Keluarga Katolik Kesetiaan Maria sebagai teladan dalam hidup berkeluarga bagi ibu-ibu di lingkungan Santo Yohanes Pemandi Paroki Santo Albertus Agung Jetis, Yogyakarta.

28 binatang yang merayap di bumi” Kej 1:28. Allah menciptakan manusia laki-laki dan perempuan agar mereka bersatu dan memanggil mereka untuk bekerja sama secara bebas dan bertanggungjawab untuk memelihara kehidupan. Dengan beranak cucu dan memelihara ciptaan maka manusia yang diciptakan memenuhi panggilan Allah dan menunjukkan cinta kasih persekutuan suami-istri dengan memberikan keturunan melalui kelahiran anak. Kesuburan merupakan buah tanda cinta kasih suami-istri yang sejati maka diharapkan bahwa suami-istri mampu memelihara kebutuhan cinta kasih itu dengan kasih yang tiada terbatas, membina kasih yang mesra dan membina kekuatan rohani moral yang ditugaskan kepada suami-istri sehingga mereka mampu mengemban tugas sebagai ayah dan ibu dan kemudian diteruskan kepada anak dan melalui anak diteruskan kepada Gereja FC, art 28.

c. Ikut serta dalam Pembangunan Masyarakat

„Keluarga sebagai sarana yang pertama dan paling istimewa untuk mewariskan nilai-nilai agama dan budaya untuk membantu manusia memperoleh identitasnya sendiri ‟. Di mana keluarga dibangun atas dasar cinta kasih dan terbuka bagi anugerah kehidupan. Keluarga juga bagian dari masa depan masyarakat yang penuh dengan kedamaian Yohanes Paulus II, 1994 :9. Pada dasarnya keluarga mempunyai ikatan yang sangat erat dengan masyarakat. Untuk menjalankan peran sosial mereka tidak dapat menutup diri melainkan harus terbuka pada keluarga-keluarga lain yang hidup berdampingan dengan mereka sambil berbagi dan memperhatikan. Maka, ada keterkaitan antara keluarga dan masyarakat karena keluarga tidak dapat hidup sendiri, Pencipta Alam 29 Semeseta telah menjadikan persekutuan nikah sebagai awal dasar masyarakat manusia. Keluarga merupakan sel masyarakat yang pertama dan amat penting bagi masyarakat FC, art 42. Kutipan ini mau mengatakan, bagaimana keluarga mempunyai relasi yang mendalam terhadap masyarakat dan sebaliknya. Bahwa keluarga merupakan bagian dari masyarakat untuk saling berbagi dan memperhatikan satu dengan yang lainnya. Persekutuan suami-istri merupakan unit terkecil dari masyarakat di mana mereka hidup berdampingan dengan keluarga yang lain.

d. Berperan serta dalam Kehidupan Menggereja

”Keluarga diabdikan untuk membangun Kerajaan Allah dalam sejarah dengan mengambil bagian dalam hidup dan perutusan Gereja” FC, art 49. Atas dasar ini hendaknya suami-istri sebagai pasangan orang tua, beserta anak-anak selaku keluarga, menghayati pelayanan mereka sebagai anggota Gereja. Dengan memberikan diri dan meluangkan waktu untuk terlibat dalam kegiatan yang ada di sekitar mereka. Penuh dengan semangat merasul yang memberikan pelayanan kasih kepada sesama dalam hidup sehari-hari, dan dengan demikian mereka bersaksi akan imannya. Iman tanpa perbuatan akan mati, maka iman perlu diwujudnyatakan. Empat tugas keluarga di atas menyadarkan kembali suami-istri akan panggilan Allah sendiri bahwa kehadiran pasangan suami-istri adalah kehendak Allah yang disatukan dalam ikatan cinta kasih yang tidak terpisahkan, dan bertujuan untuk mencapai kebahagiaan. Dengan menyadari dan melaksanakan keempat tugas keluarga tersebut suami-istri diajak untuk menyadari kembali nilai-nilai perkawinan dalam hidup sehari-hari, sehingga dalam menjalani kehidupan berumahtangga 30 mereka mengalami kebahagiaan yang dicita-citakan bersama dan melalui keempat tugas pastoral Gereja mereka bisa diutus untuk menghadirkan cinta kasih Allah dalam hidup sehari-hari.

