Manfaat video siaran penyejuk imani katolik indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat di lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta.

(1)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul MANFAAT VIDEO SIARAN PENYEJUK IMANI KATOLIK INDOSIAR SEBAGAI MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM KATEKESE UMAT DI LINGKUNGAN SANTO IGNATIUS LOYOLA COKRODININGRATAN PAROKI SANTO ALBERTUS AGUNG JETIS YOGYAKARTA. Judul ini dipilih beranjak dari realitas mengenai perkembangan teknologi yang pesat dari zaman ke zaman, sehingga terus memengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia. Perkembangan teknologi yang saat ini akrab yaitu media audio-visual salah satunya adalah televisi. Manusia menggunakan televisi sebagai sarana yang menarik karena menggabungkan antara suara dan gambar menjadi satu. Televisi menyuguhkan berbagai tayangan pengetahuan, informasi/berita, bahkan membawa misi tersendiri terhadap para penikmatnya.

Berdasarkan realitas zaman, panggilan dalam mewartakan Kerajaan Allah mulai diusahakan sedemikian rupa agar menjawab kebutuhan yang ada saat ini. Salah satunya adalah munculnya progam televisi Penyejuk Imani Katolik (PIK) Indosiar dengan menyuguhkan nilai-nilai religius menggunakan bahasa televisi yang penuh dengan simbol, gambar, nyanyian, dan ceritera.

Hal tersebut di atas, mendorong penulis untuk mengetahui sejauh mana materi video siaran PIK Indosiar sebagai media audio-visual dapat dimanfaatkan dalam mewartakan Kerajaan Allah. Oleh sebab itu, penulis merancang sebuah progam katekese umat dengan memanfaatkan materi video siaran PIK Indosiar yang dipilih sesuai dengan tema yang diangkat dan melaksanakannya untuk dapat merancang penelitian dengan tujuan mengetahui seberapa besar manfaat yang muncul atas eksperimen ini.

Penelitian campuran yang menggabungkan antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif dipilih oleh penulis agar dapat saling melengkapi hasil dari penelitian yang ingin dibuktikan. Penulis mewawancarai ketua lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodingiratan dan 2 responden dari 27 responden yang mengisi kuesioner untuk memperkaya dan memperkuat informasi yang terekam dalam kuesioner.

Dari hasil penelitian yang dilakukan terbukti adanya manfaat dari penggunaan video siaran PIK Indosiar sebagai sarana audio-visual dalam katekese umat di lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan. Hasil wawancara dan hasil kuesioner semakin memperkaya temuan yang ada dalam penelitian ini.

Penulis merekomendasikan kepada lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan untuk menunjang kegiatan katekese melalui usaha peningkatan kemampuan katekis, sinergi dan keterbukaan umat lanjut usia, dan sikap bijaksana anak-anak dan orang muda dalam memanfaatkan teknologi. Penulis juga merekomendasikan agar SAV PUSKAT meningkatkan promosi dan membuat akses yang mudah bagi umat untuk memanfaatkan materi video siaran PIK sebagai sarana pewartaan. Progam studi PAK USD mendorong agar seluruh dosen dan karyawan untuk memanfaatkan media audio-visual sebagai sarana berkatekese dalam berbagai kegiatan akademik di kampus maupun pembelajaran di luar kampus, khususnya para mahasiswa dapat memanfaatkan materi video siaran PIK sebagai sarana berkatekese dalam praktik di lapangan.


(2)

ABSTRACT

This thesis is entitled THE BENEFITS OF PENYEJUK IMANI KATOLIK TV PROGRAMS ON INDOSIAR AS MEDIA FOR CATECHESIS AMONG THE PEOPLE IN THE COMMUNITY OF SAINT IGNATIUS LOYOLA COKRODININGRATAN, THE PARISH OF SAINT ALBERTUS AGUNG JETIS YOGYAKARTA. This title is chosen based on the reality that the development of technology is very rapid from age to age and it affects all aspects of human life. One of the most popular communication technology is television. Television is attractive, because it combines audio and visual which affects the emotion of the people. Television broadcast various contents such as science, information, news, entertainment etc. and sometimes it has special mission to the audiences. Based on this development, the proclamation of the kingdom of God is done in a way that answers the need of the people. One of them is Penyejuk Imani Katolik (PIK) programs on Indosiar. This program proclaims the religious values using television language which is full of symbol, pictures, songs and stories. The reality mentioned above motivated the writer to do a research on the benefits of Penyejuk Imani Katolik TV Program in proclaiming the kingdom of God. That is why the writer designed a process of catechesis in a catholic community using PIK TV programs. The themes were chosen based on the need of the community.

The writer integrated two research methods, i.e. qualitative and quantitative as well. The quantitative approach was used to complement the result of qualitative approach. Total respondents who filled up the questionnaires were 27 people. The writer interviewed two of them and also the chairman of the community of St. Ignatius Loyola in order to enrich and strengthen the information written in the questionnaires.

The result of the research showed that there were some benefits of using PIK TV Programs as media for catechesis among the members of the community of St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan. The result of the interview and their answer in the questionnaires strengthen the findings.

The writer recommends that the community of Saint Ignatius Loyola Cokrodiningratan supports the process of catechesis by improving the skill of the catechists, synergy and openness of the elder members, and motivates the children and adolescents in using technology wisely. The writer also recommends that SAV PUSKAT should improve the promotion and make access easier for the faithful to get the PIK program as a means of catechesis. The departments of PAK USD is recommended to encourage all lecturers and staff to use audio-visual media as a means of catechesis in various academic activities in campus and outside the campus as well. The students should be encouraged to take advantage of the material video broadcast of PIK as means of catechesis during their experiment in their respective schools.


(3)

MANFAAT VIDEO SIARAN PENYEJUK IMANI KATOLIK INDOSIAR SEBAGAI MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM KATEKESE UMAT

DI LINGKUNGAN SANTO IGNATIUS LOYOLA

COKRODININGRATAN PAROKI SANTO ALBERTUS AGUNG JETIS YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Progam Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Sheilla Putri Nur Sagita NIM: 121124008

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

(5)

iii .


(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada

Kedua Orang tuaku “Bapak Haryadi dan Mama Nursi”

Adik-adikku tersayang

“Joan Wibisono, Rizky Aditya Wardhana, Nabilla Cintya Bilqis” Penyemangat dan Kekasihku

“Heronimus Galih Priyambada” Sahabat Seperjuanganku

“Monica Alusiana Karisa Putri, Lidya Herawati, Andreas Sigit Kurniawan” “Progam Studi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma yang telah

mendidik dan memberikan pengalaman terindah di dalam hidupku” “Bangsa Indonesia dan tanah kelahiranku Yogyakarta”


(7)

v MOTTO

Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau

Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku.

Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya


(8)

(9)

vii ABSTRAK

Skripsi ini berjudul MANFAAT VIDEO SIARAN PENYEJUK IMANI KATOLIK INDOSIAR SEBAGAI MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM KATEKESE UMAT DI LINGKUNGAN SANTO IGNATIUS LOYOLA COKRODININGRATAN PAROKI SANTO ALBERTUS AGUNG JETIS YOGYAKARTA. Judul ini dipilih beranjak dari realitas mengenai perkembangan teknologi yang pesat dari zaman ke zaman, sehingga terus memengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia. Perkembangan teknologi yang saat ini akrab yaitu media audio-visual salah satunya adalah televisi. Manusia menggunakan televisi sebagai sarana yang menarik karena menggabungkan antara suara dan gambar menjadi satu. Televisi menyuguhkan berbagai tayangan pengetahuan, informasi/berita, bahkan membawa misi tersendiri terhadap para penikmatnya.

Berdasarkan realitas zaman, panggilan dalam mewartakan Kerajaan Allah mulai diusahakan sedemikian rupa agar menjawab kebutuhan yang ada saat ini. Salah satunya adalah munculnya progam televisi Penyejuk Imani Katolik (PIK) Indosiar dengan menyuguhkan nilai-nilai religius menggunakan bahasa televisi yang penuh dengan simbol, gambar, nyanyian, dan ceritera.

Hal tersebut di atas, mendorong penulis untuk mengetahui sejauh mana materi video siaran PIK Indosiar sebagai media audio-visual dapat dimanfaatkan dalam mewartakan Kerajaan Allah. Oleh sebab itu, penulis merancang sebuah progam katekese umat dengan memanfaatkan materi video siaran PIK Indosiar yang dipilih sesuai dengan tema yang diangkat dan melaksanakannya untuk dapat merancang penelitian dengan tujuan mengetahui seberapa besar manfaat yang muncul atas eksperimen ini.

Penelitian campuran yang menggabungkan antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif dipilih oleh penulis agar dapat saling melengkapi hasil dari penelitian yang ingin dibuktikan. Penulis mewawancarai ketua lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodingiratan dan 2 responden dari 27 responden yang mengisi kuesioner untuk memperkaya dan memperkuat informasi yang terekam dalam kuesioner.

Dari hasil penelitian yang dilakukan terbukti adanya manfaat dari penggunaan video siaran PIK Indosiar sebagai sarana audio-visual dalam katekese umat di lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan. Hasil wawancara dan hasil kuesioner semakin memperkaya temuan yang ada dalam penelitian ini.

Penulis merekomendasikan kepada lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan untuk menunjang kegiatan katekese melalui usaha peningkatan kemampuan katekis, sinergi dan keterbukaan umat lanjut usia, dan sikap bijaksana anak-anak dan orang muda dalam memanfaatkan teknologi. Penulis juga merekomendasikan agar SAV PUSKAT meningkatkan promosi dan membuat akses yang mudah bagi umat untuk memanfaatkan materi video siaran PIK sebagai sarana pewartaan. Progam studi PAK USD mendorong agar seluruh dosen dan karyawan untuk memanfaatkan media audio-visual sebagai sarana berkatekese dalam berbagai kegiatan akademik di kampus maupun pembelajaran di luar kampus, khususnya para mahasiswa dapat memanfaatkan materi video siaran PIK sebagai sarana berkatekese dalam praktik di lapangan.


(10)

viii ABSTRACT

This thesis is entitled THE BENEFITS OF PENYEJUK IMANI KATOLIK TV PROGRAMS ON INDOSIAR AS MEDIA FOR CATECHESIS AMONG THE PEOPLE IN THE COMMUNITY OF SAINT IGNATIUS LOYOLA COKRODININGRATAN, THE PARISH OF SAINT ALBERTUS AGUNG JETIS YOGYAKARTA. This title is chosen based on the reality that the development of technology is very rapid from age to age and it affects all aspects of human life. One of the most popular communication technology is television. Television is attractive, because it combines audio and visual which affects the emotion of the people. Television broadcast various contents such as science, information, news, entertainment etc. and sometimes it has special mission to the audiences. Based on this development, the proclamation of the kingdom of God is done in a way that answers the need of the people. One of them is Penyejuk Imani Katolik (PIK) programs on Indosiar. This program proclaims the religious values using television language which is full of symbol, pictures, songs and stories. The reality mentioned above motivated the writer to do a research on the benefits of Penyejuk Imani Katolik TV Program in proclaiming the kingdom of God. That is why the writer designed a process of catechesis in a catholic community using PIK TV programs. The themes were chosen based on the need of the community.

