Faktor - faktor yang mempengaruhi hipertensi

B. Faktor - faktor yang mempengaruhi hipertensi

1. Usia Usia berpengaruh pada kenaikan tekanan darah. Kaitannya usia dengan perubahan tekanan darah, insiden hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia. Setelah umur 45 tahun,dinding arteri akan mengalami penebalan karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot,sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan jadi kaku. Tekanan diastolik meningkatkan sampai 50 tahun dan kemudian menurun, sedangkan tekanan darah sistolik terus meningkat seiring dengan bertambahnya usia Porth dan Marfin, 2009. Tekanan darah diastolik dan sistolik berpengaruh dengan umur pada laki-laki maupun perempuan. Koefisien korelasi antara umur dan TDS sebesar 0,38 pada laki-laki dan 0,40 pada wanita Tesfaye, 2007. 2. Jenis Kelamin Prevalensi hipertensi pada laki-laki berusia diatas 35 tahun lebih rentan dibandingkan perempuan. Perempuan terlindung dari penyakit kardiovaskular sebelum menopause. Perempuan yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon esterogen yang berperan meningkatkan High Density Lipoprotein HLD. Efek dilindungi esterogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas perempuan premenopause. Premenopause perempuan mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon esterogen yang selama ini melindungi pembuluh dari kerusakan. Pada saat menopause perempuan memiliki kerentanan yang sama seperti pada laki-laki terjangkit penyakit hipertensi Kumar,Abbas,and Fausto, 2005. 3. Body Mass Index BMI Body mass index atau BMI merupakan pengukuran tinggi dan berat badan individu, dihitung dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan tinggi badan dalam meter kuadrat.BMI merupakan pengukuran yang paling banyak digunakan untuk memperkirakan apakah seseorang mengalami berat badan berlebih atau obesitas. Selain itu, BMI merupakan pengukuran yang cukup untuk memantau peningkatan risiko kesehatan karena berat badan berlebih pada level populasi National Obesity Observatory, 2009. Menurut Alison Hull dalam penelitiannya yang dikutip oleh Sugiarto, menunjukkan adanya hubungan antara BMI dan hipertensi. BMI meningkat diatas BMI ideal maka risiko menderita hipertensi juga meningkat. Penyelidikan epidemiologi juga membuktikan bahwa obesitas merupakan ciri khas pada populasi pasien hipertensi Sugiarto, 2007. 4. Aktivitas fisik Aktivitas fisik ialah gerakan fisik yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya yang dihasilkan otot skeletal dan membutuhkan pengeluaran energi.Aktifitas fisik seperti olahraga berhubungan dengan tekanan darah. Olahraga secara teratur dan terukur dapat menyerap atau menghilangkan endapan kolesterol pada pembuluh darah nadi Anggraeny, 2014. Olahraga yang dianjurkan,melainkan olahraga aerobik. Olahraga aerobik berupa latihan yang menggerakkan semua sendi dan otot misalkan jogging, jalan, bersepeda dan berenang. Olahraga yang menegangkan kurang dianjurkan karena seringkali justru menaikkan tekanan darah Porth dan Marfin, 2009. Kowalski yang dikutip oleh Anggraini, aktifitas fisik secara teratur tidak hanya menurunkan tekanan darah, juga menyebabkan perubahan yang signifikan. Aktifitas fisik meningkatkan aliran darah ke jantung, kelenturan arteri dan fungsi arterial Anggraeny, 2014.Beberapa penelitian menunjukkan bahwa melakukan olahraga berhubungan erat dengan penurunan tekanan darah. Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian Mannanyang menunjukkan bahwa aktivitas fisik yang kurang berisiko 2,67 kali menderita hipertensi dibandingkan dengan yang sering beraktivitas fisikolahraga Mannan, 2013. 5. Pola Makanan Kebiasaaan makan merupakan cara individu atau kelompok dalaam memilih dan mengkonsumsi makanan sebagai tanggapan pengaruh fisiologis, psikologis, budaya, dan sosial. Menurut World Health Organixation WHO merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam perhari. Konsumsi natrium yang berlebih dapat menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraselular meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler menyebabkan meningkatnya volume darah, yang berdampak kepada timbulnya hipertensi Porth dan Marfin, 2009. Menurut Alison Hull yang dikutip oleh Sugiarto, menunjukkan adanyakaitan antara asupan natrium dengan hipertensi pada beberapa individu. Asupan natrium akan meningkat menyebabkan tubuh meretensi cairan yang meningkatkan volume darah Sugiarto, 2007. 6. Merokok Kandungan didalam rokok, nikotin dapat menstimulasi saraf simpatetik yang kemudian meningkatkan detak jantung. Jangka waktu panjang rokok menggunakan karbon monoksida untuk merusak dinding arteri, sehingga mengakibatkan lesi yang bersifat irreversibel dan mengakibatkan perubahan tekanan darah arteri Gunawan, 2007. Menurut kajian, risiko merokok menyebabkan hipertensi berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap per hari bukan pada lama seseorang mengkonsumsi rokok. Seseorang yang merokok lebih dari satu bungkus rokok sehari menjadi lebih rentan mendapat hipertensi Anggraeny, 2014. Hal ini diperkuat dengan penelitian oleh Mannan menunjukkan bahwa perilaku merokok berisiko 2,32 kali menderita hipertensi dibandingkan dengan yang tidak merokok Mannan, 2013. 7. Alkohol Konsumsi alkohol secara teratur dapat berperan dalam peningkatan hipertesi. Efek ini terlihat dengan berbagai jenis minuman beralkohol, pada laki-laki dan perempuan, dan dalam berbagai kelompak etnis Porth dan Marfin, 2009. Menurut Ali Khomsan yang dikutip oleh Sugiarto, konsumsi alkohol harus diwaspadai karena menurut survei menunjukkan bahwa 10 kasus hipertensi berkaitan dengan konsumsi alkohol Sugiarto,2007. 8. Penyakit penyerta Penyakit penyerta mempunyai peran terhadap tekanan darah. Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endothel arteri dan mempercepat atherosklerosis. Bila penderita hipertensi memiliki faktor-faktor risiko kardiovaskular lain , maka akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas akibat gangguan kardiovaskularnya tersebut. Hipertensi mempunyai peningkatan risiko yang bermakna untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal jantung Departemen kesehatan,2006.

C. Pengukuran

Dokumen yang terkait

Prevalensi, kesadaran dan terapi responden hipertensi berdasarkan faktor risiko kesehatan di Dukuh Krodan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta (kajian faktor risiko kesehatan).

0 9 79

Prevalensi, kesadaran dan terapi responden hipertensi di Dukuh Krodan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 1 86

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor risiko kesehatan di Padukuhan Kadirojo II, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

0 1 81

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 2 85

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor risiko kesehatan di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta.

0 2 116

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor sosio-ekonomi di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta.

0 0 79

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Jragung, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor risiko kesehatan.

0 2 109

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor risiko kesehatan.

0 1 95

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 0 84

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta kajian faktor risiko kesehatan

0 11 93