proses ekstraksi dan
clean-up
menghasilkan banyak puncak, tetapi puncak-puncak tersebut tidak mengganggu puncak standar internal DCB dan puncak deltametrin
artinya proses
clean-up
yang dilakukan sudah cukup baik sehingga dapat menghilangkan lemak ikan nila yang dapat mengganggu determinasi.
3. Validasi Metode Analisis Deltametrin dalam Ikan Nila
Validasi metode analisis merupakan suatu proses pembuktian bahwa suatu metode analisis yang digunakan menghasilkan data yang dapat diterima dan
terpercaya sehingga dapat digunakan untuk tujuan analisis tertentu. Pada penelitian ini, validasi metode yang dilakukan merupakan validasi metode kategori II, yaitu
metode analisis untuk menentukan pengotor atau produk degradasi, karena deltametrin yang dianalisis merupakan pengotor
impurities
. Parameter validasi yang diuji pada penelitian ini adalah selektivitas, linearitas, akurasi, presisi, rentang,
Limit of Detection LOD
dan
Limit of Quantitation LOQ
Snyder, Kirkland, and Galjh, 2010.
a. Selektivitas. Selektivitas merupakan kemampuan suatu metode
analisis untuk dapat mengukur analit yang diinginkan dalam matriks tanpa mengalami gangguan dari matriks, termasuk analit lain Christian, 2004. Dalam
penelitian ini matriks yang dimaksud adalah lemak ikan nila, dimana selektivitas ditentukan dengan melihat puncak-puncak kromatogram yang bersebelahan
terpisah dengan baik atau tidak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada baku maupun sampel ikan
puncak kromatogram deltametrin maupun DCB yang terpisah dengan baik dari
senyawa-senyawa lain yang terdapat di dalam matriks, hal ini menunjukkan bahwa metode ini memenuhi parameter selektivitas.
b. Akurasi. Akurasi dari prosedur analisis menunjukkan kedekatan
antara hasil uji yang diperoleh dengan nilai yang sebenarnya. Akurasi berkaitan dengan kesalahan sistematik atau kesalahan yang diketahui karena kesalahan ini
dapat ditentukan dan diperbaiki. Secara umum terdapat tiga kesalahan sistematik dalam penelitian laboratorium yaitu kesalahan pada peralatan yang digunakan
misalnya alat yang tidak terkalibrasi, kesalahan pada operator dan kesalahan prosedur. Metode yang digunakan adalah metode penambahan baku
standard addition method
. Metode ini biasanya dilakukan apabila matriks sampel tidak dapat dibuat plasebonya, sehingga perlu dilakukan penyesuaian antara matriks
standarbaku dengan matriks sampel. Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah ikan nila yang
matriksnya tidak diketahui kandungan dan komposisi senyawa yang terdapat di dalamnya, dan juga karena tidak dapat diperoleh plasebo ikan nila yang digunakan
sebagai sampel maka digunakan metode penambahan baku. Metode ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh prosedur analisis yang digunakan dalam menetapkan
deltametrin dalam sampel ikan nila matriks lemak, berapa banyak analit yang hilang selama proses preparasi. Lima konsentrasi bertingkat baku ditambahkan
pada sampel ikan nila dan dibuat satu sampel ikan nila tanpa penambahan baku yang digunakan sebagai blanko, sehingga dapat diketahui berapa jumlah baku yang
hilang selama proses preparasi. Hasil penelitian ditunjukkan dalam Tabel X.
Tabel X. Hasil perolehan kembali
recovery
Penambahan ng
Rata-rata perolehan kembali n = 3
7,725 82,74 ± 0,84
12,875 96,48 ± 2,69
25,75 86,22 ± 2,94
51,5 100,46 ± 1,04
103 98,04 ± 0,31
Tabel XI. Persen Perolehan kembali
recovery
yang dapat diterima pada beberapa tingkat konsentrasi analit menurut Gonzales and Herrador 2007
Menurut Gonzales
and
Herrador 2007, untuk kadar analit dalam matriks di bawah 100 ppb, persen perolehan kembali yang masih diterima adalah antara 80-
110. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua persen perolehan kembali
Analit Fraksi
analit
Rentang Rentang
recovery
berada pada rentang 80-110. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode analisis ini memiliki akurasi yang baik.
c. Presisi. Presisi menunjukkan derajat keterulangan hasil uji ketika
metode dilakukan secara berulang dan biasanya digambarkan sebagai simpangan baku relatif dari sejumlah sampel Chan, Lam, Lee,
and
Zhang, 2004. Presisi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah ripitabilitas, dimana pengukuran presisi
dilakukan pada kondisi percobaan yang sama secara berulang, yaitu dengan analis, operator, dan tempat yang sama dalam rentang waktu yang pendek. Presisi
dilaporkan dalam bentuk RSD
Relative Standard Deviation
atau koefisien variasi CV. Presisi ini berkaitan dengan kesalahan acak
random error
. Kesalahan acak dalam analisis disebabkan oleh perubahan yang tidak dapat
diprediksi dan tidak diketahui penyebabnya. Hasil penelitian ditunjukkan pada Tabel XII.
Tabel XII. Persen koefisien variasi dari metode penambahan baku
Penambahan ng
Rata-rata ditemukan n = 3
ng RSD
7,725 6,39 ± 0,07
1,0
12,875 12,42 ± 0,35
2,8
25,75 22,20 ± 0,76
3,4
51.5 51,74 ± 0,54
1,0
103 100,99 ± 0,32
0,3
Tabel XIII. Persen koefisien variasi yang diterima pada beberapa tingkat konsentrasi analit berdasarkan AOAC PVM
cit
., Gonzales and Herrador, 2007
Dalam penelitian semua konsentrasi yang digunakan di bawah 100 ppb. Menurut AOAC
Peer Verified Method
PVM
cit
., Gonzales and Herrador, 2007, persen koefisien variasi yang diterima untuk analit dengan konsentrasi di bawah
Analit Unit
Fraksi Analit
100 ppb adalah di bawah 15. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua analit dengan konsentrasi di bawah 100 ppb memiliki persen koefisien variasi di bawah
15. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode analisis ini memiliki ripitabilitas yang baik.
d. Rentang linearitas kurva baku deltametrin. Rentang adalah interval
antara konsentrasi paling bawah dan paling atas dari analit dalam sampel yang memenuhi presisi, akurasi, dan linearitas menggunakan metode analisis yang
dilakukan Snyder, Kirkland, Galjh, 2010. Pada penelitian ini, rentang ditentukan dari kurva adisi yang memenuhi kriteria linearitas, akurasi, dan presisi. Rentang
dari kurva adisi adalah 5,29 ngg – 70,55 ngg. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
rentang konsentrasi deltametrin yang memenuhi akurasi, presisi, dan linearitas adalah 5,29 ngg
– 70,55 ngg. e.
Limit of quantitation
LOQ deltametrin dalam matriks ikan
nila.
Limit of quantitation
LOQ merupakan konsentrasi terendah analit dalam sampel yang dapat dikuantifikasi dengan akurasi dan presisi yang sesuai pada
metode analisis yang digunakan Grob and Barry, 2004. Dalam penelitian ini, digunakan kurva adisi untuk menghitung nilai LOQ. Rumus untuk menghitung
nilai LOQ: LOQ = 3,3 x
Sa b
Sebagai faktor pengali dari S
a
digunakan 3,3 bukan 10 karena kurva adisi tersebut diperoleh dari sampel yang melalui serangkaian proses ekstraksi dan
clean up
yang presisi dan akurasinya telah diterima. Nilai S
a
standar deviasi
intercept
kurva adisi diperoleh menggunakan program
Powerfit Utrech University Faculteit
Scheikunde
. Pada penelitian ini diperoleh nilai LOQ deltametrin dalam sampel ikan sebesar 1,30 ngg.
f. Pengaruh matriks ikan nila terhadap metode analisis. Tujuan melihat
pengaruh matriks adalah untuk melihat apakah matriks ikan nila memberikan pengaruh terhadap metode analisis.
Gambar 19. Gabungan kurva baku dan kurva adisi
Jika dilihat dari Gambar 19. terlihat adanya perbedaan dari kurva baku dengan kurva adisi. Untuk mengetahui hal tersebut maka perlu dilakukan uji
signifikansi terhadap
slope
kurva baku dan kurva adisi. Uji signifikansi yang dilakukan adalah uji t
t-test
untuk melihat apakah ada signifikansi antara kurva baku dan kurva adisi.
Sebelum melakukan uji t perlu dilakukan uji signifikansi antara standar deviasi
slope
kurva baku dan kurva adisi menggunakan uji F dan dilihat apakah memberikan hasil yang signifikan atau tidak. Dari hasil perhitungan yang
ditunjukkan pada Tabel XIV. dapat disimpulkan bahwa standar deviasi
slope
kurva adisi tidak berbeda signifikan dengan standar deviasi
slope
kurva baku. Adisi
y = 1,300x + 0,022 Baku
y = 1,304x + 0,057
1 2
3 4
5 6
7 8
1 2
3 4
5 6
R asio
AU C
De lt
ametr in
DCB
Konsentrasi µgmL Adisi
Baku
Tabel XIV. Hasil uji F standar deviasi kurva baku dan kurva adisi
F
hitung
α F
tabel
Kesimpulan 0,268
0,05 3,501
Tidak berbeda signifikan
Setelah itu dilakukan uji t antara
slope
kurva baku dengan kurva adisi. Hasil perhitungan uji t yang ditunjukkan dalam Tabel XV. menunjukkan bahwa
slope
dari kurva adisi tidak berbeda signifikan dengan
slope
kurva baku. Hasil ini menunjukkan bahwa proses preparasi sampel ikan yang mengandung deltametrin
yang dilakukan cukup sempurna.
Tabel XV. Hasil uji t
slope
kurva baku dan kurva adisi
t
hitung
α t
tabel
Kesimpulan 0,63
0,05 2,09
Tidak berbeda signifikan
Pengaruh prosedur analisis yang digunakan dalam menetapkan senyawa uji menunjukkan bahwa kadar yang ditemukan kembali lebih kecil dibandingkan
kadar teoritik yang seharusnya ditemukan. Namun demikian, prosedur ini cukup baik karena hasil uji signifikansi uji t menunjukkan bahwa jumlah yang ditemukan
tidak berbeda bermakna dengan jumlah yang ditambahkan. Oleh karena itu, prosedur ini cukup akurat untuk menetapkan jumlah deltametrin pada ikan nila.
B. Bioakumulasi Deltametrin dalam Ikan Nila