The writer integrated two research methods, i.e. qualitative and quantitative as well. The quantitative approach was used to complement the result of qualitative approach. Total respondents who filled up the questionnaires were 27 people. The writer interviewed two of them and also the chairman of the community of St. Ignatius Loyola in order to enrich and strengthen the information written in the questionnaires.

The result of the research showed that there were some benefits of using PIK TV Programs as media for catechesis among the members of the community of St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan. The result of the interview and their answer in the questionnaires strengthen the findings.

The writer recommends that the community of Saint Ignatius Loyola Cokrodiningratan supports the process of catechesis by improving the skill of the catechists, synergy and openness of the elder members, and motivates the children and adolescents in using technology wisely. The writer also recommends that SAV PUSKAT should improve the promotion and make access easier for the faithful to get the PIK program as a means of catechesis. The departments of PAK USD is recommended to encourage all lecturers and staff to use audio-visual media as a means of catechesis in various academic activities in campus and outside the campus as well. The students should be encouraged to take advantage of the material video broadcast of PIK as means of catechesis during their experiment in their respective schools.


(11)

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Bapa karena kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul MANFAAT VIDEO SIARAN PENYEJUK IMANI KATOLIK INDOSIAR SEBAGAI MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM KATEKESE UMAT DI LINGKUNGAN SANTO IGNATIUS

LOYOLA COKRODININGRATAN PAROKI SANTO ALBERTUS

AGUNG JETIS YOGYAKARTA.

Skripsi ini ditulis dengan maksud memberikan sumbangan pemikiran mengenai manfaat video siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat di lingkungan Ignatius Loyola Cokrodiningratan. Selain itu, skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis dengan setulus hati mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Drs. FX. Heryatno Wono Wulung, SJ. M.Ed. selaku Kaprodi PAK Universitas Sanata Dharma yang telah memberi dukungan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Drs. Y. Ispuroyanto Iswarahadi, SJ, M.A. selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan perhatian, meluangkan waktu dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberi masukan-masukan dan kritikan-kritikan,


(13)

xi

sehingga penulis dapat lebih termotivasi dalam menuangkan gagasan-gagasan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

3. Bapak Yoseph Kristianto, SFK, M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik yang terus menerus mendampingi penulis dan memberikan dukungan sampai selesainya penulisan skripsi ini.

4. Bapak P. Banyu Dewa H.S., S.Ag., M.Si. selaku dosen penguji skripsi yang telah mendukung penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Segenap Staf Dosen Prodi PAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing penulis selama belajar hingga selesainya skripsi ini.

6. Segenap Staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi PAK, dan seluruh karyawan bagian lain yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam skripsi ini. 7. Bapak Wahyu Suherman selaku Ketua Lingkungan Santo Ignatius Loyola

Cokrodiningratan dan segenap umat yang telah memberi dukungan dalam katekese umat dan penelitian dalam proses penulisan skripsi ini.

8. Angkatan 2012 yang telah memberikan pengalaman indah sebagai satu keluarga selama perjalanan studi di prodi PAK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

9. Bapak, mamah, dan adik-adikku yang telah memberi motivasi dan semangat dalam menempuh studi di prodi PAK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 10.Sahabat hidupku Heronimus Galih Priyambada yang telah memberikan


(14)

(15)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR SINGKATAN ... xxi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Penulisan Skripsi ... 1

B.Rumusan Permasalahan ... 4

C.Tujuan Penulisan ... 4

D.Manfaat Penulisan ... 5

E. Metode Penulisan ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II VIDEO SIARAN PENYEJUK IMANI KATOLIK INDOSIAR SEBAGAI MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM KATEKESE UMAT ... 11

A.Pengertian Media Audio-Visual ... 11

1. Media ... 11

2. Alasan Penggunaan Media ... 12


(16)

xiv

4. Audio-Visual ... 15

5. Kemungkinan dan Keterbatasan Audio-Visual ... 15

6. Media Siaran ... 17

7. Televisi sebagai Media Audio-Visual ... 18

B.Sejarah Video Siaran Penyejuk Imani Katolik (PIK) Indosiar ... 19

C.Komunikasi Media Televisi ... 21

1. Komunikasi ... 21

2. Komunikasi Media Televisi ... 22

D.Komunikasi dalam Pewartaan Iman ... 23

E. Komunikasi Iman dalam Katekese Umat ... 25

1. Sejarah singkat Katekese Umat ... 25

2. Komunikasi Iman dalam Katekese Umat ... 27

F. Media Audio-Visual dalam Berkatekese ... 29

1. Audio-visual dan Katekese ... 29

2. Katekese Audio-Visual ... 30

3. Konsekuensi Penggunaan Media Audio-Visual dalam Berkatekese ... 34

BAB III PENELITIAN KEMUNGKINAN PENGGUNAAN VIDEO SIARAN PENYEJUK IMANI KATOLIK INDOSIAR SEBAGAI MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM KATEKESE UMAT DI LINGKUNGAN SANTO IGNATIUS LOYOLA COKRODININGRATAN PAROKI SANTO ALBERTUS AGUNG JETIS YOGYAKARTA ... 36

A. Situasi Umum Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta ... 37

1. Sejarah Singkat Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta ... 37

2. Letak Geografis Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta ... 39

B. Situasi Umum Umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan ... 40

1. Sejarah dan Perkembangan Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan ... 40

2. Situasi Umum Umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan ... 42


(17)

xv

a. Jumlah Umat di Lingkungan di Lingkungan Santo Ignatius Loyola

Cokrodiningratan ... 42

b. Situasi Sosial dan Ekonomi Umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan ... 43

3. Karya-karya Pastoral di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan ... 43

C. Analisis Kebutuhan dan Usulan Tema-tema Katekese Umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta ... 44

1. Analisis Kebutuhan Umat ... 44

2. Usulan Tema-tema Katekese Umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta ... 47

a. Membangun Solidaritas Terhadap Sesama ... 47

b. Pendidikan Iman bagi Anak dan Remaja ... 47

D. Analisis Video Siaran PIK sebagai Media Audio-Visual dalam Kegiatan Katekese Umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta ... 48

1. Video Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar yang Terpilih sebagai Media Audio-Visual dalam Katekese Umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta ... 49

2. Analisis Video Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar ... 50

a. Membangun Solidaritas terhadap Sesama ... 50

1) Judul yang terpilih ... 50

2) Tanggal Siaran ... 50

3) Nomor Siaran PIK ... 50

4) Kesan dan Makna yang Didapat dalam Video Progam Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar ... 50

5) Bagian-bagian Penting dari Keseluruhan Tayangan ... 52


(18)

xvi

7) Manfaat yang Diperoleh serta Kebutuhan yang Terpenuhi ... 54

8) Siapa yang Diuntungkan oleh Progam Semacam ini? ... 55

b. Pendidikan bagi Anak dan Remaja ... 56

1) Judul yang terpilih ... 56

2) Tanggal Siaran ... 56

3) Nomor Siaran PIK ... 56

4) Kesan dan Makna yang Didapat dalam Video Progam Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar ... 56

5) Bagian-bagian Penting dari Keseluruhan Tayangan ... 59

6) Simbol-simbol dalam Tayangan ... 59

7) Manfaat yang Diperoleh serta Kebutuhan yang Terpenuhi ... 60

8) Siapa yang Diuntungkan oleh Progam Semacam ini? ... 61

E. Usulan Progam Katekese Umat ... 61

1. Pemikiran Dasar Progam Katekese Umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan ... 62

a. Membangun Solidaritas terhadap Sesama... 62

b. Pendidikan bagi Anak dan Remaja... 62

2. Tujuan Progam Katekese Umat ... 63

3. Progam Katekese Umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan ... 65

4. Satuan Pendampingan ... 69

a. Pertemuan 1 ... 69

b. Pertemuan 2 ... 75

5. Panduan Evaluator Progam Katekese Umat ... 80 BAB IV PELAKSANAAN, EVALUASI DAN PENELITIAN PROGAM

KATEKESE UMAT DENGAN MEMANFAATKAN VIDEO SIARAN PENYEJUK IMANI KATOLIK INDOSIAR SEBAGAI MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM KATEKESE UMAT DI


(19)

xvii

COKRODININGRATAN PAROKI SANTO ALBERTUS

AGUNG JETIS YOGYAKARTA ... 82

A. Pelaksanaan Progam Katekese Umat dengan Memanfaatkan Video Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai Media Audio-Visual di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta dan Evaluasi Progam Katekese Umat ... 82

1. Laporan Pelaksanaan Progam Katekese Umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta ... 82

a. Pertemuan Pertama: “Membangun Solidaritas terhadap Sesama” ... 82

b. Pertemuan Kedua: “Pendidikan bagi Anak dan Remaja” ... 90

2. Hasil Wawancara dengan Narasumber terkait dengan Evaluasi Progam Katekese Umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta ... 93

B. Penelitian tentang Manfaat Video Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai Media Audio-Visual dalam Katekese Umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta ... 97

1. Persiapan Penelitian ... 97

a. Permasalahan Penelitian ... 97

b. Tujuan Penelitian ... 98

c. Jenis Penelitian ... 98

d. Tempat dan Waktu Penelitian ... 99

e. Responden Penelitian ... 99

f. Teknik Pengumpulan Data ... 99

g. Teknik Analisis Data ... 100

h. Variabel Penelitian ... 100

1). Variabel ... 101

2). Penyusunan Kisi-Kisi ... 101

2. Laporan Hasil Penelitian tentang Manfaat Video Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai Media Audio-Visual dalam Katekese Umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta ... 106


(20)

xviii

a. Laporan Kuesioner ... 106

1). Pengetahuan dan Peranan Media Audio-Visual ... 106

2). Materi Video Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar ... 108

3). Pemahaman dan Proses Katekese Umat ... 110

b. Kesimpulan Hasil Penelitian ... 114

1). Media Audio-Visual ... 114

2). Materi Video Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar ... 115

3). Katekese Umat ... 116

c. Refleksi Pastoral Kateketis ... 117

1). Aspek Pastoral Kateketis dari Media Audo-Visual ... 117

2). Aspek Pastoral Kateketis dari Materi Video Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar ... 118

3). Aspek Pastoral Kateketis dari Katekese Umat ... 120

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 125

A. Kesimpulan ... 125

B. Saran ... 128

DAFTAR PUSTAKA ... 130

LAMPIRAN Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian (1) Lampiran 2: Hasil Evaluasi Penelitian dari Petugas Evaluator (2)

Lampiran 3: Contoh Lembar Kuesioner (10)

Lampiran 4: Contoh Hasil Kuesioner (13)

Lampiran 5: Presensi Progam Katekese Umat (16)

Lampiran 6: Dokumentasi Penelitian (18)


(21)

xix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Jumlah Umat Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis

Kelamin Umat ... 42

Tabel 2. Progam Katekese Umat ... 63

Tabel 3. Satuan Perencanaan Progam Katekese Umat dengan Tema Membangun Solidaritas terhadap Sesama... 65

Tabel 4. Satuan Perencanaan Progam Katekese Umat dengan Tema Pendidikan bagi Anak dan Remaja ... 67

Tabel 5. Kisi-kisi Penelitian ... 101

Tabel 6. Kuesioner Penelitian Manfaat Video Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai Media Audio-visual dalam Katekese Umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta ... 102

Tabel 7. Pengetahuan dan Peranan Media Audio-Visual... 106

Tabel 8. Materi Video Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar... 109


(22)

xx

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Teks Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia.

