Apa alasan spesifik yang mendorong Anda mengikuti Program SM-3T dan PPG?

82 AMS anak didik itu pertama kali itu kita sendiri dulu yang menjadi contoh. Jadi belajar bahasa inggirs itu sangat penting dan guru harus selalu belajar dan belajar agar anak murid bisa meniru apa yang guru berikan kepada mereka. Jadi supaya mereka bisa berbicara bahasa Inggris dengan baik pertama kali itu guru dulu harus bicara bahasa Inggris dengan baik supaya mereka bisa meniru apa yang guru berikan. Becoming role-model P1: Oke, baik. Saya juga memiliki alasan yang sama, maksudnya menjadi guru seperti apa ke depan. Saya, yang pertama, saya ingin menjadi guru yang bisa memotivasi siswi saya untuk belajar bahasa Inggris dengan baik. Dan untuk menjadi guru yang seperti itu, yang pertama saya harus menjadi contoh mereka dalam artian saya harus mencintai bahasa inggirs terlebih dahulu sehingga mereka bisa melihat itu sebagai contoh untuk mereka mencintai bahasa inggirs menurut saya ketika peserta didik itu mencintai sesuatu yang mereka pelajari, maka mereka akan sungguh-sungguh belajar. Sehingga ketika mereka sudah mencintai pelajaran bahasa Inggris, itu apapun yang mereka lakukan itu akan senantiasa mereka buat untuk bisa mengacu bahasa Inggris lebih mendalam. Karena itu yang saya, pengalaman yang saya alami. Karena pertama kali saya suka bahasa Inggris itu waktu saya SMP kelas 2. Dan itu guru saya itu cara mengajarnya itu sangat-sangat berbeda. Kami pengetahuan kami itu kurang tetapi di sana itu dia selalu mengarahkan kami untuk bisa menggunakan bahasa Inggris. Itu kami dikasih satu percakapan, lalu kami diminta untuk bisa membuat percakapan dari, bisa mempraktekkan percakapan itu dan setelah itu dia memberikan arti dari setiap kata yang dikasih. Dan itu sangat memotivasi kami. Sehingga saya melihat kita semua belajar dari hal-hal sederhana. Dan dimulainya itu dengan karena dia tahu kalau kami yang cowok senangnya dengan bola, dia memberi contohnya itu dengan pemain-pemain bola dan di situ dia menanyakan speerti dari mana asalnya, namanya siapa. Saat itu saya sangat senang dan saya setiap hari dengan teman saya itu kami berdua sering membuat percakapan tentang pemain-pemain favorit kami. Dan itu yang membuat kami tu terus belajar. Dan akhirnya waktu SMP kelas 3, itu saya, dan dari situ ketika ada lomba pidato antar SMP, SMP saya itu SMP yang tidak ada nama waktu itu. Tetapi karena dengan dilatih dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83 tekun oleh guru saya ini, saya dan teman saya itu kami mendapat juara. Dan itu yang kami lawan itu adalah Cina sekolah-sekolah favorit, sekolah-sekolah Katolik waktu itu di daerah saya sekolah-sekolah Katolik itu sekolah-sekolah yang siswanya itu rata-rata Cina dan mereka sangat bagus. Tapi karena kehebatan dari ya saya mengatakan kehebatan dari guru kami itu kami bisa mengalahkan mereka meskipun ya kan awalnya tidak tertarik dengan bahasa Inggris tetapi karena cara mengajarnya begitu bagus akhirnya kami senang bahasa Inggris. Dan saya ingin menjadi guru yang seperti itu, ketika ke depannya nanti, artinya saya mau membuat siswa saya itu menyukai bahasa Inggris dengan hal-hal yang saya ajarkan itu lebih familiar atau yang dekat dengan mereka seperti itu. Jadi ingin menjadi guru yang seperti itu, yang mencintai bahasa Inggris terlebih dahulu sehingga bisa menjadi contoh siswi saya