BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Penerimaan Diri
1. Definisi Penerimaan Diri
Berdasarkan kamus lengkap psikologi yang disusun oleh Bastaman 2007, penerimaan diri diartikan sebagai sikap seseorang yang merasa
puas dengan diri sendiri, kualitas-kualitas, dan bakat-bakatnya sendiri, serta pengakuan akan keterbatasan diri. Ada dua hal penting dalam arti
penerimaan diri tersebut, pertama adanya persaan puas terhadap apa yang telah dimiliki, kedua adanya pengakuan akan keterbatasan yang
dimilikinya. Pengakuan dan rasa puas terhadap diri dapat mendatangkan rasa
berharga. Misalnya, individu mengakui akan ketidakmampuan berjalan bila tidak menggunakan alat bantu dan individu dapat menerima keadaan
tersebut. sikap yang demikian membuat individu tidak akan mencela diri sendiri ketika menemukan hambatan beraktivitas akibat cacat kakinya.
Individu yang dapat menghargai diri sendiri akan membantu proses penerimaan dirinya.
Menurut Supratiknya 2004 menerima diri adalah memiliki penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri, atau tidak bersikap
merendahkan terhadap diri sendiri. Ini berarti seseorang yang mampu menerima dirinya mampu melihat kebaikan sekaligus kekurangan yang
6 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ada dirinya. Penghargaan yang tinggi bukan berarti memiliki sikap tinggi hati, melainkan dapat menghargai diri sendiri beserta kekurangan dan
kelebihannya. Individu yang menghargai dirinya tidak akan mencela diri atas kekurangan yang dimiliki.
Keadaan kurang terkadang membuat individu memimpikan keadaan yang sebaliknya, yaitu kesempurnaan, namun senantiasa berada
pada mimpi akan membuat diri melayang dan lupa diri. Individu perlu menampak pada kenyataan yang ada tentang dirinya, agar proses
penerimaan diri menjadi lebih mudah. Schultz Duane 1991 mengungkapkan bahwa menerima diri dimaksudkan agar individu dapat
menerima keadaan diri sebagaimana adanya keadaan diri individu tersebut bukan khayalan dan impian. Usaha yang perlu dilakukan adalah
memelihara keadaan jasmaninya, wajah, kekuatan, kelembutan yang dimilikinya sendiri, serta memanfatkannya secara efektif. Misalnya, saat
individu memiliki kaki bengkok maka yang lebih utama dilakukan adalah merawat kaki tersebut dan menjaganya agar tidak terkena penyakit yang
dapat memeburuk keadaan kakinya, daripada mengkhayalkan dirinya menjadi seorang model.
Ketidakmampuan menerima diri sendiri membuat individu sering mengeluhkan hal-hal buruk tentang dirinya kepada orang lain. Keluhan
yang tidak berkesudahan dapat membuat orang lain terganggu, sehingga membuat orang lain menjaga jarak dengan individu tersebut. Terganggu
hubungan indivudu dengan orang lain dapat berakibat individu tertekan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
karena merasa tidak memiliki teman, sebaiknya jika individu dapat menerima diri sendiri maka itu dapat memberikan persaan yang nyaman
bagi individu yang bersangkutan dan lingkungannya. Artinya diri sendiri menjadi senang orang lain pun ikut senang.
Hurlock 1990 juga berpendapat bahwa menerima diri sendiri dapat menimbulkan perilaku yang membuat orang lain menyukai dan
menerima remaja. Ini kemudian mendorong perilaku remaja yang baik dan mendorong persaan menerima diri sendiri. Sikap menerima diri dapat
menentukan kebahagian seseorang. Dari berbagai pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa
penerimaan diri adalah kemauan individu untuk dapat mengakui dan menerima diri apa adanya diawali proses mengetahui kelebihan,
kekurangan, dan atribut pribadi lainnya, sehingga individu mampu membadingkan antara dirinya yang ideal dengan yang riil. Selanjutnya
individu mampu menyesuaikan diri dengan keadaaanya dengan cara memanfaatkan apa yang dimilikinya secara efektif dan memiliki tanggung
jawab untuk melakukan perubahan kearah positif tidak mengritik dan tidak bersikap merendah diri, menerima pujian secara wajar dan mampu
memberikan pujian, sehingga timbul rasa menghargai diri sendiri, mampu bersikap baik dan berani mengungkapkan diri kepada lingkungan. Dampak
yang ditimbulkan adalah persaan membuat diri sendiri dan orang lain mersa senang.