Apa yang membuat Anda termotivasi belajar melalui Program PPG?
78 begitu bagus. Tapi dengan seperti itu, kami juga
meskipun di pedalaman, kami memacu diri kami untuk belajar lagi karena orang-orang disana kalau kita guru
dari luar itu membuat kita itu bagus sehingga bisa membantu mereka dan kenadala yang lain itu mungkin
sumber buku juga. Buku yang kami bawa itu yang kami jadikan sebagai sumber belajar. Karena disana ada buku
yang kurikulumnya kurikulum 1984, 1994 masih dipakai. Jadi itu yang kami harus artinya materi yang
kami bawa itu ya seadanya tapi kami mampu berbagi kepada siswa-siswi dan guru-guru dengan materi yang
kami bawa itu. Jadi, itu kesulitan yang kami hadapi dan alami di daerah 3T.
AUO
R: Apa alasan spesifik yang mendorong Anda mengikuti Program SM-3T dan PPG?
P1: ketika saya pertama kali mendengar informasi tentang SM-3T, itu saya sudah mengajar jadi setelah
saya selesai tahun 2012, 2013 nya itu saya mengajar di SD sama SMA di NTT, khususnya Kabupaten Belu,
selatannya Timor Leste. Terus, teman saya dia mengikuti program ini terus dia dapatnya di Kalimantan,
Kalimantan Utara. Terus saya di telepon,
“Saya sekarang di Kalimantan Utara saya mengikuti program
SM-3T. ” Terus saya bilang ‘Itu programnya
bagaimana?’ Lalu diceritakan tentang SM-3T terus peluang kedepannya seperti apa dan dia ceritakan itu.
Saya berpikir program ini sepertinya kedepannya itu menjanjikan dan saya juga berpikir, saya sudah
mengajar tapi dari segi finansial, segi pendapatan itu sangat kurang, seperti itu. Dan ketika dia menceritakan
semua tentang itu, saya merasa sepertinya peluang untuk saya mengikuti program ini, terlebih lagi karena saya
sadar bahwa di daerah saya tinggal itu persaingannya sangat ketat dan persaingannya itu lebih seperti lebih ke
KKN artinya siapa yang punya relasi dan keluarga dia akan mendapat kesempatan lebih mudah. Dan saya
berpikir saya tidak punya relasi, saya tidak punya keluarga yang artinya di atas, yang bisamembantu saya.
Dan itu pengalaman yang saya alami ketika saya mengajar di SD kami itu dapat sekolah itu meminta
kami semua untuk mengurus NUMPTK itu saya sampai S08A, kalau S08B itu berarti dia NUMPTK nya sudah
jadi. Tapi waktu itu ketika kami kasih, kami masukkan datanya, tapi teman-teman punya itu di urus tapi saya
tidak. Nah itu buat saya merasa kecewa sekali. Dan saya Being
strategic PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
HEE RSC
berpikir ‘Ya tidak apa-apa’. Akhirnya, ketika program SM-3T ini dibuka, saya mendaftar secara diam-diam
tanpa sepengetahuan dari pihak sekolah, saya mungkin 1-2 minggu saya tidak masuk sekolah. Saya ditelepon
tapi saya tidak memberitahukan itu. Sampai akhirnya saya lulus dan saya honor 3 bulan saya tidak ambil.
Sampai saya berangkat dan saya pulang ya seperti itu. Saya diberi tahu kalau honor saya itu masih ada tapi
saya tidak diberi karena kepala sekolahnya sudah diganti, tidak apa-apa. Jadi motivasi saya untuk ikut
program ini yang pertama itu karena faktor dari luar artinya ada teman memotivasi saya, terus ada juga
faktor dari dalam diri saya sendiri karena saya mengalami situasi jadi lingkungan saya yang menurut
saya prospek kedepannya itu tidak bagus, jadi saya mengikuti program ini karena bagi saya program ini
menjanjikan karna selain berbagi dengan saudara- saudara kita yang ada di daerah lain, saya juga bisa
melihat daerah lain, bisa mengenal budaya lain, dan juga bisa mempersiapkan masa depan saya lebih bagus.
Commit- ment
P3: Motivasi awal mengikuti SM-3T karena ada sepupu yang sudah lebih dahulu mengikuti program ini, dia
dapat di Papua, 2 orang. Jadi mereka berikan saya informasi online kan pendaftarannya jadi dikasih link.
