Apa yang Anda rasakan ketika akan menjalani PPG di Sanata Dharma?
89
belajar Pramuka? Jadi itu yang membuat saya senang dan banyak sekali yang saya pelajari di sini. Jadi saya pelajari
bahwa menjadi seorang guru itu semuanya itu akan ditentukan dengan lima menit awal kita berada di kelas. Jadi,
mau disukai atau tidak disukai oleh siswa, tergantung dari lima menit kita berada di kelas. Dan itu saya pikir itu sangat
luar biasa. Karena saya rasa itu ketika kita terjun di sekolah selama empat bulan, saya merasakan itu. Apalagi, siswa-
siswa di Jawa itu saya mau lihat. Itu mereka sepertinya sama guru itu mereka sangat acuh tak acuh sama guru. Jadi saya
lihat itu sama guru yang tua, senior saja, itu guru-gurunya ngomong, mereka ngomong sendiri. Kedekatan guru sama
siswa itu sepertinya sedikit tidak dikasih perhatian lebih. Jadi, kadang guru menjelaskan, siswa itu di belakang sibuk sendiri.
Artinya dari itu saya belajar, bagaimana saya membangun kedekatan dengan siswa. Makanya, ketika saya masuk di
kelas, pertama saya tanya kalian siap untuk belajar hari ini? Kalau mereka jawab: Ah, Mister kita nonton aja. Saya bilang:
Tapi materi kita itu belum selesai lho, kalau gitu kita belajar lalu saya akan beri game. Kesepakatan yang dibuat dengan
siswa sangat penting untuk menciptyakan situasi belajar yang penuh semangat. Karena bagaimana ya apalagi kita kan
sebagai guru PPL. Wah itu, saya pengalaman ketika awal- awal ketika saya masuk, itu mereka ributnya ketika sama
saya. Tapi ketika dengan guru pamong, itu mereka diam. Pas pamongnya keluar, saya bilang: Ah kalian itu kalau sama
Mas itu kalian ribut sekali. Tapi kalau sama Pak itu kalian diam ya. Mereka bilang: Iya, Mas. Karena kan Pak-nya itu
nanti nilai kita itu... Oh gitu. Terus saya bilang: Kalau sama Mas, nilai itu kalian minta 100 saya kasih, 200 pun saya
kasih. Tapi apakah itu menjadi jaminan kalian tahu bahasa Inggris. Itu kan tidak. Jadi, dari situ saya belajar bahwa
menjadi guru selain kita harus membuat perangkat pembelajaran, menguasai bidang kita, kita juga harus
profesional dalam hal pendekatan dengan siswa. Jadi itu yang saya banyak belajar. Jadi itu tadi lima menit awal itu
ditentukan, ya jadi kita disukai atau tidak disukai oleh siswa itu ditentukan dari lima menit awal kita di kelas. Dan itu yang
saya dapatkan dari Ibu Yuseva. Itu luar biasa. Dan saya sangat ini karena saya refleksi juga yang membuat saya
merasa itu. Dan itu membuat saya, ya.. Ketika saya turun ke ini, menjadi guru itu tidak terpaku oleh peraturan. Kita
fleksibel. Karena ada saat dimana para siswa itu senang belajar, ada saat dimana mereka itu tidak ada semangat
belajar, karena mungkin mereka baru selesai pelajaran olahraga. Dan itu kan susahnya untuk kita untuk memulai
pelajaran bahasa Inggris di siang hari. Wah itu sangat luar biasa sulit.
