Pemalsuan Akta Autentik di tinjau dari kode etik Notaris

diselidiki mengenai bentuk kesalahan dan ketiadaan alasan penghapus kesalahan. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Mahrus Ali, Op.Cit., hlm. 173-174

B. Pemalsuan Akta Autentik di tinjau dari kode etik Notaris

Surat adalah lembaran kertas yang yang di atasnya terdapat tulisan kata, frasa danatau kalimat yang terdiri huruf-huruf danatau angka dalam bentuk apa pun dan dibuat dengan cara apa pun yang tulisan mana mengandung arti danatau makna buah pikiran manusia. Kebenaran mengenai arti danatau makna tersebut harus mendapat perlindungan hukum. Sebagai suatu pengungkapan dari sebuah pikiran tertentu yang terdapat di dalam surat harus mendapat kepercayaan masyarakat. Dibentuknya tindak pidana pemalsuan surat ini ditujukan bagi perlindungan hukum terhadap kepercayaan masyarakat terhadap kebenaran mengenai isi surat-surat tersebut. Tindak pidana pemalsuan surat ini dibentuk untuk memberi perlindungan hukum terhadap kepercayaan yang diberikan oleh umum publica fides pada surat. Hukum pidana Belanda yang mengikuti Code Penal mengenai pemalsuan, yang memakai istilah faux en eritures, maka pemalsuan hanya dapat dilakukan dalam surat-surat, yang diartikan sebagai tiap-tiap penciptaan pikiran yang dituliskan dalam perkataan yang dibuat dengan cara apa pun, dan surat-surat yang dapat menjadi objek tidak semua jenis surat, ialah terhadap 4 macam surat saja. Pemalsuan surat valschheid in gescheriften diatur dalam Bab XII buku II KUHP, dari Pasal 263 sd 276, yang bentuk-bentuknya adalah: Universitas Sumatera Utara 1. Pemalsuan surat dalam bentuk standar atau bentuk pokok eenvoudige valshheid in geschiften, yang juga disebut sebagai pemalsuan surat pada umumnya Pasal 263. 2. Pemalsuan surat yang diperberat gequalificeerde valshheids in gescgeriften Pasal 264. 3. Menyuruh memasukkan keterangan palsu ke dalam akta authentik Pasal 266. 4. Pemalsuan surat keterangan dokter Pasal 267 dan 268. 5. Pemalsuan surat-surat tertentu Pasal 269,270 dan 271. 6. Pemalsuan surat keterangan pejabat tentang hak milik Pasal 267 dan 268. 7. Menyimpan bahan atau benda untuk pemalsuan surat Pasal 275. Pasal 272 dan273 telah dicabut melalui Stb. 1926 No. 359 jo 429. Sementara Pasal 276 tidak memuat rumusan tindak pidana, melainkan tentang ketentuan dapatnya dijatuhkan pidana tambahan terhadap si pembuat yang melakukan pemalsuan surat dalam Pasal 263 sampai dengan 268, berupa pencabutan hak-hak tertentu bertentu berdasarkan Pasal 35 No. 1-4. Pada umumnya pemalsuan surat terdapat pada Pasal 263 yang berbunyi ayat 1 “ Barangsiapa membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat menimbulkan suatu hak, perikatan atau pembebasan hutang, atau yang diperuntukkan sebagai bukti daripada sesuatu hal dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai surat tersebut seolah-olah isinya benar dan tidak dipalsu, diancam jika pemakaian tersebut dapat menimbulkan kerugian, karena pemalsuan surat, dengan pidana penjara paling lama enam tahun. Universitas Sumatera Utara Pemalsuan surat dalam Pasal 263 terdiri dari dua bentuk tindak pidana, masing-masing dirumuskan dalam ayat 1 dan ayat 2. Berdasarkan unsur perbuatannya pemalsuan surat ayat 1, disebut dengan membuat surat palsu dan mamalsu surat. Sementara pemalsuan surat dalam ayat 2 disebut dengan memakai surat palsu atau surat yang dipalsu. Meskipun dua bentuk tindak pidana tersebut saling berhubungan, namun masing-masing berdiri sendiri-sendiri, yang berbeda tempos dan locus tindak pidananya serta dapat