Apa suka dan duka yang dirasakan ketika mengenyam pendidikan S1 di NTT?

76 dasarnya saya suka kepo. Seperti yang kemarin Pak Markus memberikan kami cara bagaimana membuat kuis online menggunakan google form, memang Pak Markus memberikan clue-clue tetapi saya tetap harus mencari informasi lebih lanjut. Jadi Pak Markus memberikan cara buat kuisnya, dan saya juga mencari ada yang saya mungkin kurang paham, dan ‘saya mau tanya lagi ah’, tapi nanti mau bilang apa. Jadi saya cari informasi lebih lanjut karena Sanata Dharma menyediakan fasilitas yang baik jadi kami tidak perlu susah-susah untuk ke tempat lain untuk mencari informasi. Karena disini informasinya sudah banyak dan kami tinggal mengaksesnya dan mendownloadnya sebanyak mungkin untuk dijadikan bahan kami, dipakai media pembelajaran di sekolah dan perangkat pembelajaran, video-video, untuk mendukung. Dosen- dosen disini juga memberikan kami informasi-informasi yang lebih. Jadi tidak hanya memberikan kami pengetahuan tapi juga diberikan sumber-sumber yang bisa kami kunjungi untuk materi pembelajaran. HSR RDM HEE UC HLS AIS RDM R: Kesulitan apa yang Anda temui saat mengajar di 3T? P2: Tentang kepercayaan diri, karena kita tahu bahwa siswanya kan tidak terlalu tahu bahasa Inggris, jadi kami menggunakan bahasa Indonesia. Jadi untuk kekurangpercayaan diri untuk mengajar sih enggak, karena seperti itu tadi, kita kan lebih ke teori. Kita ngajar di sana juga lebih ke teori. Kekurangan kita adalah prakteknya itu kurang. Nah itu juga memang sih kadang-kadang ada rasa seharusnya saya ngajarnya disana harus ngasihnya lebih. Tetapi kami cuman ngasih seporsinya yang kami bisa. Sebisa-bisanya kami. Kepercayaan diri kami untuk materinya memang disana itu kami susah untuk mendapatkan materi yang lain, selain di dalam buku. Ya, variasinya. Kemudian kalau materinya yang terlalu high level, maksudnya untuk kita standar, kalau kita mau kasih ke anak-anak juga terlalu sangat susah. Karena mereka bahasa Inggrisnya itu baru dapat di SMP jadi kami mengajarnya itu masih di level- level bawah. Thinking about problems and solutions Creative P3: Karena pengalaman dari S1 itu kan kurang, kami tidak dibekali dengan media pembelajaran, materi, dan segala macam dan terutama aksesnya terbatas kan, jadi kami tidak memiliki bekal yang cukup untuk masuk ke daerah terpencil itu. Jadi apa yang kami kasih ke mereka itu sebatas yang kami bawa dari Kupang maksudnya 77 RSR HRA AMS RDM HSR HSM bekal yang kami bawa itu semampu kita saja. Jadi penyampaian yang waktu di SM-3T itu yang mengajar itu ya hanya dari buku. Kalau misalnya kita mau pakai video kan disana juga tidak ada slideproyektor begitu kan. Jadi tidak bisa pakai. Saya pernah pakai untuk listening lagu-lagu setiap kali akhir, di akhir pelajaran pasti ada lagu yang sederhana lagu yang dihilangkan ada adjectivenya, atau verb nya, terus dikasih ke mereka. Jadi itu juga jadi motivasi mereka untuk belajar bahasa Inggris. Jadi saya berupaya untuk supaya di kelas bahasa Inggris menjadi sesuatu yang fun begitu. Jadi memang terbatas tapi ada hal-hal yang membuat di kelas itu ada sesuatu yang menarik untuk mereka ikuti jadi mereka tidak mau melewatkan kelas itu. Thinking about problems and solutions P1: Kalau saya, sama seperti yang tadi P2 bilang, bahwa ketika kami diterjunkan ke daerah 3T, yang ada dalam pikiran kami itu adalah mereka disana masih tertinggal dari semua segi. Jadi dari pengetahuan juga mereka sangat tertinggal, sehingga kami ke sana itu kami tidak kesulitan dalam menghadapi mereka dalam arti kami harus mempersiapkan diri kami, karena kemampuan mereka yang mau