P3: Seperti yang kami tahu itu kan kriteria seorang guru
90
RSR UC
profesional itu dia harus memiliki empat kriteria. Yang pertama pedagogi, tentang pengajaran, terus bagaimana
mereka mengembangkan media pembelajaran, bikin RPP, perangkat pembelajaran. Terus yang kedua itu bagaimana
guru memberi contoh kepada muridnya. Seorang guru itu patut untuk dicontoh. Jadi sebelum kita menyuruh siswa
membuat sesuatu, kita harus memberi contoh dulu supaya mereka paham apa yang akan mereka lakukan. Terus yang
ketiga itu tentang profesionalisme. Jadi guru itu harus betul- betul paham dengan apa yang dia
—bidang studi yang dia geluti. Jadi tidak hanya tentang perangkat pembelajaran. Jadi
mereka harus paham betul apa yang akan mereka ajarkan. Terus yang keempat itu tentang sosial. Bagaimana guru itu
berinteraksi dengan orang lain. Jadi keempat kriteria ini yang membuat saya ingin untuk dididik dan dilatih oleh instruktur-
instruktur yang juga punya kepribadian ini. Dan keempat kriteria ini saya dapat dari instruktur-instruktur yang
membimbing kami di program ini. Jadi yang saya harapkan ini terpenuhi. Misalnya ada dosen yang betul-betul lelah
dengan semua pekerjaan yang menumpuk. Tetapi setelah mereka masuk ke kelas itu mereka berbuat seolah-olah
mereka tidak capek, dan tetap senyum. Dan itu membuat saya belajar oh ternyata begini bagaimana menjadi profesional,
berkepribadian yang baik, berinteraksi dengan sesama dengan baik, perangkat pembelajaran, mengembangkan
media pembelajaran yang baik.
Being professional
RDM
R: Saya tertarik dengan pernyataan P1 tentang kegiatan belajar di Kupang. Bisa dijelaskan?
P1: Kalau di sana kan kita istilahnya kalau di sana itu masih ada sistem kekerasan. Jadi kebanyakan di sana kan siswa itu
kalau misalnya mereka itu ribut di dalam kelas, kadang itu kalau guru-guru tua itu pukul atau cubit. Jadi ketika guru
menjelaskan, mereka apalagi Kalau di sini, meski mereka ribut dan kita langsung menegur siswa yang ribut, mereka
langsung diam Saya pikir itu tergantung dengan kedekatan kita dengan siswa.. Karena mungkin faktor usia juga, karena
guru-guru itu kan guru pamong itu kadang tinggal dua tahun pensiun. Jadi mungkin rasa capeknya sudah terasa dan juga
rasa untuk mau lepas jabatan itu kan sudah hampir dekat. Jadi itu yang saya pelajari dari mereka.
Decision maker
AUO AIS
R: Pengalaman apa Anda dapatkan di PPG yang mempengaruhi aspek atau yang meningkatkan semangat
profesional sebagai guru? P3: Jadi pengalaman yang saya dapatkan itu banyak hal. Dari
instrukturnya. Lalu tentang bagaimana cara-cara menjawab soal-soal TOEFL, itu juga pengalaman baru bagi saya yang
dikasih Ibu Tri. Itu hal-hal yang merupakan pengalaman betul-betul baru bagi saya. Terus, pengalaman yang berikut
itu mengikuti LLTC. Saya pikir itu masuk ke dalam empat Building
professionali sm
91
kriteria yang tadi saya sebutkan tentang profesionalisme itu, bagaimana menjadi guru yang profesional.
R: Apa yang unik dari LLTC? P3: Uniknya pembawa materi. Speaker. Mereka melakukan
penelitian-penelitian yang bagus dalam bidang pendidikan. Dan saya bersyukur bisa mengikuti program tersebut. Juga,
penelitian yang mereka lakukan itu merupakan penelitian yang baru, yang
update,
tentang teknologi. Jadi kami mendapatkan banyak hal dari program itu. Tentang
bagaimana —itu juga maksudnya kan supaya kami dalam
mengajar itu menggunakan media-media yang bervariasi, supaya menarik anak didik, supaya anak didik mengikuti
topik yang akan kami ajarkan. Jadi itu merupakan pengalaman yang baik. Maksudnya ada aplikasi-aplikasi
yang bisa menunjang untuk mengajar, sebagai media. Saya pikir itu penelitan yang mereka lakukan itu merupakan
penelitian yang sudah digital. Saya pikir sebagai guru profesional itu tahu bagaimana perkembangan IPTEK. Terus
supaya anak didik juga, sekarang kan sudah era digital, jadi mereka lebih tertarik dengan apa yang kita ajarkan. Jadi itu
pengalaman-pengalaman yang berharga.
HC HRA
R: P1 pernah cerita sama saya tentang pertama kali di Sanata Dharma dan berpengalaman melakukan refleksi diri.
Mungkin bisa diceritakan? Karena juga kan sebagai seorang guru juga perlu refleksi. Apakah merefleksikan diri
merupakan hal yang baru bagi kakak-kakak? P3: Refleksi itu memang merupakan hal baru bagi kami.
Memang pada saat pengajaran itu kami melakukan evaluasi untuk evaluasi hasil belajar. Tapi setelah sudah tahu hasilnya,
kami maksudnya kalau misalnya nilainya agak di bawah, oh mungkin nanti... ya evaluasinya begitu saja tidak ada refleksi
yang apa sih kendala-kendala yang dialami peserta didik yang mereka hadapi. Jadi saya pikir untuk refleksi itu bagus
juga untuk kami. Itu melengkapi. Jadi guru profesional itu perlu berefleksi juga. Jadi, saya pikir refleksi itu baru.
Self- reflection
HLS
HCT
R: Adakah pengalaman-pengalaman yang baru Kakak dapatkan di sini?
P3: Wah banyak. Itu bagaimana membuat kuis
online
juga itu merupakan pengalaman baru. Bagaimana membuat kuis
online
, bagaimana membuat video dengan aplikasi
Photo story,
terus ikut LLTC, TOEFL, pokoknya banyak. Lupa sebagian.
Upgrading skills
Critical thinking
P2: Pengalaman yang ada di USD ini sangat banyak ya. Dan pengalaman-pengalaman baru yang kami temukan. Salah
satunya kami duduk di sini merupakan sesuatu pengalaman yang baru. Karena waktu diminta untuk menjadi seorang
narasumber, diminta untuk menjadi orang-orang yang mau diketahui tentang perjalanannya, dalam pikiran saya, kenapa
USD istilahnya mau capek-capek begitu kan. Dosen-
92
dosennya mau menyuruh mahasiswanya untuk penelitian tentang kami. Itu pengalaman baru yang sangat luar biasa.
Bagi kita itu biasa-biasa aja tetapi ternyata itu berharga buat dosen-dosen di sini, untuk Pak Markus, sehingga meminta
kakak-kakak berdua untuk penelitian tentang kami, mau tahu tentang kami. Itu pengalamannya. Kemudian pengalaman
untuk mengikuti seminar-seminar bahasa Inggris itu sangat sangat memacu keinginan kami untu maju. Kemudian
bagaimana kami pernah nonton drama musikal juga, itu sangat luar biasa, secara gratis. Kami diperkenalkan dengan
mahasiswa-mahasiswa yang pikiran kami begitu berharganya kami, begitu berharganya waktu kami di sini. Kemudian,
pengalaman juga tentang refleksi. Saya juga sering mendengar tentang refleksi. Bahkan saya sering mengatakan
tentang refleksi. Tetapi untuk tau tentang apa itu refleksi, bagaimana melakukan refleksi, sehingga refleksi itu benar-
benar hadir di dalam kehidupan, berdampak untuk kita, kemudian berdampak untuk orang lain itu saya dapatkan di
sini. Ternyata refleksi itu dalam pembelajarannya pun perlu untuk kita lakukan dan kita belajar untuk pertama kita
melihat diri kita dan bersyukur, lalu kita sesal dengan apa yang kita lakukan, lalu apa yang mau kita lakukan
selanjutnya. Dan itu tidak pernah didapat sebelumnya. Hanya tahu refleksi itu, kata refleksinya. Tetapi bagaimana untuk
mengimplementasikannya itu kami baru dapat di sini. Itu yang kami dapat. Kemudian, kami melihat bahwa para dosen
menunjukkan sikap humanisnya itu tinggi. Melihat mereka melakukan sifat humanisnya yang tinggi dan benar-benar
terjadi untuk kami. Saya pernah beberapa kali tanya kepada beberapa mahasiswa yang ada di