Mat. : Matius Mark. : Markus Luk. : Lukas Yoh. : Yohanes

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja DOKPEN : Dokumentasi dan Penerangan KOMSOS : Komunikasi Sosial

KOMKAT : Komisi Kateketik, Perangkat keuskupan yang membantu uskup dalam karya katekese

KWI : Konfrensi Waligereja Indonesia adalah Organisasi Gereja Katolik yang beranggotakan para Uskup di Indonesia PKKI : Pertemuan Komisi Kateketik Keuskupan se-Indonesia SAGKI : Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia


(23)

xxi C. Singkatan Lain

SAV : Studio Audio-Visual

SCJ : Sacerdotum a Sacro Corde Jesu (Imam-imam Hati Kudus Yesus)

SJ : Serikat Jesus

Pr : Praja

Rm : Romo

OMI : Oblat Maria Imaculatta ST. : Santo/Santa

PUSKAT : Pusat Kateketik

PIK : Penyejuk Imani Katolik PAK : Pendidikan Agama Katolik USD : Universitas Sanata Dharma TV : Televisi

SFT : Sekolah Tinggi Filsafat Telologi KU : Katekese Umat

KBG : Kelompok Basis Gerejani EO : Event Organizer

Km2 : Kilometer Persegi

TNI : Tentara Nasional Indonesia POLRI : Kepolisian Republik Indonesia OMK : Orang Muda Katolik


(24)

xxii TK : Taman Kanak-kanak

SEKAMI : Serikat Kepausan Anak dan Remaja Misioner LCD : Liquid Crystal Display

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

RR : Ragu-Ragu TS : Tidak Setuju

R : Responden

P : Pertanyaan

L/P : Laki-laki/ Perempuan WIB : Waktu Indonesia Barat

NO : Nomor


(25)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penulisan Skripsi

Perkembangan teknologi komunikasi dan telekomunikasi mengalami perubahan besar pada zaman ini. Budaya komunikasi dan informasi mengalami perubahan pesat dari zaman ke zaman dan mampu memengaruhi sikap dan cara pandang pengguna teknologi di dalam kehidupannya.

Pertumbuhan teknologi di zaman baru disemarakkan dengan adanya media komunikasi, terutama televisi yang mampu memersatukan seluruh dunia menjadi sebuah “desa dunia”. Informasi mampu diakses dengan mudah dalam waktu yang relatif singkat dan didukung gambar serta suara yang nyata, sehingga mampu menggambarkan keadaan yang terjadi pada sebuah peristiwa misalnya: tsunami, tindakan kriminal, kejuaraan, dll (Iswarahadi, 2013:79). Perkembangan media juga hadir melengkapi dunia dengan perangkat teknologi seperti komputer dan hand-phone yang dapat diintegrasikan dengan telekomunikasi, sehingga semakin menunjang komunikasi yang serba digital. Hal pokok yang perlu dicermati dari pertumbuhan teknologi adalah cara manusia dalam memanfaatkan perangkat komunikasi menjadi sarana komunikasi yang tepat bagi kebutuhan manusia ke arah yang positif demi kesejahteraan umum (Iswarahadi, 2013:20).

Gereja Katolik telah menyadari pentingnya media komunikasi untuk penyebaran iman dan mendukung persatuan jemaat. Pernyataan tersebut semakin ditegaskan melalui instruksi pastoral yang berkaitan dengan pewartaan dan media


(26)

misalnya di dalam dokumen Communio et Progressio, Evangelii Nuntiandi, Aetatis Novae, dll (Iswarahadi, 2013:21). Gereja Katolik memandang bahwa media massa seperti televisi sangat berguna untuk mewartakan nilai-nilai Injil. Gereja Katolik senantiasa menganjurkan orang-orang Kristiani untuk menggunakan media sebagai sarana menyebarkan nilai Kristiani dan bertindak lebih aktif bersama agama-agama lain guna menjamin kehadiran nilai-nilai religius di tengah arus kegiatan komunikasi massa (Iswarahadi, 2002:10).

Video Siaran Penyejuk Imani Katolik (PIK) sebagai hasil karya dari Studio Audio Visual Puskat, Sinduharjo, Yogyakarta (SAV Puskat) yang disiarkan sejak Februari 1995 di stasiun televisi Indosiar membuktikan bahwa perkembangan teknologi telah memengaruhi perubahan dalam cara mewartakan nilai-nilai religius di Indonesia. Pemanfaatan media televisi bagi pewartaan di zaman modern ditunjukkan melalui hasil produksi yang terus dikembangkan oleh SAV Puskat. Perubahan cara berkomunikasi tersebut digunakan agar pewartaan semakin terbuka dan peka terhadap hadirnya generasi baru yang membutuhkan sapaan yang tepat dalam berkomunikasi (Iswarahadi, 2002:6). Oleh sebab itu setelah disiarkan di stasiun televisi Indosiar, sebagian siaran PIK ditayangkan juga lewat alamat website www.savpuskat.or.id.

Media televisi saat ini masih menjadi media yang menarik bagi penikmatnya. Dalam televisi orang tidak hanya membaca melainkan dapat secara lengkap mendengarkan (audio) dan melihat (visual), sehingga dapat merasakan dan telibat pada suatu fenomena tertentu (Iswarahadi, 2003:29). Kemajuan yang ditunjukkan dalam media televisi membawa perubahan dalam upaya


(27)

mengaplikasikan fungsi-fungsi dasar komunikasi untuk tujuan-tujuan praktis (Badmomolin, 2003:31).

Isi sajian yang diangkat dari progam siaran Penyejuk Imani Katolik di Indosiar mengarah pada kegiatan katekese yang dikemas melalui media audio-visual yang menarik dan kreatif untuk disuguhkan kepada penikmat televisi. Konsep dari sajian tersebut mengingatkan kita tentang konsep dasar katekese yang secara jelas diungkap melalui anjuran apostolik dalam buku yang berjudul: “Catechesi Trandendae” artikel 1 (Sri Paus Yohanes Paulus II, 1992:9) yaitu

Tidak lama kemudian istilah “katekese” digunakan untuk merangkum seluruh usaha dalam Gereja untuk memperoleh murid-murid, untuk membantu umat mengimani bahwa Yesus itu Putera Allah, supaya dengan beriman mereka beroleh kehidupan dalam nama-Nya, dan untuk membina serta mendidik mereka dalam peri hidup itu, dan dengan demikian membangun Tubuh Kristus. Tidak pernah Gereja berhenti mencurahkan tenaganya untuk menunaikan tugas itu.

Katekese memiliki tujuan khas untuk mengembangkan iman dan memantapkan pendewasaan iman umat. Dengan kata lain katekese digunakan untuk mengembangkan pengertian tentang misteri Kristus dalam cahaya firman Allah, sehingga seluruh pribadi manusia diresapi oleh firman itu. Dengan kata lain seluruh proses katekese menjadi tahap pengajaran dan pendewasaan iman (Sri Paus Yohanes Paulus II, 1992:25).Oleh sebab itu, melalui skripsi ini penulis bermaksud ingin mengetahui sejauh mana manfaat video siaran Penyejuk Imani Katolik di Indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat yang dirasakan oleh lingkungan Santo Ignasius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta. Penulis mengangkat judul skripsi “Manfaat


(28)

Video Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar Sebagai Media Audio-Visual Dalam Katekese Umat Di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta”.

B.Rumusan Permasalahan

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa itu media audio-visual?

2. Apa itu video siaran Penyejuk Imani Katolik di Indosiar? 3. Apa itu katekese umat?

4. Sejauh mana manfaat video siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta?

5. Apa yang perlu diusahakan agar video siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar semakin bermanfaat sebagai media audio-visual dalam katekese umat?

C.Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penelitian ini di antaranya:

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan media audio-visual.

2. Mengetahui arti dan seluk beluk video siaran Penyejuk Iman Katolik di Indosiar.


(29)

4. Mengetahui manfaat video siaran Penyejuk Imani Indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta.

5. Mengetahui usaha yang perlu dilakukan agar video siaran Penyejuk Imani Indosiar semakin bermanfaat sebagai media audio-visual dalam katekese umat.

D.Manfaat Penulisan

Ada beberapa manfaat yang bisa dipetik dari penulisan skripsi ini. Bagi Peneliti:

1. Penulis dapat menyelesaikan penelitian mengenai manfaat video siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta sebagai tugas akhir studi.

2. Penulis memiliki pengalaman baru sebagai bekal dalam memanfaatkan video siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai media audio-visual yang dapat digunakan dalam proses katekese.

3. Penulis dapat mengetahui manfaat dari video siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat di lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta.


(30)

Bagi Studio Audio Visual Puskat, Sinduharjo, Yogyakarta:

1. Memberikan data ilmiah berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai manfaat video Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta.

2. Sebagai bahan refleksi bagi Studio Audio Visual dalam mengembangkan komunikasi iman melalui video siaran Penyejuk Imani Katolik di Indosiar.

Bagi Progam Studi Ilmu Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma:

1. Memberikan data ilmiah penelitian bagi para mahasiswa PAK USD sebagai hasil penelitian akhir studi.

2. Memberikan sumbangan pemikiran mengenai penggunaan media visual yang dapat digunakan dalam proses katekese.

Bagi Pembaca:

1. Memberikan informasi mengenai manfaat video siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat.

2. Sebagai bahan refleksi mengenai manfaat video siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat.

Bagi Umat:

1. Membagikan pengalaman dan informasi mengenai penelitian yang mengungkap tentang manfaat video siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar


(31)

sebagai media audio-visual dalam katekese umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta. 2. Sebagai bahan refleksi dalam memanfaatkan sarana teknologi untuk kegiatan

katekese umat di lingkungan Gereja.

3. Memberikan dorongan untuk memanfaatkan koleksi video siaran PIK Indosiar untuk kegiatan katekese.

E.Metode Penulisan

Dalam tugas akhir ini penulis menggunakan penelitian campuran yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif yang dipadukan untuk saling melengkapi. Teknik pengumpulan data yang akan diusahakan untuk melaksanakan penelitian di antaranya wawancara, angket (kuesioner), dan observasi.