dilakukan oleh si pembuat yang tidak sama. §§§§§§§§§§§§§§§§§ Memalsukan surat Vervalschen, hal ini terjadi misalnya apabila: Unsur penting dari pemalsuan surat adalah bahwa ada tujuan untuk memakai surat itu seolah-olah surat itu asli dan tidak dipalsu, tetapi pemakaian ini harus suatu pemakaian tertentu yang dapat mengakibatkan kerugian tertentu. Tidak perlu bahwa kemudian surat palsu atau surat yang dipalsukan itu benar-benar dipakai seperti yang dimaksudkan. Lebih-lebih tidak perlu apabila pemakaian ini benar-benar merugikan. Yang menjadi unsur dari tindak pidana ini adalah hanya kemungkinan akan ada kerugian sebagai akibat dari pemakaian tertentu itu. Pemakaian ini dapat dilakukan oleh orang lain yang juga dapat dihukum dengan hukuman yang sama, yaitu menurut ayat 2 pasal 263. a. Seorang A mengubah surat B yang sudah selesai tertulis sedemikian rupa sehingga isi surat menjadi lain dan tidak benar, jadi menyimpang dari kehendak si penanda tangan, si B; §§§§§§§§§§§§§§§§§ Adami Chazawi|Ardi Ferdian, Op.Cit., hlm. 135-137 Wirjono Prodjodikoro, Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, 2010, Jakarta, PT Refika Aditama, hlm. 191 Universitas Sumatera Utara b. Seorang A mengubah tanda tangan dari B menjadi tanda tangan orang lain, misalnya C, sehingga seolah-olah isi surat tersebut berasal dari C. Selain itu terdapat surat palsu yang dibuat oleh seseorang yang mengatasnamakan seolah-olah surat itu dibuat oleh seseorang tertentu, bukan menggunakan nama sebenarnya si pembuat surat itu sendiri. Surat semacam ini juga merupakan surat palsu. Pemalsuan semacam ini disebut dengan “ pemalsuan materiil” materiele valscheid. Palsunya surat bukan terletak pada isi surat tetapi pada nama orang termasuk juga tanda tangan si pembuat surat yang seolah-olah dibuat oleh orang yang sebenarnya di dalam surat. Misalnya A membuat surat seolah-olah surat tersebut dibuat oleh atau berasal dari B, karena nama dan tanda tangan B dicantumkan dalam surat itu, namun sesungguhnya yang menandatanganinya adalah A sendiri dengan meniru tanda tangan B. Bisa juga tidak meniru tanda tangan B, tetapi membuat tanda tangan palsu dengan dikarang- karang seolah-olah tanda tangan B. Pemalsuan surat mengenai nama dan tanda tangannya ini ada dua macam: a. Pertama, membuat dengan meniru tanda tangan seseorang yang sesungguhnya tidak ada orang yang mempunyai nama tersebut, atau tidak diketahui siapa orangnya. Nama orang ini dibuat fiktif atau dikarang- karang saja. Kode etik notaris dan untuk selanjutnya akan disebut kode etik adalah seluruh kaidah moral yang ditentukan oleh Perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia yang selanjutya akan di sebut “perkumpulan” berdasarkan keputusan Kongres perkumpulan danatau yang ditentukan oleh dan diatur dalam peraturan Universitas Sumatera Utara perundang-undangan yang mengatur tentang hal itu dan yang berlaku bagi serta wajib ditaati oleh setiap dan semua anggota perkumpulan dan semua orang yang menjalankan tugas jabatan sebagai Notaris, termasuk didalamnya para Pejabat Sementara Notaris, Notaris Penganti dan Notaris Pengganti Khusus. †††††††††††††††††† Pemalsuan dapat dilakukan dengan dua cara: ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ 1. Pemalsuan secara materiil. Yaitu merubah suatu benda, tanda, merek, mata uang atau tulisan yang semula asli, dirubah sedemikian rupa sehingga tulisan yang semula asli, dirubah sedemikian rupa sehingga mempunyai sifat yang lain. Dengan kata lain, surat atau tulisan tersebut di dalam wujudnya sama sekali palsu sejak dari awalnya. Pemalsuan