Ya awalnya itu tidak tahu juga nanti lulus. Biar saya kasih masuk berkas, terus tunggu, tes akademik begitu,
terus dinyatakan lulus dan ditempatkan di Kalimantan Timur. Awalnya, orang tua tidak mau untuk saya pergi,
begitu, karena mungkin kurang percaya. Kebetulan saya perempuan sendiri, jadi yang lainnya laki-laki kan. Jadi
bapak itu tidak mau. Kan untuk pergi kesana ada surat ijin orang tua dan ditandatangani terus ada blangko,
begitu kan. Awalnya saya sudah kasih surat itu satu minggu sebelum. Bapak itu masih belum memutuskan,
begitu, tapi karena ada dari mama bilang, sepupu saya
itu dia juga perempuan, ‘Kenapa dia saja bisa, kenapa kamu tidak? Jadi biarkan anak ini pergi’. Jadi bapak
saya menguatkan hatinya dan memberikan saya pergi merantau ke Kalimantan selama satu tahun. Saya senang
untuk mengikuti program ini juga saya kan Sarjana Pendidikan yang dasarnya mengajar. Jadi saya
mengikuti program ini karna saya suka mengajar. Selain itu juga saya ingin melihat tempat lain, seperti yang tadi
P1 bilang. Dan saya juga merasa bersyukur mendapat ikut program ni dan melihat sisi lain dari kehidupan.
80
- Maksudnya sisi lain mungkin budaya lain diluar sana
yang beragam. Jadi saya bersyukur.
-
P2: Oke. Kalau saya untuk dengar SM-3T ini saya tidak terlalu tahu tentang SM-3T. Dan ada teman saya dia
yang bilang bahwa ada pembukaan SM-3T. Kemudian dia bilang kamu mau ikut, saya bilang ya itu seperti
apa? Terus dia ceritakan SM-3T seperti ini. Lalu saya tidak mendaftar, dia yang mendaftar buat saya. Kita
berdua daftar, tapi dia yang daftar. Kemudian waktu setelah daftar waktu administrasi ternyata dia gagal,
saya yang lanjut. Kan ada harus ada administrasinya. Terus lanjut sampai tes dan karena motivasi untuk
motivasi sebagai guru sih kayaknya gak ada. Motivasinya lebih ke mau jalan-jalan keluar, mau
traveling karena kan di NTT berarti otomatis kita akan keluar Kalimantan atau Papua. Hari itu saya maunya ke
Papua tapi ternyata saya ditempatkan di Kalimantan. Jadi lebih ke untuk motivasi ikut SM-3T ini lebih ke
mau lihat suasana baru, mau lihat budaya baru, mau tau cara ngajar di tempat yang baru yang beda culturenya
dengan kita tuh seperti apa lebih kesitu.
HRA HC
HSR HSM
HSC AUO
AIS HLS
R: Ingin menjadi guru yang seperti apakah Anda dan seberapa pentingnya belajar Bahasa Inggris?
P2: Setelah saya belajar di sini, kemudian saya belajar banyak hal di sini, saya pingin sekali menjadi guru yang
pertama: memotivasi. Motivasi itu penting. Kalau kita punya ilmu tapi kita tidak memotivasi orang untuk
belajar pasti akan susah. Kami tahu bahwa kami di sini juga karena motivasi. Karena motivasi hal-hal positif
yang selalu disampaikan oleh kampus ini secara khusus Pedagogik Ignasian yang sangat-sangat menyatu dengan
kami dan kami, dan itu bagian dari suatu memotivasi buat kami. Yaitu bagaimana kami bersyukur kemudian
selesai, kemudian apa yang akan kami lakukan. Saya kalau untuk bahasa Inggris sendiri ya kalau untuk di
daerah kami, hal yang itu juga menjadi problem besar adalah kami di sana itu malu untuk ngomong pake
bahasa Inggris. Yang pertama itu ketika kami bicara pake bahasa Inggris pasti ada orang di belakang sana
atau teman di samping kita itu sombong dan berlebihan. Nah hal itu juga yang sangat-sangat membuat motivasi
kami untuk berbicara itu.. walaupun kami pingin ngomong-ngomong dan kalau bertemu dengan teman
sesama itu pingin bicara, mulut ini pingin bicara tetapi karena masih punya rasa tidak nyaman dengan orang-
Self- motivation
81
HSM UC
AMS HRA
RSR orang di samping. Dan yang saya kalau seandainya saya
pulang dan saya menjadi guru, saya pingin bahwa saya juga belajar. Mari kita sama-sama belajar bahasa
Inggris. Kita guru bahasa Inggris, kita bahasa Inggris, kita belajar ngomong dulu. Untuk yang lain-lainnya
nanti kita belajar sama-sama. Kalian belajar nanti saya juga belajar. Yang pertama adalah jangan malu dulu,
karena kami ini karena malu, karena nggak nyaman dengan orang di sekitar pada akhirnya membuat kita
semakin tenggelam, khususnya untuk pengalaman tentang bahasa Inggris. Ih berlebihan, ih lebay, iiihhh
pokoknya ada pandangan-pandangan seperti itu yang akhirnya membuat kita tidak punya.. ya saya ingin
ketika saya menjadi guru bahasa Inggris waktu pulang nanti hal itu yang mungkin bisa saya lakukan, yaitu ajak
bukan hanya teman, siswa, tapi juga teman-teman kita sama-sama belajar. Kemudian pingin jadi guru yang
karena kita culturenya kita di sana kan identik dengan masih identik dengan kekerasan apa yang kami pelajar
di sini secara khusus selama beberapa bulan PPL di sekolah itu suatu masalah yang sangat berat karena
culturenya kami adalah culture yang keras kemudian kami harus berhadapan dengan culturenya orang Jawa
yang lembut, yang harus sabar dan itu belajar supaya ketika kami pulang penyelesaian di dalam kelas itu tidak
harus dengan kekerasan, ada hal-hal lain yang bisa dilakukan.