Fokus penelitian ini ingin mengetahui sejauh mana manfaat dari video siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat di lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta. Beberapa video Penyejuk Imani Katolik akan dipilih sesuai dengan kebutuhan umat.

Penelitian sejenis yang pernah dilakukan antara lain:

1) A Case Study of TV for Evangelization: The SAV PUSKAT Catholic Programs on Indosiar (Yoseph Ispuroyanto, SJ. University of the Philippines Diliman, Quezon City. Oktober 1999).


(32)

2) Penelitian Penilaian Pemirsa terhadap Penyejuk Imani Katolik di Indosiar (Studio Audio Visual Puskat, Yogyakarta 2011).

Tahap penelitian yang dilakukan adalah:

1) Survai situasi umat: Survai dilakukan di lingkugan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta pada Sabtu, 09 April 2016 untuk mengetahui situasi nyata umat yang menjadi sasaran penelitian. Proses yang dilakukan dalam bentuk wawancara dengan mempersiapkan pedoman pertanyaan. Hasil dari wawancara tersebut disusun untuk menjadi pedoman awal penentuan tema-tema katekese yang sesuai dengan kebutuhan umat.

2) Menyusun progam Katekese Umat dengan memanfaatkan video Penyejuk Imani Katolik Indosiar: Setelah mengetahui situasi umat dan telah menentukan tema-tema yang sesuai dengan kebutuhan umat, progam katekese umat dapat disusun. Proses penyusunan progam katekese umat dimulai dengan mengajukan beberapa judul video yang sesuai dengan tema yang telah ditentukan kepada Studio Audio Visual. Peneliti mulai menganalisis beberapa video yang dipilih untuk menemukan makna dan kedalaman video untuk dapat dimanfaatkan sebagai media audio-visual. Progam Katekese disusun dengan satuan perencanaan yang sistematis sehingga memudahkan dalam pelaksanaan progam katekese umat.

3) Pelaksanaan progam: Pelaksanaan progam dilakukan dengan beberapa persiapan di antaranya perencanaan progam katekese umat, tempat, waktu, sarana, dan pra sarana. Pembina katekese yang mengatur jalannya proses


(33)

katekese adalah peneliti itu sendiri dengan didampingi evaluator yang bertugas untuk memantau dan mengevaluasi jalannya katekese umat.

4) Penelitian: Penelitian dilakukan dengan menyebarkan angket atau kuisioner kepada umat dengan beberapa pertanyaan terkait dengan penelitian. Hasil evaluasi dari umat dan evaluasi dari evaluator serta evaluasi dari pembina katekese digunakan untuk mendeskripsikan proses katekese umat yang telah berlangsung.

5) Merangkum hasil penelitian: Hasil penelitian dirangkum untuk mengetahui manfaat video siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta.

6) Rekomendasi: Berdasarkan hasil dari pelaksanaan progam dan evaluasi, peneliti merekomendasikan progam kegiatan katekese untuk Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta yang dapat dilaksanakan secara berkesinambungan dengan menggunakan bahan dari koleksi Studio Audio Visual Puskat berupa video siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar.


(34)

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah:

Bab I: Pada bab ini penulis memaparkan pendahuluan yang berisikan: latar belakang penulisan skripsi, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II: Bab ini membahas kajian teori mengenai video siaran Penyejuk imani Katolik Indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat di lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta.

Bab III: Bab ini membahas kemungkinan penggunaan video siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat di lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta.

Bab IV: Bab ini membahas pelaksanaan, evaluasi dan penelitian progam katekese umat tentang pemanfaatan video siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta.

Bab V: Bab ini merupakan bab terakhir dari seluruh pembahasan yang berisikan kesimpulan dan saran.


(35)

BAB II

VIDEO SIARAN PENYEJUK IMANI KATOLIK INDOSIAR SEBAGAI MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM KATEKESE UMAT

Kajian pustaka yang dipaparkan oleh penulis di dalam bab II ini membahas teori yang berkaitan dengan video siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat. Tulisan dalam bab ini terdiri dari enam aspek yaitu: Pengertian Media Audio-Visual, Sejarah Video Siaran Penyejuk Imani Katolik (PIK) Indosiar, Komunikasi Media Televisi, Komunikasi dalam Pewartaan Iman, Komunikasi Iman dalam Katekese Umat, dan Media Audio-Visual dalam Berkatekese.

A.Pengertian Media Audio-Visual 1. Media

Media adalah sarana yang digunakan untuk menyebarkan informasi kepada khalayak umum. Media digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal.

Media yang dikaitkan dengan proses komunikasi mengarah kepada media massa populer yang banyak dijumpai saat ini seperti radio dan televisi. Muncul sebuah keyakinan intuitif bahwa media massa dapat membentuk opini publik, memengaruhi tingkah-laku dan menentukan sistem politik. Selain itu banyak opini publik mengatakan bahwa media membawa banyak informasi yang


(36)

mengakibatkan semakin baik kesejahteraan sosial masyarakat (Badmomolin, 2003:47).

Efek langsung media massa pada perubahan tingkah laku tidaklah sebesar yang dibayangkan. Kenyataan adanya korelasi antara sumber-penerima informasi bertolak dari asumsi bahwa sang sumber yang berinisiatif memulai komunikasi, namun efektivitas komunikasi ini bergantung pada derajat penerimaan sang penerima informasi itu sendiri (Badmomolin, 2003:49).

Media dianggap mampu berpengaruh terhadap perkembangan demokrasi, revolusi industri dan teknologi. Setiap orang memiliki hak suara untuk ikut terlibat berbicara mengenai berbagai hal seperti jalannya pemerintahan dalam suatu negara, maupun ikut berpendapat mengenai urusan-urusan publik. Revolusi teknologi mampu menantang efisiensi media cetak bagi kebutuhan manusia zaman ini sehingga memunculkan aneka media baru seperti film, radio, dan televisi. Energi listrik dan transportasi menjadi dasar munculnya perkembangan radio, film, dan televisi (Rivers, 2003:51). Media Elektronik seperti film, radio, dan televisi memiliki latar belakang sejarah yang berbeda dengan media cetak. Teknologi menjadi sifat dasar dari media elektronik (Rivers, 2003:62).

2. Alasan Penggunaan Media

Muncul pertanyaan mengenai alasan mengapa manusia memberikan perhatian terhadap media. Selain itu banyak orang telah tergantung terhadap media sehingga sulit untuk menghindarinya. Media semakin dianggap penting


(37)

untuk digunakan ketika berhubungan dengan kebutuhan atau keinginan-keinginan khalayaknya. Usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosio-ekonomi, dan sebagainya memengaruhi cara orang menggunakan media dan alasan penggunaan media. Banyak faktor lain yang mampu memengaruhi seseorang untuk menggunakan media dan mengambil manfaat dari media di antaranya sikap individual, aspirasi, harapan, ketakutan, dan sebagainya (Rivers, 2003:313).

3. Budaya Media

Budaya merupakan pengetahuan, pengalaman-pengalaman, kepercayaan-kepercayaan, nilai-nilai, perilaku-perilaku, makna-makna, hirarki, agama, waktu dan berbagai obyek material serta segala sesuatu yang diperoleh sekelompok orang dari generasi-generasi baik secara individual maupun kelompok. Konsep tentang budaya adalah hasil dari suatu proses produksi intelektual atau artistik. Konsep tersebut mengarah kepada estetika seperti mengandaikan bahwa hanya sedikit saja atau sekelompok orang di dunia ini yang “berbudaya” dalam arti mempunyai budaya dalam suatu bentuk konkrit (Batmomolin, 2003:27).

Konsep tentang budaya mengacu pada kualitas yang dimiliki oleh semua orang di dalam semua kelompok sosial. Budaya berkembang secara evolusioner mulai dari tahap kebuasan (savagery) melewati tahap kebiadaban (barbarism) sampai akhir mencapai tahap peradaban (civilization) dan mengarah pada kesimpulan bahwa semua kelompok manusia mempunyai budayanya sendiri. Budaya dihasilkan dari partisipasi anggota kelompok terhadap kelompok sosialnya. Budaya merupakan hasil perpaduan berbagai hal yang menyangkut


(38)

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, kebiasaan, dan segala bentuk kepandaian atau ketrampilan yang diperoleh seseorang dari anggotanya dalam kelompok sosial tertentu (Badmomolin, 2003:26-28).

Tiap kelompok masyarakat memiliki budayanya sendiri, meskipun sekecil apa pun dan sesederhana apa pun. Setiap manusia merupakan makhluk yang berbudaya, bukan sekedar memiliki budaya melainkan ikut ambil bagian dalam suatu budaya (Badmomolin, 2003:30).

Melihat sejarah tentang kehidupan manusia, kita dapat mengamati adanya revolusi komunikasi yang mengubah kualitas hidup dan membawa perubahan sosial di dunia. Budaya media tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan dihasilkan melalui proses perkembangan yang panjang. Perkembangan yang dimaksud mengarah kepada kemajuan di bidang teknologi khususnya teknologi komunikasi dan informasi yang mengarah secara langsung dengan berpengaruh pada pemahaman tentang komunikasi, hakikat, fungsi, dan tujuannya (Badmomolin, 2003:31).

Budaya media merupakan perpaduan yang memesona antara gambar (image) dan suara (sound) yang dikemas sedemikian rupa, sehingga mampu menciptakan hal-hal yang serba spektakuler dari keseharian manusia. Media yang menjadi contoh konkrit yaitu televisi. Televisi menciptakan budaya yang mendominasi waktu-waktu senggang di antara pekerjaan rutin sehari-hari. Budaya media yang terbentuk memengaruhi pandangan-pandangan politik dan perilaku sosial penikmatnya (Badmomolin, 2003:39).


(39)

4. Audio-Visual

Perkembangan teknologi dalam sejarah kebudayaan manusia menghasilkan penemuan di antaranya roda, abjad, percetakan, dan mesin uap mampu merubah sistem komunikasi manusia. Peradaban manusia mulai dipengaruhi oleh penemuan serta membentuk manusia dalam proses kehidupanya. Mulai terjadi peradaban audio-visual sejak ditemukannya listrik. Dalam peradaban ini manusia tidak hanya dibentuk melalui huruf melainkan menembus gambar dan suara. Manusia zaman sekarang menjadi berubah dalam konteks manusia zaman sebelum peradaban audio-visual.

Manusia zaman audio-visual telah diperkaya dengan suara dan musik karena pengaruh gagasan-gagasan yang terbawa dalam penemuan listrik. Dapat dikatakan bahwa manusia zaman audio-visual merupakan perpanjangan dari diri manusia yang menyangkut tubuh, sistem urat syaraf, dan perasaan yang membawa perubahan terhadap sikap manusia (Ernestine & Adisusanto, FX., 2001:2).

5. Kemungkinan dan Keterbatasan Audio-Visual

Situasi yang terjadi mulai abad ke-20 abad modern sama sekali berbeda dengan situasi yang terjadi pada zaman lampau. Pada zaman lampau orang Kristiani memiliki keterikatan terhadap kata-kata, rumusan-rumusan yang seragam dan teliti, namun pada zaman sekarang mulai abad ke-20 hal semacam ini tidak memiliki arti lagi. Rumusan yang seragam dan logis justru membuat orang


(40)

kristiani berpikir dengan kaku, analistis dan logis sedangkan sekarang yang dibutuhkan justru menuntut iman yang hidup, intim, dan pribadi.

Tuntutan kebutuhan membuat bahasa audio-visual bermanfaat untuk memberikan kesempatan menyampaikan kata-kata yang teliti serta pengalaman yang menyeluruh. Bahasa yang diungkapkan oleh media audio-visual tidak sama dengan bahasa yang diungkapkan oleh media cetak, bahkan dengan bahasa lisan yang bermaksud menyampaikan inti pokok pembicaraan.

Media audio-visual tidak menggunakan bahasa doktrin atau ide-ide, melainkan merangsang perasaan seorang pribadi. Buku yang berjudul Katekese Audio-Visual Seri PUSKAT 378 (Ernestine & Adisusanto, FX., 2001:6) mengungkapkan bahwa:

Suara yang disampaikan melalui mike dan amplifier yang baik akan dapat mengungkapkan nafas dan isi hati pemilik suara. Hal ini membuat penyanyi dapat memesonakan orang banyak melalui suaranya. Tidak hanya suara, tetapi gambar-gambar pun juga dapat mengungkapkan perasaan, isi hati, bahkan seluruh pribadi si pembuat, entah pelukis, juru kamera, atau sutradara film. Jika demikian tidak mengherankan bahwa ada orang yang melihat film bukan untuk menikmati ceritera atau isi film tersebut, tetapi untuk memahami atau menyelami pribadi sutradara film tersebut. Pendek kata: melalui bahasa audio-visual kita tidak mau mengungkapkan suatu ide, tetapi mau menyampaikan pengalaman pribadi kepada orang lain.

Bahasa audio-visual memiliki keterbatasan dan risiko. Kreativitas, partisipasi, afektivitas, dan kesadaran kritis dituntut dalam bahasa audio-visual. Unsur subyektivitas menjadi peranan yang pokok, unsur subyektivitas mengandung resiko tidak adanya kejelasan, ketelitian, struktur, dan sintese. Meskipun resiko semacam ini selalu terjadi, bahasa audio-visual tidak berhenti


(41)

pada gambar atau suara saja sehinga dalam bahasa audio-visual kita juga dapat menjumpai pengetahuan meski tidak seteliti atau selengkap di dalam buku. Sementara itu unsur berpikir juga tidak hilang dalam bahasa audio-visual. Buku yang berjudul Katekese Audio-Visual Seri PUSKAT 378 (Ernestine & Adisusanto, FX., 2001:7) menjelaskan bahwa:

Bahkan ada orang yang mengatakan bahwa sebuah film atau sound-slides lebih banyak membuat dia berpikir daripada kotbah atau buku-buku. Hal ini menimbulkan pertanyaan pada diri kami: apakah pada dewasa ini tidak sedang menghilang cara berpikir, yang menekankan gagasan-gagasan terlalu teliti, kata-kata seragam dan logika yang kaku?

6. Media Siaran

Televisi memiliki hubungan terhadap fungsi sosial yang merujuk pada kehidupan sehari-hari, untuk memberikan hiburan terhadap diri sendiri, melepas kebosanan, kontak sosial, dan sebagainya. Dalam buku Media Massa & Masyarakat Modern (Rivers, 2003:315) dilaporkan sebuah penelitian mengenai apa yang sebenarnya dinikmati oleh para pemirsa dan pendengar film-film serial dan opera sabun di radio dan televisi. Muncul jawaban bahwa menikmati siaran tersebut membuat pengurangan beban emosional mereka. Penonton menikmati acara yang menyuguhkan keberuntungan dan kemalangan. Bahkan tidak menutup kemungkinan mampu menjadi sumber nasihat dan rujukan hidup sehari-hari, misalnya mengenai perilaku yang baik.

Ada tiga alasan untuk memahami kecenderungan yang dihasilkan oleh media siaran. Rasional atau tidak, ini yang dirasakan oleh jutaan pendengar radio


(42)

dan pemirsa televisi. Pertama adalah keinginan pemirsa untuk menerima bujukan bahwa segala sesuatu baik-baik saja. Kedua yaitu pengalihan kesalahan terhadap pihak lain. Ketiga mereka ingin mendengar saran-saran yang mudah untuk dapat merasa bahagia (Rivers, 2003:316).

7. Televisi sebagai Media Audio Visual

Media Audio Visual berangkat dari kemajuan teknologi yang berawal dari sejarah masa lalu. Penemuan-penemuan yang dihasilkan menghantarkan manusia kepada kehidupan yang baru. Penemuan yang dihasilkan dari sejarah masa lalu yang membawa manusia pada masa depan di antaranya seperti: phonograp (1877), gambar bergerak (1884), radio (1920), TV (1924), transistor (1948), video (1956), dan satelit (1957). Berbagai penemuan tersebut merupakan hasil perkembangan manusia ke arah kemajuan dengan usaha yang nyata melalui percobaan dan konsep pemikiran yang kreatif dengan dasar kebutuhan manusia dalam kehidupan. (Iswarahadi, 2003:17).

Televisi merupakan benda yang diciptakan manusia sebagai hasil dari teknologi dan mengalami perubahan dalam kemasan, perangkat atau piranti mesin, bahkan tampilan yang dihasilkan. Selain tampilan fisik yang ditunjukkan oleh televisi berlaku pula isi yang ditawarkan televisi kepada penontonnya. Televisi memadukan antara penglihatan (visual) dan pendengaran (audio) yang menghasilkan imajinasi tak terbatas dari kreativitas manusia.


(43)

Bahasa yang diungkapkan televisi merupakan bahasa simbolis, cenderung membujuk dan menggetarkan hati dan karenanya menggetarkan seluruh jiwa raga; bahasa yang penuh resonansi dan irama (Iswarahadi, 2003:31). Perpaduan antara visual dan audio menghasilkan media yang penuh dengan bahasa yang terungkap dari cerita, gambar, suara mendorong penikmatnya untuk berorientasi terhadap sesuatu hal. Televisi mempertajam dunia komunikasi kita dengan kombinasi suara dan gambar bergerak, sehingga menghasilkan realitas komunikasi yang mutakhir.

Realitas komunikasi yang dihasilkan oleh televisi terletak pada daya cipta dan kemampuan televisi memindahkan realitas pengalaman harian individu ke dalam layar kaca. Kehadiran televisi mengubah cara pandang manusia terhadap semesta, dirinya, dan sesama, pola pikir, cara beraktivitas dan bersenang-senang, gaya hidup dan tingkah laku individu. Orang mampu melihat sebuah dunia lain bahkan dirinya sendiri di suatu lingkungan dengan aktivitas-aktivitas yang sama dengan aktivitas di alam nyata (SFT Widya Sasana, 2010:71).

B.Sejarah Video Siaran Penyejuk Imani Katolik (PIK) Indosiar

Seiring dengan berdirinya Indosiar sejak 11 Februari 1995, Studio Audio Visual Puskat (SAV) Puskat mulai memproduksi video siaran televisi Penyejuk Imani Katolik yang pertama. Kesempatan tersebut diberikan untuk mengisi siaran televisi selama dua (2) minggu sekali tanpa dipungut biaya.


(44)

Pada awalnya Indosiar memberikan kesempatan kepada KOMSOS KWI untuk mengisi siaran. Melalui Romo Van Leeuven SCJ, tawaran untuk memproduksi progam siaran bagi Indosiar diterima oleh SAV Puskat. Tayangan-tayangan awal yang diproduksi SAV Puskat dapat dikatakan belum matang dari segi isi, karena bahan-bahan yang sudah ada lebih cocok untuk pertemuan kelompok daripada untuk siaran TV.

Kesempatan yang berharga tidak lekas disia-siakan oleh SAV Puskat, lambat laun video siaran PIK terus dikembangkan dan dikemas dengan cara yang lebih menarik. Dalam videonya SAV Puskat selalu berusaha mewartakan nilai-nilai religius dengan menggunakan bahasa televisi yang penuh dengan simbol, gambar, nyanyian, dan ceritera.

Sajian siaran PIK tidak hanya berfokus pada ajaran-ajaran Gereja melainkan nilai-nilai Injil. Enam (6) nilai Injil yaitu kebahagiaan yang datang dari Allah, perdamaian atau anti kekerasan, kemuliaan Allah, cinta sesama, ketaatan, dan cinta Tuhan pada orang miskin. Keenam nilai Injil tersebut diwartakan untuk membawa kebahagiaan bagi semua orang. Hal ini dipengaruhi oleh visi dan misi SAV Puskat di antaranya: 1) untuk menggali kekayaan tradisi spiritualitas dan kebudayaan demi kebahagiaan bersama; 2) untuk membangun masyarakat religius-pluralis yang cinta damai dan berkeadilan; 3) untuk melestarikan alam semesta dan kebudayaan lokal; dan 4) untuk mengangkat martabat rakyat kecil. Siaran PIK disajikan selama 30 menit. Dari 29 progam PIK yang diteliti pada tahun 1999 terdapat 5 macam format sajian, yaitu: majalah (17), dokumenter (7), film cerita (3), drama musikal (1), dan feature (1). Dalam setiap format tayangan


(45)

tersebut juga terdapat berbagai bagian di antaranya komentar presenter, cerita, tarian, nyanyian, wawancara, atau kuis berhadiah. SAV Puskat berusaha untuk menghindari sajian yang melulu head-talking (Iswarahadi, 2002:11). Siaran Penyejuk Imani Katolik (PIK) Indosiar tersebut masih berlangsung hingga penelitian ini dilakukan.

C.Komunikasi Media Televisi 1. Komunikasi

Komunikasi merupakan salah satu aksi manusiawi yang spontan dan merupakan tuntutan alamiah dan dasariah dari semua makhluk hidup, termasuk manusia dan kelanjutan eksistensinya. Komunikasi adalah sebuah proses yang dinamis, selalu berubah dan tidak pernah selesai. Komunikasi itu bersifat dinamis dan terus berubah karena kaya akan makna tergantung pada konteks pemahaman komunikasi itu sendiri. Komunikasi berasal dari akar kata bahasa Latin yaitu communicare yang berarti masuk ke dalam relasi, menjalin ikatan atau membuat jadi umum (Batmomolin, 2003:16-17).

Pada dasarnya komunikasi bersifat langsung dan tidak langsung atau termediasi. Komunikasi yang bersifat langsung terjadi ketika antara dua pihak secara langsung tanpa melalui sarana atau media yang bersifat artifisial. Komunikasi tidak langsung atau komunikasi termediasi adalah komunikasi yang mengalami proses produksi maupun proses penyaluran dengan perangkat sarana komunikasi massa atau teknologi tertentu (Badmomolin, 2003:20).


(46)

Komunikasi tidak langsung menjadi fokus yang up to date untuk diperbincangkan dewasa ini. Komunikasi yang berlangsung lewat sarana dan media komunikasi diciptakan oleh teknologi. Tujuan dasar dari komunikasi adalah untuk merangkul segala yang berbeda-beda ke dalam satu tujuan. Oleh sebab itu, komunikasi berlangsung terus dari yang bersifat pribadi kepada yang lebih umum dan sebaliknya, sehingga terjadi transformasi manusia baik secara pribadi maupun bersama-sama.

Komunikasi tidak dapat dipisahkan dengan budaya. Budaya membantu dalam proses komunikasi untuk menentukan pesan-pesan yang ditangkap, makna yang diberikan serta kondisi dan latarbelakang pesan, maupun interprestasi dari pesan. Kenyataan yang terjadi adalah bahwa seluruh aktivitas komunikasi kita bergantung pada budaya yang di dalamnya kita dibesarkan. Budaya merupakan dasar bagi komunikasi. Dapat dikatakan bahwa ketika terdapat perbedaan dalam hal budaya, maka ada pula perbedaan dalam cara berkomunikasi (Batmomolin, 2003:26).

2. Komunikasi Media Televisi

Media Komunikasi televisi ada pada era budaya baru dan menjadi faktor dominan karena popularitas dan pesonanya. Pengaruh media komunikasi televisi saat ini sudah tidak dapat diragukan lagi. Media televisi mampu memikat segenap perhatian dengan memengaruhi daya nalar yang ikut tereduksi. Tanpa disadari sebenarnya penonton sedang mengalami proses alienasi yang menjadikan


(47)

penonton begitu pasif. Di depan televisi seorang pemimpi hampir tidak pernah sadar bahwa ia sedang bermimpi (Batmomolin, 2003:81).

Seringkali pada setiap keluarga, televisi mendapat tempat istimewa sebagai bagian dari mereka. Terkadang TV menjadi pusat segala bahkan menjadi patokan dalam rutinitas keluarga. Pada jam-jam tertentu direncanakan untuk melihat progam siaran tertentu. Pesona televisi begitu ampuh menyihir penikmatnya oleh imaginasi yang bersifat audio-video-oral yang mengembangkan bentuk-bentuk komunikasi sensoris multi-dimensional yang memadukan gaya berbahasa dan pesan yang dikomunikasikan secara mudah untuk ditangkap dan dipahami. Gaya bahasa yang ditawarkan TV identik dengan kekhasannya pada logika yang tidak terlalu terikat dan etika yang terbuka (Badmomolin, 2003:84).

D.Komunikasi dalam Pewartaan Iman

Komunikasi iman yang diungkapkan dari pewartaan menjadi tujuan pokok Gereja. Komunikasi iman yang dimaksudkan menuju pada komunikasi yang mengarah pada perdamaian sejati. Komunikasi iman yang menyoroti perihal visi komunikasi inklusif perlu diusahakan terus menerus oleh Gereja maupun oleh agama-agama dan masyarakat pada umumnya dalam rangka menciptakan perdamaian sejati (Iswarahadi, Y.I, 2013:57).

Nilai-nilai yang dibawa oleh Yesus Kristus dalam Injil Mat. 5:1-12 mengajak kita untuk menghayati “Sabda Bahagia”. Sabda bahagia Yesus menawarkan kebahagiaan yang menghidupkan dan membawa keselamatan


(48)

melalui sikap sederhana penuh hormat terhadap hal-hal rohani termasuk tubuh kita yang merupakan bait kudus Allah, bukan hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi orang lain (Iswarahadi, Y.I, 2013:49). Perdamaian merupakan kerinduan dari manusia sejak dahulu kala bahkan oleh semua makhluk. Oleh sebab itu, pola komunikasi iman menghantarkan manusia menuju perdamaian yang dirindukan di dalam dunia yang semakin berkembang ini.

Pola komunikasi iman mengarah pada cita-cita hidup bersama dengan orang lain. Manusia ingin agar dunia ini menjadi tempat ia diakui sebagai pribadi yang merdeka dan diberi kesempatan untuk hidup bersama secara bertanggung jawab. Cita-cita yang begitu luas itu dapat terjadi ketika orang memerhatikan segi kehidupan dan penghayatan hidup (KWI, 1996:8).

Tugas mewartakan merupakan bagian dari keterlibatan Gereja dalam tri tugas Yesus yakni tugas nabi, tugas imami, dan tugas rajawi. Tugas nabi yaitu tugas pewartaan, tugas imami merupakan tugas pengkudusan atau perayaan, dan tugas rajawi diartikan sebagai tugas melayani. Gereja terus berusaha memberi makna dan pelayanan bagi hidup manusia (KWI, 1996:382).

Tugas pewartaan yang diungkapkan melalui proses komunikasi menjadi aksi manusiawi Gereja untuk menunjukkan eksistensinya. Murid-murid Yesus Kristus merasakan karya keselamatan-Nya melalui relasi komunikasi. Sabda Allah dalam diri Yesus dirasakan sebagai tanda yang manusiawi. Pewartaan para Rasul menjadikan daya untuk membangun Gereja, mereka mendirikan Gereja menurut kehendak Allah berdasarkan peristiwa penyelamatan dalam diri Yesus


(49)

Kristus. Tugas pewartaan tidak lain untuk mengaktualisasikan apa yang disampaikan Allah dalam Kristus sebagaimana diwartakan oleh para rasul. Dengan begitu Allah sungguh datang dan menyelamatkan mereka yang mendengarkan pewartaan Gereja (KWI, 1996: 383-386).

E.Komunikasi Iman dalam Katekese Umat 1. Sejarah Singkat Katekese Umat

Kata sambutan yang diungkapkan oleh Ketua Komisi Kateketik KWI pada Pembukaan PKKI VIII dalam buku Membangun Komunitas Basis Berdaya Transformatif lewat Katekese Umat (Komisi Kateketik KWI, 2005:6-10) mengajak kita untuk melihat sepintas sejarah singkat Katekese Umat (KU) dari PKKI-I sampai ke PKKI-VIII ini.

Katekese Umat (KU) mulai dicetuskan melalui Pertemuan Kateketik antar-Keuskupan se-Indonesia pertama (PKKI-I) yang berlangsung di Sindanglaya pada tahun 1977. Sebelumnya orang hanya mengenal istilah Katekese Sekolah dan Katekese Luar Sekolah, yang keduanya bersifat informatif, komunikasi searah, dari atas ke bawah sesuai dengan visi Gereja yang hierarkis-piramidal. Dengan mulai berkembangnya Gereja sebagai communio, peserta PKKI saat itu merasa bahwa katekese hendaknya mulai bersifat komunikatif. Katekese mulai dilihat sebagai komunikasi iman atau katekese dari umat, oleh umat dan untuk umat.


(50)

Katekese Umat telah dicetuskan, namun belum terlalu jelas. Di dalam PKKI-II yang dilangsungkan di Klender pada bulan Juni tahun 1980 dirumuskan ciri-ciri KU secara lebih jelas. Setelah Katekese Umat (KU) dilaksanakan di banyak keuskupan Indonesia, muncul kenyataan bahwa keberhasilan KU memiliki kebergantungan pada pembina atau fasilitator KU. Oleh sebab itu pembahasan mengenai Katekese Umat (KU) dilanjutkan di dalam PKKI-III yang dilaksanakan di Mojokerto pada tahun 1984. PKKI-III membicarakan Pembinaan Pembina Katekese Umat. Peserta dalam PKKI-III berkeyakinan bahwa seorang pembina Katekese Umat (KU) yang baik perlu memiliki dedikasi yang kuat, pengetahuan, dan ketrampilan yang memadai dalam berkatekese umat.

Melihat zaman yang terus berubah dari segi masyarakat yang majemuk dan kompleks, maka hidup beriman dalam dunia juga terpengaruh oleh arus globalisasi dalam berbagai bidang kehidupan yang penuh dengan tantangan. Katekese umat sebagai salah satu sarana untuk memperteguh iman mulai terkesan agak tertutup. Dalam PKKI-IV bulan Oktober tahun 1988 di Denpasar, Bali, mulai dibicarakan Katekese Umat yang bisa membina iman yang terlibat dalam masyarakat dengan mempergunakan analisis sosial.

PKKI-V melanjutkan pergumulan dalam pembahasan di PKKI-IV. Pertemuan ini dilaksanakan di Caringin, Bogor pada tanggal 22 Agustus s/d 1 September 1992 untuk membicarakan Katekese Umat dengan mempergunakan analisis sosial yang tetap dilihat dalam terang injil. Pemahaman yang ingin dikembangkan dalam “terang injil” yaitu menemukan sabda Allah yang hidup dalam situasi konkrit. Kemudian pembahasan tersebut diakhiri dengan


(51)

latihan-latihan menggunakan sarana Kitab Suci yang dipraktikkan dalam katekese umat yang berorientasi pada kemasyarakatan.

PKKI-IV yang berlangsung pada tahun 1996 di Klender menggumuli katekese umat yang membangun jemaat dengan orientasi Kerajaan Allah. Kemudian dalam PKKI-VII yang berlangsung tanggal 24 s/d 30 Juni 2000 di Sawiran, Jawa Timur, peserta menggumuli persoalan mengenai Katekese Umat dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan kelompok Basis Gerejani (KBG) yang mulai berkembang di banyak Gereja keuskupan sesuai seruan SAGKI 2000.

PKKI VIII - PKKI X menggumuli mengenai persoalan Kelompok Basis Gerejani (KBG) dan Katekese Umat (KU) dapat lebih berdimensi sosial politik, ekonomi, budaya, penggunaan media dan lain sebagainya.

2. Komunikasi Iman dalam Katekese Umat

Katekese merupakan sarana untuk bekerjasama dengan karya Allah melalui Yesus Kristus. Tujuan dari katekese ialah menyadarkan umat akan peristiwa hidup, merasakan dan mengamalkan daya kekuatan Kerajaan Allah serta mewujudkannya dalam hidup secara dinamis. Dinamika komunikasi berkatekese ialah Katekese Umat (KU) yang diungkap melalui pengalaman iman, tindakan iman, dan tindakan Allah (KOMKAT KWI, 1993: 65-66).

Komunikasi iman dalam Katekese Umat dirumuskan secara jelas sebagai hasil dari Pertemuan Kateketik antar-Keuskupan se-Indonesia yang kedua


(52)

(PKKI-II) dalam buku Membangun Komunitas Basis Berdaya Transformasif Lewat Katekese Umat (Komisi Kateketik KWI, 2005: 7), antara lain:

Katekese Umat adalah komunikasi iman atau tukar pengalaman iman antara kelompok umat, sehingga iman mereka semakin diteguhkan. Di dalam katekese umat penghayatan iman diutamakan walaupun pengetahuan iman tidak diabaikan.

Penghayatan iman itu diperteguh dengan bersama-sama melihat hidup nyata dalam terang iman kita kepada Yesus Kristus. Yesus Kristus hendaknya menjadi pola hidup kita.

Yang berkatekese umat adalah umat. Penekanan pada umat merupakan salah satu unsur yang memberi arah kepada katekese sekarang. Pemimpin dalam katekese umat hanyalah fasilitator. Peserta KU sederajat dalam berkatekese umat.

 Tujuan katekese umat ialah supaya peserta sesudah melihat hidup nyata dalam terang iman kepada Yesus Kristus, dapat bermetanonia, lalu berprakarsa untuk mengubah hidup nyata menjadi lebih baik dan Injili. Diharapkan KU punya daya transformatif.

Katekese Umat sebagai komunikasi iman juga dijelaskan dalam buku Katekese Umat (Yosep Lalu, 2005:67) bahwa Katekese Umat bertumbuh bersama dengan bergesernya visi Gereja, dari Gereja institusional yang bersifat hirarkis pramidal ke Gereja Umat Allah, Gereja Communio, Gereja Sakramen Keselamatan, Gereja Kaum Miskin, Gereja Pemberdayaan, dan Pemerdekaan. Dalam Gereja institusional katekese bersifat dari atas ke bawah, bersifat informatif, instruksional. Dalam Gereja post konsilier, katekese lebih komunikatif.

PKKI II menegaskan tujuan komunikasi iman dalam hubungannya dengan tujuan katekese umat ialah: supaya dalam terang Injil semakin meresapi arti pengalaman hidup sehari-hari; bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadirannya dalam kenyataan hidup sehari-hari; semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan semakin dikukuhkan dalam


(53)

hidup Kristiani; semakin bersatu dalam Kristus: makin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta; sehingga sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup di tengah masyarakat (Yosep Lalu, 2005:73).

F. Media Audio-Visual Dalam Berkatekese 1. AudioVisual dan Katekese

Gereja memiliki tugas pertama-tama untuk memberikan kesaksian iman. Tugas ini merupakan suatu proses yang telah berlangsung sejak lama. Berdasarkan sejarah tugas itu mulai dari berabad-abad lampau berawal dari pewartaan para rasul kepada para calon permandian, sampai dengan masa pelajaran-pelajaran agama pada abad pertengahan, dan zaman katekismus dari abad-16. Selama proses tersebut berlangsung telah terjadi perubahan-perubahan radikal sesuai dengan zamannya yang dipengaruhi oleh peradaban sampai dengan sekarang. Terjadinya perubahan peradaban dipengaruhi oleh perubahan dalam bidang komunikasi. Bila dihubungkan dengan pewartaan timbul pemikiran bila media komunikasi berubah maka cara pewartaan juga berubah. Katekese yang dilakukan oleh Gereja sebelum zaman cetak-mencetak yaitu liturgi. Liturgi merupakan wahyu Allah yang diasimilasikan dalam doa dan pengalaman beriman, serta diungkapkan dengan rumusan-rumusan yang sesuai dengan peradaban oleh teolog-teolog seperti St. Ignatius, St. Thomas Aquinas, dan sebagainya. Pada masa itu iman terasa hidup namun dianggap kacau (Ernestine & Adisusanto, FX., 2001: 4).


(54)

Pada tahun 1440 Santo Petrus Kanisius menemukan teknik cetak-mencetak yang memberikan pertolongan pada zamannya. Kehidupan pada zamannya di abad ke-16 dianggap kacau karena terjadi penyimpangan-penyimpangan yaitu agama merupakan percampuran antara jiarah, devosi, sihir, dan tahyul. Santo Petrus Kanisius hadir untuk membantu memecahkan persoalan tersebut dengan media cetak-mencetak, sehingga orang mampu mengerti apa yang mereka percayai dan hayati. Hal ini digunakan sebagai media untuk menyampaikan warta gembira, yang diungkapkan dalam rumusan-rumusan yang teliti.

Terjadi pewartaan iman abad percetakan, namun yang terjadi yaitu muncul pertanyaan bahwa bila kita melihat cara Yesus dalam menyampaikan warta-Nya tentu berbeda dengan yang terjadi pada abad percetakan. Yesus menyampaikan warta gembira melalui cerita-cerita dan sabda-sabda, namun sekarang kita mengenal pewartaan dalam bentuk teologi atau Katekismus tradisionil. Setelah teknik mencetak ditemukan, terjadi perubahan besar. “Sabda Kristus” terkandung dalam kata-kata yang tertulis, ke ulangan-ulangan yang seragam, yang memang dituntut oleh teknik cetak-mencetak. Pemikiran analistis dan logis juga diterapkan dalam mengungkapkan “Sabda Kristus” (Ernestine & Adisusanto, FX., 2001:5).

2. Katekese Audio-Visual

Audio-visual bukan sekedar gagasan yang diungkapkan melalui gambar dan suara melainkan perpanjangan elektronik yang menyangkut getaran pribadi


(55)

seseorang. Berdasarkan buku yang berjudul Katekese Audio-Visual Seri PUSKAT 378 (Ernestine & Adisusanto, FX., 2001:7-8) mengungkapkan bahwa:

Sehubungan dengan hal ini Pater Pierre Babin mengatakan bahwa katekese audio-visual ialah “pesan sejauh pesan menyeluruh pancaindera, perasaan, badan, gagasanku” (the massage in as much as the Message impresses nysensitivity, my feelings, my body, my ideas) (Pierre Babin, “Catechesis in the Audio-Visual Civilization”, dalam Good Tidings, Vol.XIII, May-June 1974, no.3, hal 360).

Santo Yohanes memberikan gagasan mengenai berkatekese audio-visual dalam suratnya yang pertama: “Apa yang telah ada sejak semula yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang firman hidup, itulah yang kami tuliskan kepada kamu” (1 Yoh. 1). Katekese Audio-visual dinyatakan sebagai penyampaian pengalaman pribadi sebagai seorang kristiani dengan tujuan bukan untuk memeroleh pengetahuan intelektual melainkan persaudaraan dengan kelompok orang yang percaya kepada Kristus.

Sebagai seorang kristiani, masing-masing memiliki pengalaman yang unik dan pribadi terhadap Kristus. Pengalaman tersebut terhubung dengan kesatuan ajaran Gereja, maka dari itu tidak terletak pada ungkapan-ungkapan yang teliti dan seragam, baik dalam kata-kata maupun gerak-gerik, tetapi dalam kenyataan/fakta adanya kesatuan komunio dan doa. Jelas bahwa katekese audio-visual bertujuan untuk menjalin persekutuan kristiani dengan cara mengkomunikasikan pengalaman pribadi tentang Yesus Kristus yang tidak berlawanan dengan kesatuan ajaran Gereja.


(56)

Penggunaan media audio-visual dalam pewartaan lebih menimbulkan iman dari pada menjelaskannya. Kita sedang menghadapi situasi medium yang lebih mendorong orang-orang ke kreativitas daripada ke keseragaman iman. Medium audio-visual mengajak peserta untuk saling berbicara, menyapa hati antar pribadi, memanggil untuk bertobat, dan mendorong mereka menuju pada tindakan (Ernestine & Adisusanto, FX., 2001:8).

Pandangan mengenai karya alat-alat komunikasi sosial sebagai sarana katekese tercurah dalam buku Aetatis Novae: Terbitnya Era Baru (Dewan Kepausan untuk Komunikasi Sosial, 1992:27) yaitu:

Kendati semua kebaikan yang dilakukan dan dapat dilakukannya namun media massa, yang dapat menjadi alat yang demikian efektip untuk persatuan dan pemahaman, dan dapat juga kadang-kadang menjadi alat dari suatu pandangan yang tidak tepat mengenai kehidupan, keluarga, agama, dan kesusilaan-suatu pandangan yang tidak menghormati martabat yang sejati dan tujuan dari pribadi manusia. Media massa haruslah menghormati dan ikut ambil bagian dalam perkembangan yang utuh dari pribadi yang mencakup dimensi-dimensi budaya, transendental dan keagamaan dari manusia dan masyarakat.

Media audio-visual menjadi salah satu sarana pewartaan Gereja masa kini. Di dunia modern ini telah banyak pengaruh teknologi mutakhir yang memengaruhi kehidupan manusia, sehingga tidak dapat dipungkiri juga berimbas pada kehidupan Gereja. Gereja yang hadir di dunia mau tak mau harus terbuka pada kenyataan yang terjadi. Artinya Gereja dapat memanfaatkan perkembangan teknologi untuk memperkembangkan Gereja itu sendiri. Pada zaman sekarang teknologi turut membentuk karakter seseorang dalam berkomunikasi dan berelasi. Tayangan televisi yang dibungkus secara menarik mampu menarik minat dari


(57)

penikmatnya dan terkadang mengesampingkan maksud dan tujuan tayangan tersebut. Hal tersebut sungguh disadari oleh para EO (event organizer) tayangan televisi, sehingga mereka berlomba-lomba untuk mempersiapkan dan membungkus acara sebaik mungkin dan terus mengembangkan usaha dengan berbagai teknologi informatika yang semakin mendukung kesuksesan event tersebut (Iswarahadi, 2003:75-76).

Contoh yang dapat kita ambil mengenai katekese audio visual dari buku Alkitab Deuterokanonika (Konfrensi Waligereja Indonesia, 2010:110) dalam bacaan injil 1Yoh 1:1.3. Isi ayat tersebut adalah:

1 Apa yang telah ada sejak semula yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan, dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup. 3 Itulah yang kami tuliskan kepada kamu. Apa yang telah kami lihat dan kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus”

Semakin jelas bahwa katekese audio-visual muncul dalam rangka mewartakan Kristus yang hidup sehingga semakin mempererat persekutuan sebagai murid Kristus. Oleh sebab itu, tugas katekese audio-visual merupakan usaha dan bentuk pewartaan (kerygma) Gereja melalui panca indra penglihatan dan getaran suara yang dapat menyentuh hati sehingga ketika orang mendengar pewartaan itu tersentuhlah hatinya dan beriman kepada Kristus.


(58)

3. Konsekuensi Penggunaan Media Audio-Visual dalam Berkatekese

Menurut buku yang berjudul Katekese Audio-Visual Seri PUSKAT 378 (Ernestine & Adisusanto, FX., 2001:9-10), jika kita ingin menggunakan medium audio-visual dalam pewartaan, ada beberapa konsekuensi yang perlu dipikirkan di antaranya: Cara pertama yaitu penyampaian iman tidak dianggap sebagai penyampaian doktrin, namun sebagai suatu pertemuan rohani dengan afektivitas yang otentik. Katekese audio-visual menyampaikan diri sendiri, bukan rumusan-rumusan yang seragam. Dalam berkatekese audio-visual iman justru harus dikomunikasikan melalui perasaan dengan getaran pribadi, bukan melalui kalimat-kalimat yang seragam. Berkatekese audio-visual dituntut adanya komunikasi iman timbal-balik antara katekis dan kelompok. Hal ini berarti bahwa kita menghayati iman dalam hati. Mungkin hal ini untuk beberapa orang tidak begitu mudah. Konsekuensi kedua yaitu tempat. Perhitungan tempat dan saat yang paling baik. Tempat yang paling baik adalah lingkungan yang sungguh-sungguh hidup, seperti keluarga, kring, stasi yang baik. Contoh katekese audio visual yang baik salah satunya adalah keluarga, dimana ayah, ibu, dan anak-anak bersama-sama memanjatkan doa, yang diungkapkan otentik dan sederhana. Konsekuensi ketiga yaitu bahan/materi katekese audio visual.

Tindakan pertama dalam mempersiapkan katekese audio-visual dengan membeli bahan-bahan, maka sikap tersebut tidak bijaksana. Bahaya yang ditimbulkan, kita mampu jatuh ke dalam anggapan bahwa katekese audio-visual adalah suatu sistem atau metode. Hal yang terpenting adalah membentuk seorang


(59)

katekis dari tipe baru, yang mampu bersikap nyaman dengan tubuhnya sendiri, terbiasa dengan simbol dan peradaban audio-visual (Ernestine & Adisusanto, FX., 2001:10). Ketika kita hendak memilih bahan, pilihlah dengan baik, tujuannya bukan untuk memberikan peserta katekese audio-visual dengan bahan, melainkan mengantarkan mereka untuk mencapai medium yang tepat. Dengan pertolongan medium tersebut, peserta sendiri dapat menciptakan bagi diri sendiri bahasa iman mereka. Untuk mencapai tujuan semacam itu, katekis juga perlu memiliki gambar, slide, kaset, bahkan musik yang tepat (Ernestine & Adisusanto, FX., 2001:11).


(60)

BAB III

PENELITIAN KEMUNGKINAN PENGGUNAAN VIDEO SIARAN PENYEJUK IMANI KATOLIK INDOSIAR SEBAGAI MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM KATEKESE UMAT

DI LINGKUNGAN SANTO IGNATIUS LOYOLA

COKRODININGRATAN PAROKI SANTO ALBERTUS AGUNG JETIS YOGYAKARTA

Seluruh kegiatan yang dilakukan oleh Gereja dalam tugas perutusannya di dunia selalu bertitik tolak dari situasi umum yang dirasakan dan dihayati oleh umat setempat. Pemenuhan kebutuhan secara kontekstual menjadi efisien dan tepat guna. Sejarah perkembangan iman yang terjadi di wilayah maupun lingkungan dalam Gereja juga tidak lepas dari perumusan visi dan misi dalam seluruh usaha terciptanya Kerajaan Allah.

Usaha untuk mengenal situasi umum Gereja secara lebih mendalam mampu membantu kita untuk mengenal dan mengetahui perjalanan pertumbuhan iman dalam sebuah kesatuan umat. Proses mengenal memungkinkan kita untuk mampu menemukan pokok-pokok keutamaan yang dapat semakin dikembangkan di tengah hidup umat.

Di dalam bab III ini penulis memaparkan penelitian kemungkinan penggunaan video siaran Penyejuk Imani Katolik (PIK) Indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta. Aspek-aspek yang diungkap yaitu: Situasi umum yang terjadi di Paroki Santo Albertus Agung Jetis, situasi umum yang terjadi di lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan sebagai tempat penelitian berlangsung, analisis kebutuhan dan


(61)

usulan tema-tema katekese umat, analisis video siaran PIK sebagai media audio-visual dalam kegiatan katekese umat, serta usulan progam katekese umat.

A.Situasi Umum Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta 1. Sejarah Singkat Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta

Paroki Santo Albertus Agung Jetis terbentuk dari perubahan status yang panjang. Berawal dari gagasan Pastor Sumaatmadja pada tahun 1952 dalam tugasnya sebagai pastor pembantu di Paroki Kotabaru untuk mengajak umat membagi Kring I Bangirejo, Kring II Gondolayu, dan Kring III Jetis sebagai bagian dari Paroki Kotabaru menjadi satu stasi.

Kesepakatan untuk menjadikan Kring I Bangirejo, Kring II Gondolayu, dan Kring III Jetis menjadi stasi mulai muncul pada tahun 1954. Melalui proses yang cukup panjang dan memakan waktu, akhirnya terbentuklah Stasi Jetis Paroki Kotabaru. Reksa pastoral Stasi Jetis Paroki Kotabaru untuk pertama kalinya diberikan kepada Bapak L Soekarno Siswapranata.

Setelah terbentuknya stasi yang baru, dampak besar dirasakan dalam hidup beriman umat. Kehidupan terasa semakin hangat dan penuh kebersamaan. Misa mingguan tetap diikuti di Gereja Santo Antonius Kotabaru, namun stasi yang telah terbentuk mendapatkan privilese untuk menyelenggarakan misa hari raya Natal dan Paskah sendiri di daerah yang termasuk dalam stasi Jetis. Lambat laun misa mingguan mulai diserahkan juga kepada stasi (Panitia 50th Gereja St. Albertus Agung Jetis Yogyakarta, 2015: 2-3).


(62)

Semangat menggereja yang ditunjukkan oleh umat stasi Jetis didengar oleh Mgr. Albertus Soegijapranata SJ, Uskup Agung Semarang. Bentuk perhatian yang diberikan oleh Mgr. Albertus Soegijapranata SJ kepada umat yang terasa sangat bergelora dalam semangat menggereja ditunjukkan dengan menugaskan Rm. Carlo Carri SJ untuk melayani reksa pastoral di stasi Jetis. Rm. Carlo hadir untuk menyiapkan rasul-rasul awam dan melakukan penjajagan untuk melihat kemungkinan membangun paroki dan gereja di stasi Jetis (Panitia 50th Gereja St. Albertus Agung Jetis Yogyakarta, 2015: 4-5).

Melalui proses yang panjang dalam berbagai pengalaman, harapan umat stasi Jetis rupanya didengar oleh Tuhan. Gambaran akan terbentuknya Paroki baru mulai dapat terwujud. Pada tahun 1962 mulai dirintis peralihan stasi menjadi paroki dengan didampingi Rm. Carri, bapak Soeparman dan bapak Dibyohardiatmodjo (Panitia 50th Gereja St. Albertus Agung Jetis Yogyakarta, 2015: 8-9).

Pada tanggal 02 Agustus 1964 terjadi peristiwa yang penting bagi umat stasi Jetis. Menjelang akhir khotbah Rm. Heribertus Natasusila yang telah satu tahun ditahbiskan untuk melayani stasi Jetis, beliau mengungkapkan bahwa Stasi Jetis telah berdiri sendiri menjadi Paroki Jetis. Mulai saat itu secara organisasi Gereja sudah terpisah dari Paroki Kotabaru dan menjadi Paroki yang otonom, mandiri, dan harus dapat mencukupi kebutuhan diri sendiri (Panitia 50th Gereja St. Albertus Agung Jetis Yogyakarta, 2015:15-16).


(63)

Atas izin dari Keuskupan Agung Semarang, sebenarnya sejak bulan Januari 1965, status sebagai Paroki telah dipegang dan telah memiliki buku babtis serta buku data perkawinan secara mandiri. Meskipun telah dinyatakan sebagai Paroki Jetis, hingga kini statuta atau surat keputusan sebagai dokumen resmi dari Keuskupan Agung Semarang yang menyatakan pendirian paroki masih dicari dan belum ditemukan kembali guna mengetahui dengan jelas kapan paroki ini terbentuk (Panitia 50th Gereja St. Albertus Agung Jetis Yogyakarta, 2015:17).

2. Letak Geografis Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta

Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta beralamat di Jalan AM. Sangaji nomor 20 Yogyakarta. Paroki ini merupakan bagian dari Keuskupan Agung Semarang Kevikepan Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.185,80 km2 yang terlelak di bagian Selatan Pulau Jawa.

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan bagian tengah yang berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Samudra Hindia. Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta berada di wilayah Kecamatan Jetis yang memiliki letak geografis di bagian Utara, sedangkan bagian Timur dibatasi oleh Kecamatan Sewon, bagian Selatan dibatasi oleh Kecamatan Pundong, dan bagian Barat dibatasi oleh Kecamatan Bantul.


(1)

(18)

Lampiran 6: Dokumentasi Penelitian

a. Progam Katekese Umat Pertama

Foto 1

Umat menonton tayangan video PIK Indosiar No. 88

Foto 2


(2)

(19) Foto 3

Persiapan Pemimpin Katekese Umat & Petugas Evaluator

Foto 4


(3)

(20) b. Progam Katekese Umat Kedua & Penelitian

Foto 1

Umat Menonton video siaran PIK Indosiar No. 97

Foto 2


(4)

(21) Foto 3

Pemimpin Katekese Umat, Peserta, dan Evaluator

Foto 4 Umat Berdoa


(5)

(22) Foto 5

Umat Mengisi Kuesioner

Foto 6


(6)

(23)

Lampiran 7 : Surat keterangan selesai Penelitian


Dokumen yang terkait

Katekese sebagai usaha untuk meningkatkan penghayatan iman umat di Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua.

0 6 125

Pengaruh sosok katekis terhadap minat umat dalam mengikuti katekese orang dewasa di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta.

0 1 173

Kesetiaan Maria sebagai teladan dalam hidup berkeluarga bagi ibu-ibu di lingkungan Santo Yohanes Pemandi Paroki Santo Albertus Agung Jetis, Yogyakarta.

0 0 134

Sistem pengendalian inti pada organisasi religius : studi kasus pada Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta.

2 21 215

Kesetiaan Maria sebagai teladan dalam hidup berkeluarga bagi ibu ibu di lingkungan Santo Yohanes Pemandi Paroki Santo Albertus Agung Jetis, Yogyakarta

0 0 132

Pengaruh sosok katekis terhadap minat umat dalam mengikuti katekese orang dewasa di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta

1 33 171

TEKNIK PERMAINAN DAN FUNGSI MUSIK TERBANGAN UMAT KATOLIK LINGKUNGAN PLATAR, PAROKI GEREJA SANTO IGNATIUS DANAN, KABUPATEN WONOGIRI.

1 9 171

Belajar dari kesetiaan iman Maria guna meningkatkan kualitas hidup beriman umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis - Yogyakarta - USD Repository

0 1 144

Sumbangan tayangan ``Penyejuk imani Katolik`` produksi Studio Audio Visual Puskat Yogyakarta sebagai salah satu bahan katekese audiovisual di lingkungan Santo Paulus Paroki Santa Maria Pengantara Lahat Sumatera Selatan - USD Repository

0 0 149

SISTEM PENGENDALIAN INTI PADA ORGANISASI RELIGIUS Studi Kasus pada Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta SKRIPSI

0 1 213