3. Rumah Tangga Bahagia

Kebahagiaan adalah salah satu cerminan “kecil” dari kebahagiaan abadi. Allah selalu mengundang kita untuk bahagia bersama-Nya lewat diri kita masing- masing. Kesetiaan suami-istri saling setia merupakan tanda kasih kepada-Nya, “bahwa apa yang dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia” Suwito, 2006 :191-192. Kita sebagai anggota keluarga diajak untuk menciptakan rumah tangga yang bahagia dan penuh kedamaian meskipun sulit untuk membangunnya karena tidak sseperti yang kita bayangkan. Harus penuh dengan perjuangan yang tangguh demi menciptakan kebahagian dalam keluarga. Allah sendiri menganjurkan kepada kita semua hidup dalam suanan rukun dan kedamaian. Hal itu sudah di letakkan pada kodrat manusia yang diciptakan menurut “citra-Nya”. Dalam hidup sehari-hari hendaknya setiap keluarga mampu menghadirkan Kristus, dengan demikian keluarga Kristiani dapat berkembang untuk sampai pada kesempurnaan yang telah dikehendaki oleh Allah. Sesungguhnya di dalam keluarga kita dapat belajar mencinta dan dicintai.

C. Gambaran Ibu Keluarga Katolik

Hidup sebagai seorang ibu Katolik diharapkan dapat seperti Maria yang selalu setia baik untung maupun malang. Ia tidak pernah mengeluh terhadap peran 31 yang ia lakukan, meskipun berbagai cobaan yang melanda keluarganya. Oleh sebab itu, untuk menjadi seorang ibu Katolik janganlah seperti Marta dalam bertindak, karena Marta membuat dua kesalahan yang sangat besar dalam melakukan tugas rung ibu hmah tangganya. Pertama, ia tidak senang lagi dengan pekerjaannya karena terlalu sibuk. Setiap melakukan pekerjaan harus mampu memaknainya, bahwa di balik itu ada rahmat yang tersembunyi. Seorang ibu harus mampu menyisihkan waktu untuk berdoa, beristirahat serta menghindarkan perasaan khawatir setiap melaksanakan pekerjaan. Rasa kekwatiran yang menghantui langkah hidup, membuat kita semakin tidak berdaya. Tetapi bagaimana kita untuk mampu memaknai setiap pekerjaan yang kita lakukan, bahwa di dalamnya terkandung rahmat yang istimewa. Kedua, kerja sambilan dijadikan soal pokok. Soal pokok dalam pekerjaan kita bukanlah hasil dari pekerjaan itu sendiri, melainkan jiwa dan roh selama pekerjaan itu dilaksanakan. Ibu rumah tangga Katolik harus mengingat semboyan Katolik: “Berdoa dan bekerja”, sehingga pekerjaan kita merupakan bagian dari sembayangan kita kepada Allah Leo Ruger, 1967: 33-34. Kitab Suci Perjanjian Lama mengatakan isteri yang cakap siapakah yang akan mendapatkannya? Ia lebih berharga daripada permata. Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan. Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya Ams 31:10-12. Teks di atas menggambarkan kesetiaan seorang istri kepada suaminya maupun kepada keluarganya. Kesetiaan seorang istri dalam mendampingi suaminya, akan membuat keluarga bernuansa harmonis. Seorang ibu harus mampu mengarahkan anak- anaknya menuju kedewasaan yang baik di samping peran seorang ayah. 32 Seorang ibu Katolik harus mempunyai keindahan rohani dalam membangun hidup berumah tangganya. Keindahan rohani antara lain, kebajikan, rendah hati, penguasaan diri, sabar, pengabdi dan pengasih. Maka seorang ibu Katolik harus menanamkan ini di dalam hidupnya sehari-hari demi ketemteraman hidupnya sehari-hari dan kesejahteraan keluarga Soedibio, 1973 :40. Kitab Suci juga menegaskan bahwa “Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi istri yang takut akan Tuhan dipuji-puji Ams 31:30.