Maintaining sense of
priority
P3: Pertanyaan ini seperti pertanyaan yang dikasih Pak Kus waktu kami berefleksi tentang Ignasian Pedagogy.
Waktu itu Pak Kus menanyakan hal yang sama, mau menjadi guru yang seperti apa. Terus saya menjawab
saya ingin menjadi guru yang selalu berpikir positif, yang cinta anak didik. Saya ingin menjadi guru yang
memotivasi karena saya juga termotivasi dari guru-guru dan dosen-dosen di sini, saya juga ingin menjadi guru
yang selalu berefleksi. Saya
juga pasti akan mengajarkan anak-anak didik saya untuk selalu
berefleksi agar apa yang mereka dapatkan itu mereka bisa lihat kenadala apa yang mereka hadapi, apa tindak
lanjut dari masalah yang mereka hadapi itu. Jadi seperti yang Pak Markus bilang, pertama itu syukur, terus sesal,
dan
so what next
itu pasti akan saya terapkan di kelas, di anak didik saya. Terus yang berikut itu kenapa penting
belajar bahasa Inggris karena memang kita guru bahasa Inggris. Jadi untuk mengajarkan bahasa Inggris kepada
82
AMS anak didik itu pertama kali itu kita sendiri dulu yang
menjadi contoh. Jadi belajar bahasa inggirs itu sangat penting dan guru harus selalu belajar dan belajar agar
anak murid bisa meniru apa yang guru berikan kepada mereka. Jadi supaya mereka bisa berbicara bahasa
Inggris dengan baik pertama kali itu guru dulu harus bicara bahasa Inggris dengan baik supaya mereka bisa
meniru apa yang guru berikan.
Becoming role-model
P1: Oke, baik. Saya juga memiliki alasan yang sama, maksudnya menjadi guru seperti apa ke depan. Saya,
yang pertama, saya ingin menjadi guru yang bisa memotivasi siswi saya untuk belajar bahasa Inggris
dengan baik. Dan untuk menjadi guru yang seperti itu, yang pertama saya harus menjadi contoh mereka dalam
artian saya harus mencintai bahasa inggirs terlebih dahulu sehingga mereka bisa melihat itu sebagai contoh
untuk mereka mencintai bahasa inggirs menurut saya ketika peserta didik itu mencintai sesuatu yang mereka
pelajari, maka mereka akan sungguh-sungguh belajar. Sehingga ketika mereka sudah mencintai pelajaran
bahasa Inggris, itu apapun yang mereka lakukan itu akan senantiasa mereka buat untuk bisa mengacu bahasa
Inggris lebih mendalam. Karena itu yang saya, pengalaman yang saya alami. Karena pertama kali saya
suka bahasa Inggris itu waktu saya SMP kelas 2. Dan itu guru saya itu cara mengajarnya itu sangat-sangat
berbeda. Kami pengetahuan kami itu kurang tetapi di sana itu dia selalu mengarahkan kami untuk bisa
menggunakan bahasa Inggris. Itu kami dikasih satu percakapan, lalu kami diminta untuk bisa membuat
percakapan dari, bisa mempraktekkan percakapan itu dan setelah itu dia memberikan arti dari setiap kata yang
dikasih. Dan itu sangat memotivasi kami. Sehingga saya melihat kita semua belajar dari hal-hal sederhana. Dan
dimulainya itu dengan karena dia tahu kalau kami yang cowok senangnya dengan bola, dia memberi contohnya
itu dengan pemain-pemain bola dan di situ dia menanyakan speerti dari mana asalnya, namanya siapa.
Saat itu saya sangat senang dan saya setiap hari dengan teman saya itu kami berdua sering membuat percakapan
tentang pemain-pemain favorit kami. Dan itu yang membuat kami tu terus belajar. Dan akhirnya waktu
SMP kelas 3, itu saya, dan dari situ ketika ada lomba pidato antar SMP, SMP saya itu SMP yang tidak ada
nama waktu itu. Tetapi karena dengan dilatih dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI