Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Diri Penderita HIV dan

Dalam keluarga saya pola asuh Patriarki, dimana lelaki yang memimpin keluarga dan yang cewek harus mengalah dengan lelaki itu ciri khas orang Jawa. Kalau Ibuk kalah dengan bapak, karena bapak dominan dan harus menjadi panutan dalam keluarga. Setiap kelurga mungkin berbeda-beda, keluarga Diah menganut pola asuh Patriarki dimana lelaki harus menjadi panutan dalam keluarga, yang perempuan harus ikut lelakinya. Keluarga Diah kental dengan adat jawa, maka dari itu Diah punya prinsip seperti keluarganya. 9. Adanya Perspektif Diri Yang Luas Memperhatikan pandangan orang lain tentang diri perspektif yang luas ini diperoleh melalui pengalaman dan belajar. Dalam hal ini usia dan tingkat pendidikan memegang peranan penting bagi seseorang untuk mengembangkan perpektif dirinya. Inilah kutipan wawancara bersama Diah: Pandangan terhadap saya baik, ramah, sopan, walupun ceplas ceplos inilah aku. Dan saya bisa menerima, itu semua adalah pendapat dari orang-orang sekitar. Kepribadian Diah merupakan ciri khas beliau karena pendapat orang lain merupakan masukan-masukan bagi Diah buat kedepanya. Perlu diperbaiki atau tidak dengan sifatnya, sikapnya dan tutur kata saat bicara. Penerimaan diri Diah bisa menyatu, dengan itu Diah melakukan apa saja itulah kebahagian Diah miliki. Pengalaman Diah menurut saya sudah cukup dengan masuknya kerja ke LSM, dari situ awal Diah memulainya dan sampai saat ini masih betah dengan pekerjaan yang di gelutinya. 10. Konsep Diri Yang Stabil Individu yang memiliki konsep diri yang stabil merupakan peneriman diri yang sudah menerima akan dirinya. Dengan itu semuanya akan menjadi lebih nyaman, termotivasi, dan gembira. Dari hal kecil tersebut merupakan konsep diri yang seharusnya setiap hari dilakukan dengan cara apapun. Pikiran yang positif, semangat, dan jujur awal yang menjadi lebih baik. Inilah hasil wawancara saya bersama Diah: Dalam psikologis saya baik-baik saja, bisa beradaptasi dengan keluarga, lingkungan, masyarakat dan tidak ada hambatan apapun Keseluruan secara psikologis tidak diragukan semuanya baik dan sehat, dengan itu Diah bisa melakukan kegiatan apa yang dia senangi entah itu hoby, pekerjaan di LSM atau lainya. Dari semanagat Diah merasa tidak ada kekurangan apaapun, dan bisa menerima akan keadaanya. Kebaikan Diah menjadi panutan bagi teman-temanya.

E. Trianggulasi Teori Penerimaan Diri

Patton dalam Poerwandari, 2001 mengemukakan empat macam trianggulasi anatara lain: 1. Trianggulasi data, menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil observasi, atau mewawancari lebih dari satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda. Dalam penelitian mewawancari satu significant other untuk masing-masing subjek. 2. Trianggulasi pengamat, adanya pengamat diluar penelitian yang turut memeriksa hasil pengumpulan data. Dalam penelitian ini, dosen pembimbing bertindak sebagai pengamat expert judgment yang memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan data. 3. Trianggulasi teori, penggunaan teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data data yang dikumpulkan sudah memenuhi syarat. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan berbagai teori yang telah dijelaskan pada bab dua untuk digunakan dan menguji terkumpulnya data tersebut. 4. Trianggulasi metode, penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode wawancara dan observasi. Dalam penelitian, peneliti melakukan metode wawancara yang didukung dengan metode observasi.

F. Trianggulasi Penerimaan Diri HIV dan AIDS

Berdasarkan hasil penelitian Diah memiliki peneriman diri yang positif. Sesuai dengan teori Bastaman 2007 penerimaan diri diartikan sebagai sikap seseorang yang merasa puas dengan diri sendiri, kualitas-kualitas dan bakat- bakatnya sendiri serta pengakuan akan keterbatasan diri. Dengan ini Diah menyadari akan pentingnya hidup, karena berawal dari menirima dirinya Diah bisa melakukan apa yang sudah direncanakan. Contohnya melakukan kegiatan entah itu hoby, pekerjaan kantor dan pekerjaan rumah. Dari situ apabila kegitan itu membuat hati senang pasti hoby tersebut akan memuaskan dan bangga akan dirinya. Hoby tersebut bisa dilakukan waktu longgar atau pada saat weekend. Hal itu dapat dilihat pada kutipan wawancara berikut: Hoby saya memasak, kuliner dan membaca buku mas. Tapi yang paling aku suka adalah memasak, biasa mas jadi ibu kalau enggak bisa masak gak enak sama ibuk. Yang saya enggak suka adalah mencuci piring, gelas dan perabotan masak. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Diah bangga dan senang akan dirinya, walaupun Diah punya penyakit. Penerimaan diri lebih berorientasi pada urusan personal individu. Individu mampu menghargai dan menerima dirinya apa adanya serta tidak menempatkan standar atau syarat yang tinggi diluar kemampuan. Kemampuan mampu mengukur diri kita, sampai mana kekuatan kita dan kekurangan yang perlu diperbaiki. Kutipan wawancara dengan Diah: Puas dengan keadaan seperti ini saya bangga akan diri saya walapun saya punya penyakit tidak membuat saya lemah, malah menjadi semangat hidup. Dari teman, saudara, dan keluarga semuanya saling mendukung dan memberikan support. Di kantor LSM tak ada yang saling menghina dan semuanya keluarga, dari situ Diah menjadi betah dan kerasan. Penerimaan diri dapat ditempuh dengan upaya mengasah keberanian untuk mengukapkan diri pikiran dan perasaan kepada orang lain. Pengungkapan diri dapat memberi informasi kepada individu tentang siapa dirinya sebab dari interaksi tersebut individu akan mendapatkan feedback yang berguana untuk memperkaya pengetahuan tentang dirinya. Pengungkapan pikiran atau perasaan hendaknya dilakukan secara asertif sebab tindakan tersebut lebih mendukung pada perkembangam kepribadian yang sehat dan dari pada cara agresif maupun pasif. Kutipan wawancara dengan Diah: Upaya saya untuk merubah diri ialah tanyakan pada diri saya dan mengetuk hati saya, apakah saya baik kepada orang lain , anak, keluarga dan teman. Semua itu saya tanyakan pada diri saya entah saya merenung maupun pada saat sholat. Komunikasi saya dengan keluarga dan teman, dengan itu kejujuran dan keterbukaan yang sama utamakan. Supraktiknya 1995 menerima diri adalah memiliki penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri atau tidak bersikap merendahkan terhadap diri PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sendiri. Tanpa disadari kekurangan dan kelebihan seseorang semuanya berbeda, dengan itu lakukan apa yang kita miliki tak perlu minder atau salah. Selama kita belum mencoba jangan takut, percayalah semuanya pasti ada jalan. Dalam penyesuian diri individu tidak mampu menyesuiakan diri menjadi tidak mampu untuk menerima dirinya sendiri. Ketika Diah memiliki penyakit maka individi harus menyesuiakan diri dengan penyakit tersebut agar penyakit dapat diterima menjadi bagian dari dirinya. Sebaliknya bila tidak mampu menyesuiakan diri maka individu cenderung mengembangkan reaksi negative bagi dirinya seperti terus menerus mengeluh, putus asa, frustasi, mengacuhkan dirinya, dll. Reaksi tersebut menunjukan bahwa individu berupaya melakukan penolakkan terhadap penyakit. Jika keadaan ini dibiarkan maka individu tidaka akan mampu menerima dirinya. Kutipan wawancara dengan Diah: Respon saya terkena HIV dan AIDS saya diam, merenung dan saat itu saya dirumah sakithanya tidur kalau tidak sholat biar tenang. Yang saya rasakan dalam pikiran saya jengkel. Marah dan kenapa harus saya terkena penyakit ini kok tidak orang lain. Lama kelamaan saya menyadari apabila saya seperti ini terus saya hanya mengeluh dan putus asa lebih baik saya jalani dengan keadaan seperti. Dan saya bisa meneriam semua ini dengn tegar.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini dipaparkan kesimpulan dan saran. Bagian kesimpulan memuat kesimpulan dari keseluruhan hasil penelitian. Bagian saran memuat saran untuk peneliti lain supaya dapat melakukan penelitian yang jauh lebih baik dari penelitian ini.

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan adalah dalam menghayati peneriman diri. Peneriman diri pada umumnya memegang prinsip dasar bahwa kehidupan perlu kita manfaatkan entah itu waktu, pikiran, dan perasaan. Dengan itu Individu bisa menghargai hidup dan semangat untuk menjali hidupnya. Subjek dalam penelitian ini mampu mengenali dirinya sendiri ketika membangun hubungan dengan oranglain, termasuk teman dan keluarga. Subjek juga menemukan cara yang tepat untuk dirinya ketika saat dia lemah dan terjatuh. Dengan mendekatkan diri pada tuhan pasti jalan kebenaran selalu ada. Semangat dan dorongan dari keluarga membuat subjek menjadi yakin dan percaya diri untuk melakukan aktifitas seperti menjadi motivator dalam seminar. Pengalaman yang dulu telah dilupakan, masa depan yang ingin diraih. Saran dan kritikan dari orang lain selalu buat acuan demi menjadi orang yang lebik baik dari kemarin. Waktu yang lama untuk menjadi lebih baik lagi, 52 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dengan pengorbanan dan perjuangan yang sampai saat ini subjek bisa menjadi semangat untuk menjali hidup.

B. Saran

Berikut ini dikemukakan saran bagi peneliti lain agar memperoleh hasil penelitian yang lebih baik: 1. Peneliti harus membuat pertanyaan terlebih dahulu dan membuat agenda pertemuan secara rutin. Tentunya berdasarkan kesepakatan antara peneliti dengan subjek 2. Peneliti harus memiliki kesiapan hati, waktu, dan tenaga untuk melakukan penelitian terutama dalam mencari informasi dari sumber-sumber yang telah ditentukan. 3. Lebih terbuka terhadap semua informasi. 4. Memiliki sikap empati terhadap setiap peristiwa yang dimaknai oleh subjek. 5. Memilih tempat yang kondusif ketika menggali informasi supaya peneliti benar-benar menangkap makna dari setiap informasi. 6. Membangun hubungan dengan baik dan relasi yang dekat agar subjek merasa nyaman dengan peneliti. 7. Menunjukkan penerimaan yang baik melalui komunikasi non-verbal atas setiap pernyataan yang diutarakan subjek. 8. Memiliki kreatifitas dalam menghadapi hambatan-hambatan yang ada, atau situasi yang terjadi di luar perkiraan peneliti.