Sanksi Pidana terhadap Notaris yang melakukan Tindak Pidana Pemalsuan

membahayakan klien, maka Notaris tersebut wajib memberitahukan kepada rekan sejawat yang bersangkutan atas kesalahan yang dibuatnya dengan cara yang tidak bersifat menggurui,, melainkan untuk mencegah timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan terhadap klien yang bersangkutan ataupun rekan sejawat tersebut. 13. Membentuk kelompok sesama rekan sejawat yang bersifat ekslusif dengan tujuan untuk melayani kepentingan suatu instansi atau lembaga, apalagi menutup kemungkinan bagi Notaris lain untuk berpartisipasi. 14. Menggunakan dan mencantumkan gelar yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 15. Melakukan perbuatan-perbuatan lain yang secara umum disebut sebagai pelanggaran terhadap Kode Etik Notaris, antara lain namun tidak terbatas pada pelanggaran-pelanggaran terhadap: a Ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang Nomor 02 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris; b Penjelasan pasal 19 ayat 2 Undang-undang Nomor 02 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris; c Isi sumpah jabatan Notaris; d Hal-hal yang menurut ketentuan anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga danatau Keputusan-Keputusan lain yang telah ditetapkan oleh organisasi Ikatan Notaris Indonesia tidak boleh dilakukan oleh anggota. Maka dari itu dapat simpulkan bahwa Tindak Pidana Pemalsuan tersebut telah melanggar kode etik Notaris yang terdapat pada pasal 3 ayat 4 dimana dalam penjelasan pasal ini disebutkan bahwa Notaris harus bertindak jujur, mandiri tidak berpihak, penuh rasa tanggung jawab, berdasarkan peraturan perundang-undangan dan Isi sumpah jabatan Notaris, dimana apabila seorang Notaris yang melakukan tindak pidana pemalsuan jelas ia tidak bertindak jujur dan pastilah berpihak kepada seseorang dan ini sudah melanggar ketentuan Kode Etik Notaris. Oleh karena apabila seseorang Notaris melakukan Tindak Pidana Pemalsuan ia pasti telah melanggar Kode Etik yang telah di tetapkan Ikatan Notaris Indonesia.

C. Sanksi Pidana terhadap Notaris yang melakukan Tindak Pidana Pemalsuan

Universitas Sumatera Utara Dalam ruang lingkup tugas pelaksanaan jabatan Notaris yaitu membuat alat bukti yang dinginkan oleh para pihak untuk suatu tindakan hukum tertentu, dan alat bukti tersebut berada dalam tataran Hukum Perdata, dan bahwa Notaris membuat akta karena ada permintaan dari para pihak yang menghadap, tanpa ada permintaan dari para pihak, Notaris tidak akan membuat akta apapun, dan Notaris membuatkan akta yang dimaksud berdasrkan alat bukti atau keterangan atau penyataan para pihak yang dinyatakan atau diterangkan atau diperlihatkan kepada atau di hadapan Notaris, dan selanjutnya Notaris membingkainya secara lahiriah, formil dan materil dalam bentuk akta Notaris, dengan teteap berpijak pada aturan hukum yang berkaitan dengan tindakan hukum yang bersangkutan dan dituangkan dalam akta. Peran Notaris dalam hal ini juga untuk memberikan nasihat hukum yang sesuai dengan permasalahan yang ada, adapun nasihat hukum yang diberikan kepada para pihak dan kemudian dituangkan ke dalam akta yang bersangkutan, tidak dan bukan sebagai keterangan atau pernyataan Notaris. Dalam praktik Notaris ditemukan kenyataan, jika ada akta Notaris dipersalahkan oleh para pihak atau pihak lainnya, maka sering pula Notaris ditarik sebagai pihak yang turut serta melakukan atau membantu melakukan suatu tindak pidana yaitu membuat atau memberikan keterangan palsu ke dalam akta Notaris. Hal ini pun menumbulkan kerancuan, apakah mungkin Notaris secara sengaja atau khilaf bersama-sama para penghadappihak untuk membuat akta yang diniatkan sejak awal untuk melakukan suatu tindak pidana? Dalam kaitan ini tidak berarti Notaris steril bersih dari hukum atau tidak dapat dihukum atau kebal terhadap hukum. Notaris bisa saja dihukum pidana, jika dapat dibuktikan di pengadilan, bahwa secara sengaja atau tidak disengaja Notaris Universitas Sumatera Utara bersama-sama dengan para pihakpenghadap