Apa yang Anda ketahui tentang PPG? P3: Yang saya ketahui tentang PPG itu bagaimana membuat

88 RDM AIS HLS AMS HC RSR HCT membuat RPP dan sebagainya. Dan saat itu saya pikir bahwa menjadi guru itu tergantung pada administrasi, ternyata tidak. Ada hal-hal lain yang perlu kita lihat bahwa menjadi guru itu kita profesional itu seperti yang diberikan Sanata Dharma itu yang pertama mencintai anak didik. Itu lebih penting. Kalau saya belajar di sini, itu lebih profesionalnya, itu yang mesti harus ditingkatkan. Kalau yang namanya administrasi, dengan sendirinya pasti akan ada. Kemudian mencintai anak didik, lalu kalau sudah mencintai anak didik, pasti anak didik itu akan tahu materinya itu seperti apa, karena kita sudah tahu bahwa kita harus mencintai anak didik. Saya rasa itu hal yang penting untuk seorang dikatakan profesional adalah ketika kita mencintai anak didik kita tidak hanya sekedar memahami materi dab administrasinya, tetapi bagaimana kita bisa dekat dengan anak didik sehingga pembelajaran itu bisa secara maksimal diserap oleh anak didik. Karena kalau kita lihat sekarang kan kedekatan antar guru dan siswa kan perlu profesional. Karena tidak semua guru bisa tahu tentang anak didiknya, tidak semua guru bisa dekat dengan anak didiknya. Jadi kalau yang saya, setelah baru saya menjalani ini, baru saya sadar saya tahu bahwa ternyata profesional itu yang terpenting adalah bagaimana kita mengatur emosional kita dengan anak didik kita, bagaimana kita dekat dengan anak didik kita, bagaimana —kalau kita sudah memahami materi tentang bahasa Inggris, pasti itu akan dengan sendirinya berjalan kalau kita sudah semakin dekat dengan anak didik. Priority on students P1: Baik. Jadi sebelum mengikuti PPG itu yang saya harapkan itu yang pertama saya ingin mendalami bahasa Inggris lebih baik lagi. Karena saya jujur, setelah dua tahun selesai kuliah, saya rindu saat mau kuliah lagi. Itu yang saya ingat. Jadi yang saya pikirkan itu, yang saya harapkan itu saya ingin lebih dalam lagi memahami tentang bahasa Inggris. Karena setelah kuliah empat tahun lalu saya terjun ke lapangan saya merasa masih kurang. Itu yang saya harapkan bahwa ketika saya kuliah PPG, saya bisa memperdalam, bisa lebih meningkatkan kemampuan bahasa Inggris saya. Dan itu mungkin doa saya yang mungkin Tuhan jawab. Makanya saya dapat di Jogja. Setelah saya sudah dua atau tiga bulan belajar di Jogja baru saya teringat kembali, wah ternyata harapan saya itu dengan sendirinya —tanpa sadar bisa dibilang terwujud. Jadi ketika saya tanya teman saya di Kupang itu mereka tidak ada yang pendalaman seperti ini, pendalaman materi selain membuat perangkat pembelajaran dan juga kegiatan ekstra, seperti kan kalau di Kupang kan mereka belajar tentang Pramuka. Dan itu rutin, setiap minggu itu harus. Saya pikir juga kan kami ini kan mengajarnya bahasa Inggris. Kita belajar Pramuka? Kan sudah ada guru yang mereka itu belajar tentang Pramuka itu sendiri. Terus kenapa kita yang basic nya bahasa Inggris kenapa kita harus 89 belajar Pramuka? Jadi itu yang membuat saya senang dan banyak sekali yang saya pelajari di sini. Jadi saya pelajari bahwa menjadi seorang guru itu semuanya itu akan ditentukan dengan lima menit awal kita berada di kelas. Jadi, mau disukai atau tidak disukai oleh siswa, tergantung dari lima menit kita berada di kelas. Dan itu saya pikir itu sangat luar biasa. Karena saya rasa itu ketika kita terjun di sekolah selama empat bulan, saya merasakan itu. Apalagi, siswa- siswa di Jawa itu saya mau lihat. Itu mereka sepertinya sama guru itu mereka sangat acuh tak acuh sama guru. Jadi saya lihat itu sama guru yang tua, senior saja, itu guru-gurunya ngomong, mereka ngomong sendiri. Kedekatan guru sama siswa itu sepertinya sedikit tidak dikasih perhatian lebih. Jadi, kadang guru menjelaskan, siswa itu di belakang sibuk sendiri. Artinya dari itu saya belajar, bagaimana saya membangun kedekatan dengan siswa. Makanya, ketika saya masuk di kelas, pertama saya tanya kalian siap untuk belajar hari ini? Kalau mereka jawab: Ah, Mister kita nonton aja. Saya bilang: Tapi materi kita itu belum selesai lho, kalau gitu kita belajar lalu saya akan beri game. Kesepakatan yang dibuat dengan siswa sangat penting untuk menciptyakan situasi belajar yang penuh semangat. Karena bagaimana ya apalagi kita kan sebagai guru PPL. Wah itu, saya pengalaman ketika awal- awal ketika saya masuk, itu mereka ributnya ketika sama saya. Tapi ketika dengan guru pamong, itu mereka diam. Pas pamongnya keluar, saya bilang: Ah kalian itu kalau sama Mas itu kalian ribut sekali. Tapi kalau sama Pak itu kalian diam ya. Mereka bilang: Iya, Mas. Karena kan Pak-nya itu nanti nilai kita itu... Oh gitu. Terus saya bilang: Kalau sama Mas, nilai itu kalian minta 100 saya kasih, 200 pun saya kasih. Tapi apakah itu menjadi jaminan kalian tahu bahasa Inggris. Itu kan tidak. Jadi, dari situ saya belajar bahwa menjadi guru selain kita harus membuat perangkat pembelajaran, menguasai bidang kita, kita juga harus profesional dalam hal pendekatan dengan siswa. Jadi itu yang saya banyak belajar. Jadi itu tadi lima menit awal itu ditentukan, ya jadi kita disukai atau tidak disukai oleh siswa itu ditentukan dari lima menit awal kita di kelas. Dan itu yang saya dapatkan dari Ibu Yuseva. Itu luar biasa. Dan saya sangat ini karena saya refleksi juga yang membuat saya merasa itu. Dan itu membuat saya, ya.. Ketika saya turun ke ini, menjadi guru itu tidak terpaku oleh peraturan. Kita fleksibel. Karena ada saat dimana para siswa itu senang belajar, ada saat dimana mereka itu tidak ada semangat belajar, karena mungkin mereka baru selesai pelajaran olahraga. Dan itu kan susahnya untuk kita untuk memulai pelajaran bahasa Inggris di siang hari. Wah itu sangat luar biasa sulit. P3: Seperti yang kami tahu itu kan kriteria seorang guru