1. Pemahaman tentang Ibu-Ibu

Seorang ibu yang sejati setiap saat siap dan ikhlas melakukan tugasnya dengan penuh cinta kasih terhadap suami dan anak-anaknya demi kebahagiaan rumah tangganya. Juga, kelangsungan kebahagiaan keluarga harus dipertahankan. Seorang ibu rumah tangga akan berjuang dan berkorban bagi keluarganya sekalipun itu harus mempertaruhkan nyawanya. Itulah cinta seorang ibu yang berhati mulia dan takut akan Tuhan. Berbagai macam cara kaum ibu dalam mempertahankannya, antara lain: saling pengertian, menghargai, membantu dalam segala hal dan lain sebagainya Soedibio, 1970 :19. Kitab Suci mengatakan: Hai istri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah istri kepada suami dalam segala sesuatu Ef 5:22-24. Ungkapan ini bukan berarti istri diam saja dan diinjak oleh sang suami, melainkan suami-istri perlu menghormati satu sama lain. Keindahan seorang ibu berupa keindahan rohani, yakni kebajikan, rendah hati, penguasaan diri, sabar, 33 pengabdi dan pengasuh. Hal semacam ini perlu dimiliki oleh setiap ibu-ibu Katolik guna membina kesetiaan dalam hidup berumah tangga.

2. Peranan Ibu-Ibu dalam Keluarga dan Masyarakat

Peran ialah bagian yang kita mainkan pada setiap keadaan, dan cara bertingkah laku untuk menyelaraskan diri kita dengan keadaan. Seorang ibu dalam keluarga harus memerankan dirinya sebagai ibu rumah tangga yang baik demi kesejahteraan keluarganya Brunetta, 1989 :10. Untuk membantu para pembaca penulis di bawah ini akan menguraikan secara singkat tentang peran seorang ibu di dalam keluarga dan di dalam masyarakat.

