menggunakan gerakan berenang atau gerakan yang terkoordinasi dari mulut dan penutup insang untuk memventilasi insangnya. Arus air akan memasuki mulut,
melewati celah-celah di faring, mengalir melintasi insang, dan kemudian keluar dari tubuh Campbell, Reece, Urry, Cain, Wasserman, Minorsky,
et. al
, 2010. Susunan kapiler-kapiler di dalam insang memungkinkan pertukaran
melawan arus, pertukaran zat-zat atau panas di antara dua cairan yang mengalir kearah yang berlawanan Campbell, Reece, Urry, Cain, Wasserman, Minorsky,
et. al
, 2010. D.
Bioakumulasi
Bioakumulasi adalah adanya peningkatan konsentrasi senyawa uji pada biota, misalnya ikan. Proses akumulasi dari senyawa pada berbagai organisme
melalui fase akuatik umumnya diklasifikasikan menjadi 2 tipe:
bioconcentration
dan
biomagnification
.
Bioconcentration
adalah akumulasi dari senyawa yang terlarut dalam air, ikan, dan organisme akuatik melalui insang dan permukaan tubuh
secara langsung.
Bioconcentration factor BCF
didefinisikan sebagai rasio konsentrasi senyawa dalam organisme akuatik terhadap fase air dibawah kondisi
setimbang
steady-state
. Pengukuran
BCF
dilakukan dengan konsentrasi rata-rata dari senyawa dalam seluruh tubuh yang diserap melalui insang, kulit, dan saluran
pencernaan ikan. Kadang
BCF
diperkirakan terhadap kadar lemak ikan. Krieger, 2010.
E. Analisis Kelumit
Trace Analysis
Analisis kelumit
trace analysis
adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan penerapan kimia analitik pengukuran jumlah suatu zat dalam
keadaan dimana jumlah analit sangat kecil. Analisis kelumit umumnya dilakukan pada kisaran di bawah bagian per juta
part per million ppm
misalnya 1 ppm = 1µgg = 0,0001 atau 1 mgL untuk cairan. Analis lain medefinisikan secara lebih
umum bahwa analisis kelumit adalah analisis dimana konsentrasi analit cukup kecil yang menyebabkan kesulitan dalam memperoleh hasil yang dapat dipercaya. Selain
disebabkan karena rendahnya konsentrasi analit dalam matriks, ada beberapa faktor yang mungkin dapat mempengaruhi kesulitan yang dirasakan oleh analis pada
konsentrasi rendah, seperti kehilangan analit, kontaminasi, atau interferensi Prichard, MacKay, Points, 1996.
Tabel III. Klasifikasi teknik dan metode analisis berdasarkan konsentrasi analit dalam sampel menurut Namiesnik 2002
Beberapa masalah yang sering terjadi dalam analisis kelumit adalah: a.
Konsentrasi analit yang akan ditentukan jauh lebih rendah dibandingkan dengan konstituen lain yang ada dalam matriks
b. Adanya kontaminasi dari reagen, alat, atau lingkungan laboratorium yang dapat
menghasilkan
false results
c. Hilangnya analit akibat adsorpsi, degradasi, atau selama proses analisis
d. Konstituen matriks dapat mengganggu sistem deteksi yang digunakan,
menyebabkan nilai palsu menjadi lebih tinggi, sehingga dibutuhkan pemurnian yang lebih baik dan atau detektor yang lebih selektif.
e. Hasil yang diperoleh dengan teknik instrumen yang umum digunakan kurang
tepat dibandingkan dengan menggunakan prosedur klasik f.
Secara umum, sulit untuk memastikan keandalan metode karena material referensi yang tersedia untuk berbagai aplikasi analisis kelumit cukup sedikit
Prichard, MacKay, Points, 1996.