mencintai bahasa Inggris seperti saya. 84 APPENDIX B FGI 2 Almond Bakery and Cake 4 December 2016 at 6.30 – 8.00 p.m. Codes Utterance Sub-theme - - HRA MSES MSD R: Apa yang Anda ketahui tentang PPG? P3: Yang saya ketahui tentang PPG itu bagaimana membuat perangkat pembelajaran yang baik, bagaimana menjadi guru profesional, bagaimana mengembangkan media pembelajaran sesuai dengan topik yang akan dibicarakan. Jadi, saya pikir PPG itu berarti kita kuliahnya tentang itu. Pasti tentang media pembelajarannya, pengembangan media pembelajaran, terus bagaimana membuat perangkat pembelajaran yang baik, karena saya pernah mendengar teman-teman yang lain yang sudah PPG sebelumnya berkata seperti itu. Ada wor kshop, dan pasti nanti ada buat perangkat pembelajaran dan lain sebagainya. - - Self-esteem P2: Kalau yang saya ketahui juga sama seperti yang dibilang sama P3 bahwa kalau PPG itu lebih fokus kepada administrasi-administrasi sekolah, jadi lebih ke pengembangan silabus menjadi RPP, kemudian medianya, kemudian materinya dikembangkan, lalu kemudian ada pelatihan selama kurang lebih empat bulan di sekolah. Itu yang kami ketahui tentang PPG. Kemudian PPG itu wajib berasrama, tidak diizinkan untuk tinggal di kos-kosan atau memilih sendiri. Tetapi semuanya itu wajib mengikuti peraturan pemerintah. Kemudian PPG itu juga sudah ditetapkan waktunya. Jadi waktunya itu berdasarkan waktunya yang sudah ada di pemerintah. Jadi LPTK hanya mengimbangi. Kalau yang kami ketahui tentang PPG. Jadi PPG itu lebih kepada teknisi. Karena mungkin yang mereka pikirkan karena kami sudah S1 pasti yang harus dikembangkan itu adalah administrasi sekolahnya. Itu yang kami tahu tentang PPG. Jadi profesi itu lebih kalo dibilang lebih ke administrasi, ke teknisi. P1: Oke. Terima kasih. Kalau saya pertama kali saya mendaftar SM-3T itu saya dengar setelah SM-3T itu nanti diakhiri dengan PPG. Dan PPG itu mereka bilang itu Pendidikan Profesi Guru, Sehingga saya dari situ mengambil kesimpulan bahwa berarti PPG itu momen, kesempatan dimana kami dipersiapkan.Karena itu kan Pendidikan Profesi Guru jadi kami dipersiapkan betul-betul untuk menjadi seorang guru yang profesional. Di situ kami diberi workshop selama enam bulan, satu semester, dan itu berkaitan dengan pembuatan perangkat pembelajaran. Selain itu kami dilatih 85 untuk bagaimana menjadi guru yang mandiri juga bisa diatur. Karena kami selain secara rutin mengikuti workshop di kampus, kami juga mengikuti peraturan-peraturan yang dibuat di asrama. Sehingga di sini saya menarik kesimpulan bahwa kami tidak hanya belajar tentang bagaimana membuat perangkat pembelajaran yang berhubungan dengan sekolah yang nanti kami akan mengajar suatu saat nanti. Tetapi kami juga dilatih untuk bagaimana untuk hidup mandiri dan hidup sesuai aturan. Dan itu yang saya pahami dan betul apa yang saya pahami itu karena ketika berada di Sanata Dharma, selain mengikuti workshop secara rutin selama enam bulan dan belajar di sekolah selama empat bulan —PPL itu artinya PPG itu proses pembentukan calon-calon guru profesional, menjadi lebih baik dan profesional lagi. DKU HCT R: Apa yang Anda rasakan ketika akan menjalani PPG di Sanata Dharma? P1: Oke. Jadi yang pertama ketika mendengar bahwa kami PPG di Sanata Dharma, yang pertama rasa minder, takut, itu yang saya pribadi rasakan saat pertama kali mendengar nama Sanata Dharma. Ketika mengikuti PPG di Sanata Dharma, ketika saya mendengar cerita dari teman-teman saya sebelumnya, yang dulunya mereka itu di Undana, saya melihat ada perbedaan yang saya dapati di sana, dari cerita teman-teman yang sudah melewati PPG dan sedang proses PPG di Undana. Itu saya mendapat perbedaan. Seperti yang saya bilang, PPG itu kan fokusnya bagaimana mengembangkan perangkat pembelajaran dan juga bagaimana mengikuti peraturan di asrama. Tetapi di Santa Dharma saya merasa berbeda. Karena Sanata Dharma tahu bahwa menjadi guru profesional itu bukan saja menyangkut dengan perangkat pembelajaran, tetapi juga murid sendiri, maksudnya dari bidang yang dia menjadi basic ilmunya dia. Dan itu yang saya rasakan berbeda dari cerita teman-teman dan yang saya alami di sini. Jadi di Sanata Dharma kami tidak hanya dibekali dengan kemampuan membuat perangkat pembelajaran, kemampuan beradaptasi dengan peraturan di asrama, tetapi kami juga dilengkapi dengan kemampuan dasar dalam hal bahasa Inggris sebagai basic , ilmu yang sudah kami pelajari selama S1. Itu yang saya dapatkan di Sanata Dharma. Jadi, meskipun kami takut, awalnya kami minder, tetapi dengan kedekatan para dosen dan juga dengan cara-cara yang lebih dekat dengan kami, kami merasa kami terbantu. Dan itu yang menurut kami itu terobosan yang bagus. Karena kan kami sebagai seorang guru kan tidak selamanya berhadapan dengan perangkat pembelajaran tetapi yang lebih penting itu bagaimana kita menguasai ilmu kita dan menransferkan ke siswa-siswa kita. Itu yang saya rasakan. Terima kasih. Critical thinking P2: Oke sama juga dengan yang sebelumnya saya bilang, 86 RSC HSR bahwa awalnya itu ada rasa takut. Dan yang menjadi ketakutan terbesar adalah Sanata Dharma berada di Pulau Jawa. Nah di dalam konteks pemahaman kami bahwa pendidikan Jawa itu berbeda dengan pendidikan di daerah dimana kami tinggal. Tempat dimana kami akan melakukan PPL juga itu menjadi hal yang sangat menakutkan, sebenarnya. Jadi karena kita sudah tahu bahwa program PPG ini lima bulan akan workshop di dalam kampus dan selanjutnya itu harus mengajar di sekolah-sekolah yang berada di tempat dimana kita akan melaksanakan PPG itu. Jadi awalnya, itu hal terberat juga yang membuat saya takut ketika mendengar bahwa saya mendengar bahwa saya mendapat tempat di luar Pulau Jawa dan melakukan PPL di sekolah-sekolah di Pulau Jawa. Karena sudah tertera di dalam konsep kami masing-masing bahwa pendidikan di Jawa itu berbeda dengan pendidikan kami, khususnya untuk bahasa Inggris. Kalau bahasa Indonesia mungkin bisa tetapi untuk bahasa Inggris artinya yang sudah di dalam pemikiran kita adalah orang di Jawa itu bahasa Inggris mereka anak-anak SD, SMP, SMA, sudah high level . Nah bagaimana kita guru yang sama seperti saya yang mungkin masih standar kalau disamakan dengan anak SMP atau SMA itu sama rata. Nah itu juga yang sangat menakutkan tetapi ketika sudah ada di sini, ketika para dosen melihat kekurangan di dalam diri kami khususnya dalam kemampuan berbahasa Inggris, saya merasa aman. Mereka tidak menjauhkan kami tetapi mengangkat kami untuk maju. Kalau bicara tentang RPP, silabus, pengembangan media, itu pasti dengan sendirinya pasti akan bisa dilakukan. Tetapi kalau menyangkut dengan bahasa Inggris dan sebagainya itu perlu di drill , itu perlu diajar dan itu yang membuat kami sangat senang adalah ketika kelemahan kami itu dibuat dijadikan sebuah pembelajaran, dijadikan sebagai ada pengaturan aturan jadwalnya kami setiap hari Sabtu itu belajar grammar, kemudian banyak, ada tulisan-tulisan dari Pak Markus buat adalah bagaimana picture nya dideskripsikan, diceritakan, ya Mind Mapping dan sebagainya. Dan kami mendapat itu kalau itu dari aturan pemerintah ya seperti itu tidak ada. Tidak ada jadwal-jadwal yang kita untuk ke materinya, pendalaman akan materi kita. Dia lebih ke secara administrasi. Kemudian ketika saat saya berada di sini, banyak hal yang saya pelajari di sini, saya merasa sangat beruntung bisa mendapat bagian untuk melaksanakan profesi di tempat ini. Karena yang ada di dalam bayangan saya adalah saya mendapatnya di Kupang dan itu sama, menjalaninya mungkin tidak terlalu dipaksakan karena memang kita tahu kondisi keadaan di sana, tetapi beban terberat adalah ketika kita di luar dari daerah kita dan kita harus move on untuk bagaimana menyamaratakan apa yang ada di dalam diri kita untuk sama seperti sekolah- Self- adaptation 87 - sekolah yang ada di sini . Dan itu hal yang sangat-sangat... awalnya sih saat tahu mendapat di sini itu menakutkan. Tapi setelah menjalaninya, semuanya ternyata baik-baik saja. Dan bisa keluar dari ketakutan. - P3: Yang saya rasakan kurang lebih sama dengan P1 dan P2 rasakan. Campur aduk. Ada rasa bersyukur juga, terus ada rasa takut juga. Pikirnya kan dapat di Undana. Pasti kurang lebih seperti yang teman-teman ceritakan, teman- teman PPG yang kali itu ceritakan. Tetapi yang saya takutkan itu kan Sanata Dharma itu katanya bahasa Inggris-nya dengan Sastra Inggris-nya bagus. Jadi saya pikirnya aduh pasti dosennya itu disiplin dan pasti akan menakutkan. Tetapi saat kami ke sini, ternyata yang kami takutkan itu salah. Mereka begitu baik, terus sangat fleksibel. Terus apa yang diajarkan kepada kami itu betul-betul apa yang memang kami butuhkan. Biasanya kan hanya, maksudnya yang di Undana itu mereka banyak yang membuat media pembelajarannya, perangkat pembelajarannya, terus ekstrakurikulernya ada pramuka, tapi di sini kami menemukan hal yang berbeda. Fleksibelnya itu ada maksudnya selain belajar, kami juga melakukan hal-hal lain yang itu membuat kami lebih, apalagi maksudnya lebih apa ya bahasa Inggrisnya lebih bagus lagi seperti kegiatan LLTC, itu sebenarnya kan di luar kurikulum PPG ya mungkin. Tapi kami diikutsertakan dalam hal seperti itu. Jadi kami merasa beruntung karena mungkin mahasiswa- mahasiswa lain itu mereka membayar untuk mengikuti kegiatan itu tapi kami gratis saja mengikuti dan kami dapat sertifikat. Dan itu membuat saya oh bagus ternyata di sini. Rasa syukur saya itu bertambah, bertambah, dan bertambah. Jadi saya pikir, ternyata saya bisa juga. DKU AIS RSR HRA HC R: Apa yang Anda harapkan dalam menjalani Program PPG? P2: Harapan ya? Harapan sebelum memasuki PPG itu, yang pertama sama seperti P3, tau PPG itu seperti apa, profesi guru itu bagaimana —meningkatkan keprofesionalan seorang guru. Jadi harapannya ketika masuk PPG itu lebih profesional lagi. Profesionalnya itu kalau basic nya itu sebagai bahasa Inggris, ya lebih maksimal dalam pemahaman tentang bahasa Inggris. Kemudian kalau perangkat-perangkat lebih tau lah cara untuk lebih tau bagaimana membuat perangkat pembelajaran dan sebagainya. Tapi, saat menjalaninya ya di sini, baru saya sadar bahwa sebenarnya kalau yang namanya perangkat pembelajaran dan sebagainya itu seorang guru natural saja pasti tahu. Apalagi kalau kita tahu negara ini kan sering berubah-ubah kurikulumnyal, sering berubah-ubah peraturannya secara khususnya tentang perangkat pembelajaran. Jadi yang namanya profesional dalam membuat perangkat itu tanpa sekolah pun pasti tau, maksudnya tahu lah kalau kita sudah ada di sekolah, kita sudah tau apa yang mau dilakukan, spontan untuk bisa Building professional- ism 88 RDM AIS HLS AMS HC RSR HCT membuat RPP dan sebagainya. Dan saat itu saya pikir bahwa menjadi guru itu tergantung pada administrasi, ternyata tidak. Ada hal-hal lain yang perlu kita lihat bahwa menjadi guru itu kita profesional itu seperti yang diberikan Sanata Dharma itu yang pertama mencintai anak didik. Itu lebih penting. Kalau saya belajar di sini, itu lebih profesionalnya, itu yang mesti harus ditingkatkan. Kalau yang namanya administrasi, dengan sendirinya pasti akan ada. Kemudian mencintai anak didik, lalu kalau sudah mencintai anak didik, pasti anak didik itu akan tahu materinya itu seperti apa, karena kita sudah tahu bahwa kita harus mencintai anak didik. Saya rasa itu hal yang penting untuk seorang dikatakan profesional adalah ketika kita mencintai anak didik kita tidak hanya sekedar memahami materi dab administrasinya, tetapi bagaimana kita bisa dekat dengan anak didik sehingga pembelajaran itu bisa secara maksimal diserap oleh anak didik. Karena kalau kita lihat sekarang kan kedekatan antar guru dan siswa kan perlu profesional. Karena tidak semua guru bisa tahu tentang anak didiknya, tidak semua guru bisa dekat dengan anak didiknya. Jadi kalau yang saya, setelah baru saya menjalani ini, baru saya sadar saya tahu bahwa ternyata profesional itu yang terpenting adalah bagaimana kita mengatur emosional kita dengan anak didik kita, bagaimana kita dekat dengan anak didik kita, bagaimana —kalau kita sudah memahami materi tentang bahasa Inggris, pasti itu akan dengan sendirinya berjalan kalau kita sudah semakin dekat dengan anak didik. Priority on students P1: Baik. Jadi sebelum mengikuti PPG itu yang saya harapkan itu yang pertama saya ingin mendalami bahasa Inggris lebih baik lagi. Karena saya jujur, setelah dua tahun selesai kuliah, saya rindu saat mau kuliah lagi. Itu yang saya ingat. Jadi yang saya pikirkan itu, yang saya harapkan itu saya ingin lebih dalam lagi memahami tentang bahasa Inggris. Karena setelah kuliah empat tahun lalu saya terjun ke lapangan saya merasa masih kurang. Itu yang saya harapkan bahwa ketika saya kuliah PPG, saya bisa memperdalam, bisa lebih meningkatkan kemampuan bahasa Inggris saya. Dan itu mungkin doa saya yang mungkin Tuhan jawab. Makanya saya dapat di Jogja. Setelah saya sudah dua atau tiga bulan belajar di Jogja baru saya teringat kembali, wah ternyata harapan saya itu dengan sendirinya —tanpa sadar bisa dibilang terwujud. Jadi ketika saya tanya teman saya di Kupang itu mereka tidak ada yang pendalaman seperti ini, pendalaman materi selain membuat perangkat pembelajaran dan juga kegiatan ekstra, seperti kan kalau di Kupang kan mereka belajar tentang Pramuka. Dan itu rutin, setiap minggu itu harus. Saya pikir juga kan kami ini kan mengajarnya bahasa Inggris. Kita belajar Pramuka? Kan sudah ada guru yang mereka itu belajar tentang Pramuka itu sendiri. Terus kenapa kita yang basic nya bahasa Inggris kenapa kita harus