Student Residence
. Saya tanya, Karena saya pikir jangan-jangan dosennya itu untuk
kami yang beda perlakuannya. Lalu saya tanya ada sekitar 4 mahasiswa, saya sering ada
sharing-sharing
itu. Katanya semua mengatakan hal yang sama bahwa dosen-dosen di sini
itu semua begitu,
welcome
, tapi menunjukkan sifat ketegasan juga. Artinya tidak memanjakan mahasiswa. Ada kasih tetapi
ada ketegasan juga untuk mahasiswanya tidak malas-malasan dan sebagainya. Dan saya sangat bersyukur saya dapat di sini
Karena saya belajar banyak hal di sini, banyak hal yang memacu semangat saya untuk maju. Bahwa ini hal-hal luar
biasa, ini hal-hal berharga yang kami dapat. Kalau mau dibilang kalau dilihat dari kemampuan ya kami yang datang
kesini, saya rasa sangat standar. Teman-teman kami yang
high level
, mereka dapat di Kupang. Itu artinya bahwa kami diberi kesempatan untuk belajar di tempat yang tepat. Saya
bersyukur atas kesempatan belajar di sini. Dengan kemampuan bahasa Inggris yang biasa saja, saya merasa
berada di tempat yang tempat untuk menambah pengetahuan. Dan saya di sini akan belajar banyak hal dan ketika saya
93
HC RSR
HSR HRA
AIS HLS
HSM kembali kami akan mengimplementasikan apa yang sudah
saya pelajari. Itu saya belajar di Sanata Dharma dan harapan saya adalah tahun depan saya mengharapkan ada Bahasa
Inggris di NTT. Teman-teman saya juga, saya maunya bawa mereka ke sini. Karena kita belajar banyak hal di sini,
termasuk kita belajar untuk banyak hal. Seperti refleksinya, kemudian dosen-dosennya, terus pengajaran akan kedekatan
terhadap anak didik, itu juga saya dapatnya di sini. Ada banyak hal yang belum bisa saya lakukan.
Professional identities
P1: Oke, setelah berada di Sanata Dharma, hal-hal baru yang saya dapat itu, ya seperti yang tadi sudah disebutkan oleh
teman-teman sebagian besar oleh P2 dan P3. Satu hal yang saya dapatkan itu tentang bagaimana kita belajar, kita
menikmati semua hal yang kita lakukan. Semua yang kita lakukan itu kita jangan menganggap sebagai satu beban tetapi
kita harus menikmatinya. Dan itu saya pikir itu satu hal yang saya pelajari. Karena kedepannya, sebagai seorang guru itu
kan kita tidak akan selamanya diperhadapkan dengan situasi dimana kita akan selalu mencintai pekerjaan kita, profesi kita.
Ada tahap dimana kita akan merasa bosan, ada tahap dimana kita akan merasa tidak suka pada profesi kita. Tetapi, di sini
saya belajar bahwa apapun yang kita lakukan ketika
mindset
kita terhadap apa yang kita lakukan itu adalah kita melakukannya itu dengan hati yang tulus dan itu dilakukan
untuk kebaikan bersama. Maka kita akan menikmati apa yang kita kerjakan dan secara tidak langsung hasilnya itu akan
memuaskan. Itu saya belajar di sini. Terus, hal yang saya pelajari lagi kita harus menyeimbangkan antara kerja sama
refreshing
. Ini juga salah satu trik yang saya senangi itu ketika kami awal mau turun ke sekolah, besoknya mau turun
ke sekolah, hari ini kita dibawa jalan-jalan. Artinya kita jangan terlalu membuat siswa itu merasa tegang dengan
keadaan. Mungkin saya belajar di sini misalnya besok pagi siswa-siswi itu akan melakukan Ujian Nasional, baik SMP
atau SMA itu merupakan momen yang sangat menegangkan. Mungkin itu contoh yang bagus yang saya ambil.
Maksudnya, ketika siswa-siswi itu mau menghadapi ujian, mungkin sebelumnya mereka butuh
refreshing
supaya mereka jangan terbebani dengan ujian yang menurut mereka
sangat menegangkan. Dan itu yang harus saya alami. Terus, seperti sedikit tentang refleksi, saya jadi berusaha untuk
belajar dan meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris saya karena ketika saya berada di Jogja, itu kebanggaan buat orang
tua saya. Artinya, ketika di Jogja kita sudah disuguhi dengan banyal hal-hal indah, hal-hal bagus, terkadang kan membuat
kita, membuat saya lupa akan siapa saya sebenarnya. Tapi ketika melakukan refleksi, saya sadar, saya di sini kan karena
mendapatkan kesempatan untuk belajar. Jadi hal itu yang harus selalu diingat bahwa tidak semua orang mendapatkan
94
kesempatan yang sama. Terus, saya selalu sadar dengan refleksi itu saya selalu memotivasi diri saya. Banyak guru di
sekolah yang mengatakan teman-teman itu mendapatkan kesempatan yang sangat istimewa sekali belajar di Jogja. Jadi
teman-teman itu jika pulang paling tidak harus membawa sesuatu. Jadi saya berpikir betul bahwa ketika kita dikasih
kesempatan untuk belajar, paling tidak ada satu hal yang bisa kita bawa pulang. Menurut saya yang bisa dibawa pulang itu
banyak hal, tetapi yang terpenting itu yang berkaitan dengan misi kita. Karena saya pikir, berkaitan dengan bahasa Inggris
saya tidak mungkin mendapatkannya di Kupang. Itu saya pikir itu sulit, dan itu yang saya manfaatkan betul. Dan satu
hal lagi yang saya pelajari, di sini kedekatan mahasiswa dengan dosen sangat luar biasa. Saya melihat, pengalaman
kami, Pak Pius itu beberapa kali memperbaiki laptopnya teman kami. Laptopnya rusak itu diperbaiki oleh Pak Pius.
Saya merasa itu kedekatan yang luar biasa. Di NTT itu, jangankan berhubungan baik, dekat saja susah. Jadi ada
gap
yang sangat besar antara mahasiswa sama dosen. Jadi saya belajar bahwa status itu bukanlah hambatan, bukanlah
gap
yang harus dijadikan pemisah antara mahasiswa dengan dosen. Saya pikir, mahasiswa sama dosen itu sama dengan
guru dengan siswa. Artinya mereka itu partner kerja yang harus satu sama lain harus saling melengkapi. Yang pertama
supaya bisa melengkapi satu sama lain, harus ada kedekatan yang bagus dulu. Itu yang saya rasakan. Dan saya pikir itu
yang pengalaman saya setahun di daerah pedalaman, saya pikir itu yang jarang terjadi di daerah-daerah khususnya kita
yang di Timur itu mungkin yang kurang. Sehingga ini hal-hal baru yang saya bisa dapat di Sanata Dharma dan di sekolah
PPL saya kemarin, saya berpikir itu hal yang sama yang didapatkan di sini. Hal baru lagi itu mungkin saat mengikuti
LLTC itu juga pengalaman baru buat kami. Disana itu, saya pernah ikut tetapi saya tidak pernah bertanya. Artinya,
keberanian saya untuk bertanya dan menggunakan Bahasa Inggris itu mungkin saya rasa saya bisa, tetapi keberanian
untuk mengungkapkannya itu belum ada. Dan di Sanata Dharma, karena dosen-dosen itu selalu mendukung bahwa
tidak apa-apa, kalian harus berani. Jadi itu yang membuat kami sadar bahwa kami harus berani. Artinya, kita di
lingkungan dimana semua orang berbahasa Inggris, jadi kita juga harus bisa. Jadi ketika di LLTC itu, ketika
keynote speaker
, saya satu kali bertanya dan ketika sudah ada
session- session
itu saya sering bertanya jadi keberanian saya itu
meningkat.