dibilang cukup bagus, tapi justru disana itu kami kesulitan untuk memilih materi yang cocok untuk mereka. Karena jujur, kalau saya di pedalaman Papua itu, siswa yang SMA saja itu kadang mereka masih ada yang belum bisa membaca, itu dalam bahasa Indonesia. Dan itu bahasa Inggris lebih sulit lagi. Sehingga kita kadang bingung kalau mereka sudah SMA kita harus mempersiapan mereka untuk Ujian Nasional, tapi faktanya seperti ini, materi apa yang harus kita ajar. Kita harus memulainya dari mana, jadi seperti itu. Sehingga, kita disana harus memilih materi yang harus dengan kemampuan mereka betul. Dan di satu sisi kita juga dalam posisi yang dilema, karena mereka juga harus dipersiapkan, diperkenalkan tentang materi yang nanti di Ujian Nasional. Dan itu yang membuat kita sedikit kesulitan. Tetapi ketika sudah berjalan kita juga mendapat kemudahan dalam artian meskipun mereka tidak mampu tapi ada kebijakan dari pemerintah daerah yang bisa melibatkan kita dalam hal membantu mereka sehingga kendala yang kami dapatkan di sana itu yang pertama yang kami hadapi kendalanya itu kembali ke diri kami apakah kami bisa membantu mereka dalam arti bisa membantu mereka untuk lulus. Karena kami sadar kemampuan kami tidak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78 begitu bagus. Tapi dengan seperti itu, kami juga meskipun di pedalaman, kami memacu diri kami untuk belajar lagi karena orang-orang disana kalau kita guru dari luar itu membuat kita itu bagus sehingga bisa membantu mereka dan kenadala yang lain itu mungkin sumber buku juga. Buku yang kami bawa itu yang kami jadikan sebagai sumber belajar. Karena disana ada buku yang kurikulumnya kurikulum 1984, 1994 masih dipakai. Jadi itu yang kami harus artinya materi yang kami bawa itu ya seadanya tapi kami mampu berbagi kepada siswa-siswi dan guru-guru dengan materi yang kami bawa itu. Jadi, itu kesulitan yang kami hadapi dan alami di daerah 3T. AUO R: Apa alasan spesifik yang mendorong Anda mengikuti Program SM-3T dan PPG? P1: ketika saya pertama kali mendengar informasi tentang SM-3T, itu saya sudah mengajar jadi setelah saya selesai tahun 2012, 2013 nya itu saya mengajar di SD sama SMA di NTT, khususnya Kabupaten Belu, selatannya Timor Leste. Terus, teman saya dia mengikuti program ini terus dia dapatnya di Kalimantan, Kalimantan Utara. Terus saya di telepon, “Saya sekarang di Kalimantan Utara saya mengikuti program SM-3T. ” Terus saya bilang ‘Itu programnya bagaimana?’ Lalu diceritakan tentang SM-3T terus peluang kedepannya seperti apa dan dia ceritakan itu. Saya berpikir program ini sepertinya kedepannya itu menjanjikan dan saya juga berpikir, saya sudah mengajar tapi dari segi finansial, segi pendapatan itu sangat kurang, seperti itu. Dan ketika dia menceritakan semua tentang itu, saya merasa sepertinya peluang untuk saya mengikuti program ini, terlebih lagi karena saya sadar bahwa di daerah saya tinggal itu persaingannya sangat ketat dan persaingannya itu lebih seperti lebih ke KKN artinya siapa yang punya relasi dan keluarga dia akan mendapat kesempatan lebih mudah. Dan saya berpikir saya tidak punya relasi, saya tidak punya keluarga yang artinya di atas, yang bisamembantu saya. Dan itu pengalaman yang saya alami ketika saya mengajar di SD kami itu dapat sekolah itu meminta kami semua untuk mengurus NUMPTK itu saya sampai S08A, kalau S08B itu berarti dia NUMPTK nya sudah jadi. Tapi waktu itu ketika kami kasih, kami masukkan datanya, tapi teman-teman punya itu di urus tapi saya tidak. Nah itu buat saya merasa kecewa sekali. Dan saya Being strategic PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI