, tidak, merokok ya ,tidak, dan penyakit penyerta ada,tidak. Pada
penelitian ini, data untuk faktor alkohol tidak dapat dianalisis karena di Dukuh Sambisari tidak ditemukan responden yang memiliki gaya hidup mengonsumsi
alkohol.
Penelitian ini juga dilakukan uji ONE WAY-ANOVA untuk menguji perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik yang dihubungkan dengan
usia responden berdasarkan kategori. Pada hasil uji Anova, jika terdapat perbedaan yang bermakna, maka uji selanjutnya adalah menganalisis kelompok
mana yang berbeda secara signifikan menggunakan analisis Post Hoc Dahlan, 2009.
Setelah uji ONE WAY-ANOVA, dilanjutkan dengan Uji T Independent untuk menganalisis perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik yang
dihubungkan dengan jenis kelamin dan faktor risiko kesehatan yaitu BMI, pola makan, aktivitas fisik, merokok, dan penyakit penyerta. Uji yang dilakukan
selanjutnya uji Chi-Squareuntuk membandingkan dua distribusi data, yakni yang teoritis frekuensi harapan dan yang sesuai kenyataan frekuensi observasi
Santoso, 2010. Uji dilakukan untuk mengalisis korelasi antara faktor risiko kesehatan terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi di Dukuh
Sambisari. Hasil uji tiap faktor risiko berupa nilai p dan Odds Ratio OR, dan interval kepercayaan sebesar 95. Nilai p 0,05 menunjukkan bahwa terdapat
hubungan berbeda bermaknaantara faktor risiko kesehatan terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi. Nilai OR menunjukkan seberapa besar risiko
yang dapat terjadi secara bermakna antara kategori dalam analisis satu faktor risiko Nilai p dan nilai OR beserta interval kepercayaan untuk analisis dengan
prevalensi hipertensi, kesadaran hipertensi, dan terapi hipertensi. Selanjutnya dilakukan uji mengalisis hipotesis. Uji hipotesis one-tailed menunjukkan Ho tidak
ada perbedaan atau hubungan antara varibel.
Perumusan hipotesis Ho
: P1 ≤ P2 H1,2,3 : P1P2 ; p0.05
Gambar 3. Rumusan Hipotesis Hubungan Faktor Risiko Kesehatan terhadap Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Responden Hipertensi
Keterangan :
P1 = proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi responden merokok; tidak olahraga; tidak mengatur pola makan; BMI25; adanya
penyakit penyerta yang berhubungan dengan kardiovaskular. P2 = proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi responden yang
tidak merokok; berolah raga; mengatur pola makan; BMI25; tidak ada penyakit penyerta yang berhubungan dengan kardiovaskular.
J. Kesulitan penelitian