menggunakan diklorometan, digabungkan dengan ekstrak n-heksan + aseton yang telah diperoleh sebelumnya. Ke dalam ekstrak ditambah 0,5 g NaCl diaduk,
didiamkan, disaring menggunakan corong melewati natrium sulfat anhidrat. Filtrat yang diperoleh kemudian diuapkan dengan gas nitrogen hingga kering.
d. Pembersihan ko-ekstraktan
clean-up
dan determinasi deltametrin. Prosedur
clean-up
dan determinasi pada sampel ikan sesuai dengan hasil optimasi tahap 3 dan 4.
G. Analisis Hasil Penelitian
a. Optimasi kromatografi gas detektor penangkap elektron GC-ECD.
Optimasi metode kromatografi gas dilihat dengan kecepatan alir gas pembawa, suhu injektor, temperatur kolom, dan temperatur oven yang menghasilkan puncak
yang optimum. b.
Optimasi jenis fase diam dan fase gerak untuk
clean up
ekstrak ikan nila
.
Data kromatogram standar deltametrin yang diperoleh diamati sehingga dapat diketahui jenis fase diam dan fase gerak yang memberikan hasil optimal.
c. Kestabilan alat GC-ECD. Data waktu retensi dan luas area standar
DCB diinjeksikan ke dalam GC-ECD sebanyak 6 kali, dan dilakukan perhitungan simpangan baku dan diinterpretasikan secara statistik dengan progam
Powerfit Utrech University Faculteit Scheikunde
untuk menyatakan keterulangan atau reprodusibilitas pengukuran.
d. Perhitungan linearitas, sensitivitas, dan batas deteksi deltametrin.
Data standar deltametrin diplotkan dengan rasio luas area standar deltametrin terhadap standar internal DCB untuk mendapatkan kurva baku yang
menggambarkan hubungan kadar dan rasio luas area. Nilai r menunjukkan linearitas dari kurva baku yang diperoleh. Nilai r hitung ≥ r tabel dianggap memiliki korelasi
kadar dan rasio luas area yang baik. Batas deteksi atau
limit of detection
diperoleh dengan mencari simpangan baku dari
intercept
kurva baku kemudian diolah dengan persamaan matematis dan diinterpretasikan secara statistik menggunakan progam
Powerfit Utrech University
Faculteit Scheikunde
. e.
Penentuan perolehan kembali, penentuan batas kuantitasi LOQ, presisi, dan akurasi. Presisi diperoleh dari perhitungan secara matematis terhadap
besarnya simpangan baku data. Kesalahan Acak CV =
� ������ �� ℎ� �� � �− � �
� Batas kuantitasi diperoleh dengan menghitung simpangan baku dari
intercept kurva baku adisi dan diolah menggunakan persamaan matematis secara statistik menggunakan progam
Powerfit Utrech University Faculteit Scheikunde
. Akurasi diperoleh dengan menghitung perolehan kembali
percent recovery
dari deltametrin setelah mengalami perlakuan analisis. Akurasi dapat dihitung dengan
rumus: Untuk menghitung nilai LOQ digunakan rumus:
LOQ = 3,3
��
Keterangan : LOQ = batas kuantitasi
k = 3,3
S
a
= standar deviasi dari intersep kurva baku
b = slope Perolehan kembali
recovery
=
�� � �
�� � �� �ℎ �
x 100 f.
Perhitungan kadar deltametrin. Untuk kadar residu pestisida deltametrin, analisis dilakukan dengan cara membandingkan rasio luas puncak
deltametrin sampel dengan luas puncak DCB dalam sampel yang di plotkan dalam kurva baku untuk mendapatkan kadar deltametrin. Data antara rasio luas puncak
deltametrin terhadap rasio luas puncak DCB dalam sampel diintrapolasikan ke dalam persamaan regresi linier kurva baku yang didapatkan. Kadar deltametrin
dihitung menggunakan persamaan: y= Bx + A
keterangan: y= rasio antara luas area sampel dengan standar internal
x= kadar deltametrin sehingga kadar deltametrin dalam sampel adalah x=
�−
x volume akhir g.
Pengaruh matriks ikan nila terhadap metode analisis. Untuk mengetahui pengaruh prosedur analisis terhadap hasil, maka dilakukan
perbandingan slope antara kurva baku deltametrin dengan kurva adisi. h.
Penentuan laju bioakumulasi deltametrin dalam ikan nila. Laju bioakumulasi deltametrin dalam ikan nila merupakan slope hubungan antara ln
konsentrasi vs hari.
67
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Penetapan kadar deltametrin dalam ikan nila diperlukan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya bioakumulasi deltametrin dalam ikan nila. Untuk
mengukur kadar deltametrin dalam ikan nila dengan kisaran
part per billion
ppb diperlukan metode yang sensitif yaitu dengan menggunakan
Gas Chromatography
–
Electron Capture Detector
GC-ECD. Ikan nila digunakan dalam penelitian ini karena menurut Sutanto 2012 ikan nila merupakan ikan air tawar yang cukup
dikenal luas di Indonesia, mudah dibudidayakan, termasuk jenis ikan yang banyak dibudidayakan dan dikonsumsi karena dagingnya yang empuk, tebal, lembut, enak,
ikan nila juga memiliki daya toleransi yang besar terhadap lingkungannya, toleransi ikan ini terhadap salinitas sangat tinggi sehingga selain pada perairan tawar, nila
juga sering ditemukan hidup dan berkembang di perairan payau misalnya tambak, selain itu ikan nila juga termasuk ikan karnivora atau pemakan segala.
Deltametrin memiliki nilai log K
ow
4,6 sedangkan lemak ikan nila mempunyai rentang log
Kow
4,6 –
10,89 sehingga berdasarkan prinsip
like dissolve like
deltametrin dapat terakumulasi dalam lemak. Oleh karena itu perlu dilakukan proses ekstraksi yang dapat mengekstraksi lemak + deltametrin dan dilanjutkan
dengan proses
clean-up
sehingga diperoleh ekstrak deltametrin yang bersih dan dapat dideterminasi menggunakan GC-ECD. Matriks ikan yang mengandung
lemak dapat menyebabkan
masking
pada kromatogram, maka perlu dilakukan
clean-up
untuk membersihkan dan memisahkan deltametrin dari lemak.