secara materiil ini serang dilakukan orang dengan maksud mempergunakan atau untuk membuat orang lain mempergunakan benda yang dipalsukan itu sebagai benda yang asli. 2. Pemalsuan secara intelektual. Yaitu pemalsuan yang dilakukan dengan cara merubah keterangan atau pernyataan yang terdapat dalam suatu surat atau tulisan sehingga tidak sesuai dengan fakta sebenarnya. Dengan kata lain, pada pemalsuan secara intelektual, bentuk surat atau tulisan ini sejak awal adalah asli, namun isinya atau yang diterangkan atau yang dinyatakan di dalam surat atau †††††††††††††††††† Putri A.R., Op.Cit., hlm. 62 ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ R. Tresna. Asas-Asas Hukum Pidana. PT. Tiara Ltd, Jakarta, 1959, hl m. 271-272 Universitas Sumatera Utara tulisan tersebut tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Pemalsuan intelektual ini hanya dapat terjadi pada tulisan atau surat-surat. Pemalsuan secara intelektual sering disertai dengan maksud-maksud yang tidak dapat dibenarkan. Sifatnya yang sangat mencolok adalah adanya suatu kebohongan yang diterangkan atau dinyatakan orang di dalam surat- surat atau tulisan-tulisan. Membuat surat palsu adalah membuat sebuah surat yang seluruh atau sebagian isinya palsu. Palsu artinya tidak benar atau bertentangan dengan yang sebenarnya. Membuat surat palsu ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut: §§§§§§§§§§§§§§§§§§ a Membuat sebuah surat yang sebagian atau seluruh isinya tidak sesuai atau bertentangan dengan kebenaran. Perbuatan ini disebut dengan pemalsuan secara intelektual intellectueele valsheid. b Membuat sebuah surat yang seolah-olah surat itu berasal dari orang lain dari si pembuat surat. Palsunya surat ini terletak pada asal atau si pembuat surat. Perbuatan ini disebut pemalsuan secara materiil materieel valsheild. Adapun menurut Adami Chazawi perbedaan prinsip antara membuat surat palsu dengan memalsukan surat. Membuat surat palsu yaitu sebelum perbuatan dilakukan maka belum ada suatu surat. Kemudian dibuat suatu surat yang isinya sebagian atau seluruhnya tidak benar atau bertentangan kebenaran. Surat ini disebut surat palsu. Sedangkan memalsukan surat yaitu sebelum perbuatan ini dilakukan, sudah terdapat sepucuk surat yang disebut surat asli. Kemudian pada §§§§§§§§§§§§§§§§§§ Adami Chazawi, Kejahatan Mengenai Pemalsuan, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 2000, selanjutnya disebut Buku I,hlm. 100 Universitas Sumatera Utara surat yang asli ini, terhadap isinya termasuk tanda tangan dan nama si pembuat asli dilakukan perbuatan memalsu dan akibatnya surat yang semula benar menjadi surat yang semula benar menjadi surat yang sebagian atau bertentangan dengan kebenaran. Surat yang demikian disebut dengan surat yang dipalsu. Berdasarkan Uraian Pasal-Pasal yang ada di atas, maka Notaris tidak dapat dikenakan Pasal 266 ayat 1 KUHP. Hal ini dikarenakan dalam pembuatan akta authentik Notaris hanya merupakan media alat untuk lahirnya suatu akta authentik sehingga dalam hal ini Notaris merupakan pihak yang disuruh bukan merupakan pihak yang menyuruh. Namun, apabila seorang Notaris telah dengan sengaja dan diinsyafi bekerja sama dengan penghadap, maka Notaris dapat dikenakan Pasal 263 ayat 1 KUHP yang dikaitkan dengan Pasal 55 1 KUHP, yaitu turut serta melakukan tindak pidana. ††††††††††††††††††† Adapun kewajiban dan larangan dalam kode etik notaris yang terdapat pada Pasal 3 dan Pasal 4, Notaris dan orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris wajib: ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ 1. Memiliki moral, akhlak serta kepribadian yang baik. 2. Menghormati dan menjujung tinggi harkat dan martabat jabatan Notaris. 3. Menjaga dan membela kehormatan Perkumpulan. 4. Bertindak jujur, mandiri, tidak berpihak, penuh rasa tanggungjawab, berdasarkan peraturan perundang-undangan dan isi sumpah jabatan Notaris. 5. Meningkatkan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki tidak terbatas pada ilmu pengetahuan hukum dan kenotariatan. Ibid., hlm 99 ††††††††††††††††††† Putri A.R., Op.Cit., hlm. 68 ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Kode Etik Notaris Pasal 3 Universitas Sumatera Utara 6. Mengutamakan pengabdian kepada kepentingan masyarakat dan Negara; 7. Memberikan jasa pembuatan akta dan jasa ke- Notarisan lainnya untuk masyarakat yang tidak mampu tanpa memungut honorarium. 8. Menetapkan satu kantor di tempat kedudukan dan kantor tersebut merupakan satu-satunya kantor bagi Notaris yang bersangkutan dalam melaksanakan tugas jabatan sehari-hari. 9. Memasang 1 satu buah papan nama di depan di lingkungan kantornya dengan pilihan ukuran yaitu 100 cm x 40 cm, 150 cm x 60 cm atau 200 cm x 80 cm, yang memuat: a. Nama lengkap dan gelar yang sah; b. Tanggal dan nomor Surat Keputusan pengangkatan yang terakhir sebagai Notaris. c. Tempat kedudukan; d. Alamat kantor dan nomor teleponfax. Dasar papan nama berwarna putih dengan huruf berwarna hitam dan tulisan di papan nama harus jelas dan mudah dibaca. Kecuali di lingkungan kantor tersebut tidak dimungkinkan untuk pemasangan papan nama dimaksud. 10. Hadir, mengikuti dan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan yang diselengarakan oleh perkumpulan; menghormati, mematuhi, melaksanakan setiap dan seluruh keputusan perkumpulan. 11. Membayar uang iuran Perkumpulan secara tertib. 12. Membayar uang duka membantu ahli waris teman sejawat yang meninggal dunia. 13. Melaksanakan dan mematuhi semua ketentuan tentang honorarium ditetapkan perkumpulan. 14. Menjalankan jabatan Notaris terutama dalam pembuatan, pembacaan dan penandatanganan akta dilakukan di kantornya, kecuali alasan-alasan yang sah. 15. Menciptakan suasana kekeluargaan dan kebersamaan dalam melaksanakan tugas jabatan dan kegiatan sehari-hari serta saling memperlakukan rekan sejawat secara baik, saling menghormati, saling menghargai, saling membantu serta selalu berusaha manjalin komunikasi dan tali silaturahmi. 16. Memperlakukan setiap klien yang datang dengan baik, tidak membedakan status ekonomi danatau status sosialnya. 17. Melakukan perbuatan-perbuatan yang secara umum disebut sebagai kewajiban untuk diataati dan dilaksanakan antara lain namun tidak terbatas pada ketentuan yang tercantum dalam; a. UU Nomor 02 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris; b. Penjelasan Pasal 19 ayat 2 UU Nomor 02 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris; c. Isi sumpah jabatan Notaris; d. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Notaris indonesia. Universitas Sumatera Utara Notaris juga mempunyai larangan yang di atur dalam pasal 4 kode etik notaris yaitu: §§§§§§§§§§§§§§§§§§§ 1. Mempunyai lebih dari 1 satu kantor, baik kantor cabang ataupun kantor perwakilan.. 2. Memasang papan Nama danatau tulisan yang berbunyi “ NotarisKantor Notaris” di luar lingkungan kantor. 3. Melakukan publikasi atau promosi diri, baik sendiri maupun secara bersama-sama, dengan mencantumkan nama dan jabatannya, menggunakan sarana media cetak danatau elektronik, dalam bentuk a Iklan; b Ucapan selamat; c Ucapan belasungkawa; d Ucapan terima kasih; e Kegiatan pemasaran; f Kegiatan sponsor, baik dalam bidang sosial, keagamaan, maupun olahraga; 4. Bekerja sama dengan Biro jasaorangBadan Hukum yang pada hakekatnya bertindak sebagai perantara untuk mencari atau mendapatkan klien. 5. Menandatangani akta yang proses pembuatan minutanya telah dipersiapkan oleh pihak lain. 6. Mengirimkan minuta kepada klien untuk ditandatangani. 7. Berusaha untuk berupaya dengan jalan apapun, agar seseorang berpindah dari Notaris lain kepadanya, baik upaya itu ditujukan langsung kepada klien yang bersangkutan maupun melalui perantara orang lain. 8. Melakukan pemaksaan keapda klien dengan cara menahan dokumen-dokumen yang telah diserahkan danatau melakukan tekanan psikologis dengan maksud agar klien tersebut tetap membuat akta padanya. 9. Melakukan usaha-usaha, baik langsung maupun tidak langsung yang menjurus ke arah timbulnya persaingan yang tidaak sehat dengan sesama rekan Notaris. 10. Menetapkan honorarium yang harus dibayar oleh klien dalam jumlah yang telah ditetapkan perkumpulan. 11. Mempekerjakan dengan sengaja orang yang masih berstatus karyawan kantor Notaris lain tanpa persetujuan terlebih dahulu dari Notaris yang bersangkutan. 12. Menjelekkan danatau mempersalahkan rekan Notaris atau akta atau dibuat olehnya. Dalam hal seseorang Notaris menghadapi danatau menemukan suatu akta yang dibuat oleh rekan sejawat yang ternyata didalamnya terdapat kesalahan-kesalahan yang serius danatau §§§§§§§§§§§§§§§§§§§ Ibid. Pasal 4. Universitas Sumatera Utara membahayakan klien, maka Notaris tersebut wajib memberitahukan kepada rekan sejawat yang bersangkutan atas kesalahan yang dibuatnya dengan cara yang tidak bersifat menggurui,, melainkan untuk mencegah timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan terhadap klien yang bersangkutan ataupun rekan sejawat tersebut. 13. Membentuk kelompok sesama rekan sejawat yang bersifat ekslusif dengan tujuan untuk melayani kepentingan suatu instansi atau lembaga, apalagi menutup kemungkinan bagi Notaris lain untuk berpartisipasi. 14. Menggunakan dan mencantumkan gelar yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 15. Melakukan perbuatan-perbuatan lain yang secara umum disebut sebagai pelanggaran terhadap Kode Etik Notaris, antara lain namun tidak terbatas pada pelanggaran-pelanggaran terhadap: a Ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang Nomor 02 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris; b Penjelasan pasal 19 ayat 2 Undang-undang Nomor 02 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris; c Isi sumpah jabatan Notaris; d Hal-hal yang menurut ketentuan anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga danatau Keputusan-Keputusan lain yang telah ditetapkan oleh organisasi Ikatan Notaris Indonesia tidak boleh dilakukan oleh anggota. Maka dari itu dapat simpulkan bahwa Tindak Pidana Pemalsuan tersebut telah melanggar kode etik Notaris yang terdapat pada pasal 3 ayat 4 dimana dalam penjelasan pasal ini disebutkan bahwa Notaris harus bertindak jujur, mandiri tidak berpihak, penuh rasa tanggung jawab, berdasarkan peraturan perundang-undangan dan Isi sumpah jabatan Notaris, dimana apabila seorang Notaris yang melakukan tindak pidana pemalsuan jelas ia tidak bertindak jujur dan pastilah berpihak kepada seseorang dan ini sudah melanggar ketentuan Kode Etik Notaris. Oleh karena apabila seseorang Notaris melakukan Tindak Pidana Pemalsuan ia pasti telah melanggar Kode Etik yang telah di tetapkan Ikatan Notaris Indonesia.

C. Sanksi Pidana terhadap Notaris yang melakukan Tindak Pidana Pemalsuan