F. Ekstraksi
Ekstraksi cair-cair digunakan sebagai cara untuk praperlakuan sampel atau
clean-up
sampel untuk memisahkan analit-analit dari komponen-komponen matriks yang mungkin mengganggu pada saat kuantifikasi atau deteksi analit. Di
samping itu, ekstraksi pelarut juga digunakan untuk memekatkan analit yang ada dalam sampel dengan jumlah kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan
untuk deteksi atau kuantifikasinya Gandjar dan Rohman, 2007. Dalam bentuk paling sederhana, suatu alikuot larutan air digojog dengan
pelarut organik yang tidak campur dengan air. Kebanyakan prosedur ekstraksi cair- cair melibatkan ekstraksi analit dari fase air ke dalam pelarut organik yang bersifat
non polar atau agak polar seperti heksana, metilbenzen, atau diklorometan.
Meskipun demikian, proses sebaliknya ekstraksi analit dari pelarut organik non polar ke dalam air juga mungkin terjadi Gandjar dan Rohman, 2007.
Analit-analit yang mudah terekstraksi dalam pelarut organik adalah molekul-molekul netral yang berikatan secara kovalen dengan substituen yang
bersifat non polar atau agak polar. Sementara itu, senyawa-senyawa polar dan senyawa-senyawa yang mudah mengalami ionisasi akan tertahan dalam fase air
Gandjar dan Rohman, 2007. Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi
Nerst
atau
hukum partisi
yang menyatakan bahwa “pada konsentrasi dan tekanan yang konstan, analit akan
terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama diantara dua pelarut yang saling tidak campur”. Perbandingan konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam 2 fase
disebut dengan
koefisien distribusi
atau
koefisien partisi
K
D
dan dirumuskan sebagai berikut:
K
D
=
[�]� � [�]�
Keterangan: K
D
= koefisien partisi [S]
org
= konsentrasi analit dalam fase organik [S]aq = konsentrasi analit dalam fase air
Dalam prakteknya, analit seringkali berada dalam bentuk kimia yang berbeda karena adanya disosiasi ionisasi, protonasi, dan juga kompleksasi atau
polimerasi karenanya ekspreksi yang lebih berguna adalah
rasio distribusi
atau
rasio partisi
D. Persamaannya adalah sebagai berikut: D =
� � � � �
Keterangan: D = rasio partisi
Cs
org
= konsentrasi total analit dalam segala bentuk dalam fase organik Cs
aq
= konsentrasi total analit dalam segala bentuk dalam fase air Analit yang mempunyai rasio distribusi besar 10
4
atau lebih akan mudah terekstraksi ke dalam pelarut organik meskipun proses kesetimbangan yang berarti
100 solut terekstraksi atau tertahan tidak pernah terjadi Gandjar dan Rohman, 2007.
Kebanyakan ekstraksi dilakukan dengan menggunakan corong pisah dalam waktu beberapa menit. Akan tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan
rasio distribusi yang kecil 1, ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada larutan sampel secara terus menerus Gandjar dan Rohman,
2007. Pelarut organik yang dipilih untuk ekstraksi pelarut adalah pelarut yang
mempunyai kelarutan yang rendah dalam air 10, dapat menguap sehingga memudahkan penghilangan pelarut organik setelah dilakukan ekstraksi, dan
mempunyai kemurnian yang tinggi untuk meminimalkan adanya kontaminasi sampel Gandjar dan Rohman, 2007.
Beberapa masalah yang sering dijumpai ketika melakukan ekstraksi pelarut yaitu: Terbentuknya emulsi, analit terikat kuat pada partikulat, analit
terserap oleh partikulat yang mungkin ada, analit terikat pada senyawa yang mempunyai berat molekul tinggi, dan adanya kelarutan analit secara bersama-sama
dalam kedua fase. Terjadinya emulsi merupakan hal yang paling sering dijumpai.
Oleh karena itu, jika emulsi antara kedua fase ini tidak dirusak maka
recovery
yang diperoleh kurang baik. Emulsi dapat dipecah dengan cara:
i. Penambahan garam ke dalam fase air
ii. Pemanasan atau pendinginan corong pisah yang digunakan iii. Penyaringan melalui
glass-wool
iv. Penyaringan dengan menggunakan kertas saring v. Penambahan sedikit pelarut organik yang berbeda
vi. Sentrifugasi Gandjar dan Rohman, 2007.
G. Kromatografi Gas