a. Ibu dalam Keluarga

Menurut Teha Sugiyo 1996 :17, keluarga adalah seorang pria dan seorang wanita yang disatukan dalam ikatan suci perkawinan, yang berdiri di atas kakinya dengan seluruh miliknya, dengan anak-anak yang tumbuh dan berkembang dalam perawatan asuhannya dengan suasana udara segar, terang cahaya dan air bersih dan bening. Dalam keluarga juga terdapat seorang ayah, ibu dan anak-anak yang tinggal dalam kesatuan yang berbahagia, membentuk unit kemasyarakatan yang paling kecil dari masyarakat besar. Berdasarkan pengertian tersebut syarat-syarat yang harus ada supaya persekutuan dapat disebut keluarga adalah, adanya anggota-anggota keluarga yaitu: ayah, ibu dan anak. Dalam hidup berkeluarga terdapat ikatan batin dan saling ketergantungan satu sama lain, lewat adanya peranan dan tanggung jawab masing- masing anggota keluarga. Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan 34 tanggung jawab sesuai dengan posisi masing-masing dalam keluarga. Bapak mempunyai peranan sebagai bapak keluarga, ibu mempunyai peranan sebagai ibu rumah tangga, anak mempunyai peranan sebagai anak dalam keluarga. Untuk uraian selanjutnya, secara khusus akan diuraikan peranan ibu dalam keluarga demi memperoleh gambaran yang memadai tentang sosok seorang ibu dalam keluarga. Peranan seorang ibu sangat penting dalam keluarga di samping teladan seorang ayah. Peranan ibu-ibu yang dimaksudkan adalah: melahirkan, membesarkan anak, menciptakan kehangatan keluarga, mengurus rumah tangga dan sebagainya. 1 Melahirkan dan Membesarkan Melahirkan manusia baru adalah bagian dari hidup seorang wanita. Menurut Kitab Suci, mengandung dan melahirkan seorang manusia disertai oleh kata- ka ta wanita: “Aku telah mendapatkan seorang anak dengan pertolongan Tuhan” Kej 4:1. Kutipan ini mau menunjukkan kegembiraan dan kesadaran seorang wanita, bahwa ia ikut ambil bagian dalam misteri agung keturunan abadi yaitu melahirkan manusia baru. Peranan seorang ibu, melahirkan dan membesarkan anak- anak adalah salah satu peran yang tak dapat diganggu gugat oleh siapapun, tidak dapat dialih perankan kepada seorang ayah dan hanya terjadi pada setiap ibu. Melahirkan dan membesarkan anak adalah tugas dan tanggung jawab seorang ibu yang sangat mulia dan luhur bagi setiap ibu rumah tangga. Seturut dengan itu Iswarahadi, dalam tulisannya “Kasih Ibu yang Total” mengungkapkan pengalamannya sebagai berikut: Kasih ibu yang bersifat total dan tidak menuntut balas jasa kepada anak- anaknya maupun kepada sang suami. Kurang lebih sembilan bulan ibu mengandung kita. Selama waktu itu ia banyak melakukan penyangkalan 35 diri agar bayi yang ada di dalam kandungannya lahir dengan selamat dan sehat. Tiba waktunya untuk melahirkan ibu mempertaruhkan nyawanya bagi kita. Bertahun-tahun ibu merawat, melindungi, memberi makan serta mendidik kita. Segala usaha dan daya pikiran diarahkannya kepada kita agar kita memiliki masa depan yang indah. Saat kita sudah dewasa sang ibu membiarkan kita melangkah pergi jauh dan tinggal sendirian. Hanya memberi tak harap kembali. Ungkapan pengalaman tersebut sangat jelas peranan seorang ibu yang sangat agung dan mulia semuanya itu diwujudkan dengan pengorbanan, cinta yang total dan sempurna. Peranan seorang ibu melahirkan dan membesarkan tidak hanya sebatas pada saat melahirkan tetapi selanjutnya dituntut suatu pengorbanan dan cinta yang sangat sempurna demi membesarkan, merawat, melindungi, dan mendidik tampa pamrih. Letak kebahagiaan seorang ibu dalam peranannya, bukan terletak pada imbalan yang besar untuk diperoleh setelah anaknya besar dalam rupa “balas budi” melainkan bahwa seorang ibu dapat melahirkan dan membesarkan anaknya hingga dewasa, bertanggung jawab dan memiliki masa depan yang indah. Seorang ibu mewujudkan peranannya dengan pengorbanan cinta yang total dan sempurna demi mengantar anaknya pada pengenalan dan pengalaman akan Allah yang Maha Pengasih dan Pemurah yang tiada batas. 2 Menciptakan Kehangatan dalam Keluarga Selain peranan seorang ibu melahirkan dan membesarkan anaknya kebesaran cinta seorang ibu juga diwujudkan dalam menciptakan kehangatan rumah tangga, baik bagi sang suami maupun bagi anak-anak. Suasana kehangatan dalam rumah tangga adalah bagian dimana semua anggota keluarga kerasan, betah dan senang tinggal di dalam rumah. Seorang ibu rumah tangga dapat memancarkan daya

Dokumen yang terkait

Penggunaan Bahasa Jawa dalam perayaan Ekaristi di Stasi Santo Fransiskus Xaverius Kemranggen, Paroki Santo Yohanes Rasul Kutoarjo.

4 72 183

Manfaat video siaran penyejuk imani katolik indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat di lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta.

3 19 178

Hubungan penghayatan hidup bakti dengan minat terhadap panggilan hidup bakti bagi kaum muda di Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta.

1 36 163

Upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja secara kontekstual di lingkungan Santo Yusuf Kadisobo Paroki Santo Yoseph Medari.

0 8 159

Penggunaan Bahasa Jawa dalam perayaan Ekaristi di Stasi Santo Fransiskus Xaverius Kemranggen, Paroki Santo Yohanes Rasul Kutoarjo

1 28 181

Sistem pengendalian inti pada organisasi religius : studi kasus pada Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta.

2 21 215

Kesetiaan Maria sebagai teladan dalam hidup berkeluarga bagi ibu ibu di lingkungan Santo Yohanes Pemandi Paroki Santo Albertus Agung Jetis, Yogyakarta

0 0 132

Belajar dari kesetiaan iman Maria guna meningkatkan kualitas hidup beriman umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis - Yogyakarta - USD Repository

0 1 144

KETERLIBATAN KAUM AWAM DALAM TUGAS KERASULAN GEREJA SEBAGAI PENGURUS DEWAN PAROKI DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL, PRINGWULUNG, YOGYAKARTA SKRIPSI

0 8 175

SISTEM PENGENDALIAN INTI PADA ORGANISASI RELIGIUS Studi Kasus pada Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta SKRIPSI

0 1 213