untuk membuat akta dengan maksud dan tujuan untuk menguntungkan pihak atau penghadap tertentu saja atau merugikan penghadap yang lain lain. Jika hal ini terbukti, maka Notaris tersebut wajib dihukum. Oleh karena itu, hanya Notaris yang tidak waras dalam menjalankan tugas jabatannya, ketika membuat akta untuk kepentingan pihak tertentu dengan maksud untuk merugikan pihak tertentu untuk melakukan suatu tindakkan yang melanggar hukum. Adapun apabila untuk meminta keterangan Notaris atas laporan pihak tertentu menurut pasal 66 UUJN, maka jika Notaris dipanggil oleh Kepolisian, Kejaksaan atau Hakim, maka instansi yang ingin memanggil tersebut wajib minta persetujuan dari Majelis Pengawas Daerah MPD. Ketentuan pasal 66 UUJN tersebut bersifat imperatif atau perintah. Dalam praktik sekarang ini, ada juga Notaris yang dipanggil oleh Kepolisian, Kejaksaan atau Hakim langsung datang menghadap kepada instansi yang memanggilnya, tanpa diperiksa dulu oleh MPD artinya menganggap sepele terhadap MPD, jika Notaris melakukan seperti ini, maka menjadi tanggungjawab Notaris sendiri, misalnya jika terjadi perubahan status dari Saksi menjadi Tersangka atau Terdakwa. Ketentuan Pasal 66 UUJN tersebut bagi kepolisian, Kejaksaan, atau Hakim bersifat imperatif, artinya jika Kepolisian, Kejaksaan, atau Hakim menyepelekan ketentuan pasal 66 UUJN, maka terhadap Kepolisian, Kejaksaan, Hakim dapat dikategorikan sebagai pelanggaran terhadap undang-undang, maka jika hal ini terjadi, kita dapat melaporkan Kepolisian, Kejaksaan dan Hakim kepada atasannya masing-masing, dan di sisi yang lain, perkara yang disidik atau diperiksa tersebut dapat Habib Adjie., Op.Cit., hlm 24 Universitas Sumatera Utara dikaterogrikan cacat hukum dari segi Hukum Acara Pidana yang tidak dapat dilanjutkan ditunda untuk sementara sampai ketentuan Pasal 66 UUJN di penuhi. †††††††††††††††††††† Perlunya pemanggilan dan kehadiran Notaris dalam pemeriksaan perkara pidana dapat dibedakan sebagai berikut : ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Banyaknya kasus pidana yang berkaitan dengan profesi jabatan Notaris, sehingga Notaris harus mempertanggungjawabkan terhadap akta authentik yang di buatnya dan berindikasi perbuatan pidana, mengharuskan Notaris hadir dalam pemeriksaan awal yaitu penyidikan tingkat Kepolisian, penuntutan Kejaksaan sampai dengan proses persidangan di pengadilan. a. Sebagai ahli, dalam hal ini Notaris dipanggil dan perlu kehadirannya dalam pemeriksaan perkara pidana sebagai ahli hukum yang berwenang membuat akta authentik sehingga diperlukan pertimbangan hukum yang khusus sesuai dengan keahliannya berkaitan dengan wewenang dan tanggung jawab notaris serta hal-hal yang dapat memberikan penjelasan kepada penyidik di Kepolisian, Jaksapenuntut umum, hakim, pengacarapenasehat hukum maupun pihak pencari keadilan. b. Sebagai Saksi, dalam hal ini notaris dipanggil dan perlu kehadirannya dalam pemeriksaan perkara pidana, dalam kapasitas sebagai pejabat umum yang membuat akta authentik, diperlukan kesaksiannya terhadap apa yang dilihat, didengar dan bukti-bukti pendukung dalam pembuatan akta †††††††††††††††††††† Ibid., hlm. 24 ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ AGUSTINING,Tanggung Jawab Notaris Terhadap Akta otentik yang dibuat dan berindikasikan perbuatan pidana., Universitas Sumatra Utara, 2009., hlm 30. Universitas Sumatera Utara authentik tersebut, yang ternyata terindikasi perkara pidana. Dalam kedudukan sebagai saksi ini apabila kuat dugaan notaris terlibat, maka dapat ditinggkatkan statusnya menjadi tersangka. c. Sebagai tersangka, dalam hal ini notaris dipanggil dan diperlukan kehadirannya dalam pemeriksaan perkara pidana sebagai tersangka berdasarkan bukti awal sehingga patut diduga adanya tindak pidana yang dilakukan oleh Notaris sebagai pembuat akta authentik, baik dilakukan sendiri maupun bersama-sama, yang ditemukan oleh penyidik, sehingga Notaris harus mempertanggungjawabkan perbuatan tersebut dalam persidangan. Adapun jika Notaris dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa pembuatan akta Notaris telah sesuai dengan aturan hukum, sebagaimana hal-hal yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka kedudukan Notaris tetap bukan sebagai pihak atau yang turut serta melakukan atau membantu para pihak dalam kualifikasi hukum pidana atau sebagai tergugat atau turut tergugat dalam perkara perdata. Hal ini dikarenakan Notaris berada di luar pihak atau bukan pihak dalam akta tersebut. Menurut UUJN seorang Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya terbukti melakukan pelanggaran, maka Notaris dapat dikenai sanksi berupa sanksi perdata, administrasi dan kode etik Notaris. Ada kalanya dalam praktek ditemukan bahwa suatu tindakan hukum atau pelanggaran yang dilakukan Notaris sebenarnya dapat dijatuhi sanksi perdata atau administarsi atau kode etik, tapi nditarik atau Universitas Sumatera Utara dikualifikasikan sebagai suatu tindak pidana yang dilakukan oleh Notaris dengan dasar Notaris telah membuat surat palsu atau memalsukan akta. §§§§§§§§§§§§§§§§§§§§ Dengan demikian pemidanaan terhadap Notaris dapat saja dilakukan dengan batasan jika: a. Ada tindakan hukum dari Notaris terhadap aspek formal akta yang sengaja, penuh kesadaran kenisyafan serta direncanakan, bahwa akta yang dibuat dihadapan Notaris atau oleh Notaris, bersama-sama dengan penghadap sepakat untuk dijadikan dasar untuk melakukan suatu tindak pidana; b. Ada tindakan hukum dari Notaris dalam membuat akta dihadapan atau oleh Notaris yang jika diukur berdasarkan UUJN tidak sesuai dengan UUJN; dan c. Tindakan Notaris tersebut tidak sesuai menurut instansi yang berwenang untuk menilai tindakan Notaris, dalam hal ini Majelis Pengawas Notaris. Sanksi merupakan tindakan hukuman untuk memaksa orang menepati perjanjian atau mentaati ketentuan undang-undang. Setiap aturan hukum yang berlaku di Indonesia selalu ada sanksi pada ahkir aturan hukum tersebut. Pencantuman sanksi dalam berbagai aturan hukum tersebut seperti merupakan kewajiban yang bersangkutan tidak aturan hukum. Seakan-akan aturan hukum yang bersangkutan tidak bergigi atau tidak dapat ditegakkan atau tidak akan dipatuhi apabila pada bagian akhir tidak mencantumkan sanksi. Tidak ada gunanya memberlakukan kaidah-kaidah hukum manakala kaidah-kaidah itu tidak §§§§§§§§§§§§§§§§§§§§ Putri A.R., OpCit., hlm 56-57 Ibid., hlm. 58 Universitas Sumatera Utara dapat dipaksakan melalui sanksi dan menegakkan kaidah-kaidah dimaksud secara prosedural hukum acara. Hakekat sanksi sebagai suatu paksaan berdasarkan hukum, juga untuk memberikan penyadaran kepada pihak yang melanggarnya, bahwa suatu tindakan yang dilakukannya telah tidak sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, dan untuk mengembalikan yang bersangkutan agar bertindak sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, dan untuk mengembalikan yang bersangkutan agar bertindak sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, juga untuk menjaga keseimbangan berjalannya suatu aturan hukum. Sanksi yang ditujukan terhadap Notaris juga merupakan sebagai penyadaran, bahwa Notaris dalam melakukan tugas jabatannya telah melanggar ketentuan-ketentuan mengenai pelaksanaan tugas jabatan Notaris sebagaimana tercantum dalam UUJN dan untuk mengembalikan tindakan Notaris dalam melaksanakan tugas jabatannya untuk tertib sesuai dengan UUJN. Di samping itu, pemberian sanksi terhadap Notaris juga untuk melindungi masyarakat dari tindakan Notaris yang terdapat merugikan, misalnya membuat akta yang tidak melindungi hak-hak yang bersangkutan sebagaimana yang tersebut dalam akta Notaris. Sanksi tersebut untuk menjaga martabat lembaga Notaris sebagai lembaga kepercayaan karena apabila Notaris melakukan pelanggaran, dapat menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap Notaris. Secara individu sanksi terhadap Notaris merupakan suatu nestapa dan pertaruhan dalam menjalankan tugas jabatannya, apakah masyarakat masih mau Universitas Sumatera Utara mempercayakan perbuatan akta terhadap Notaris yang bersangkutan atau tidak. ††††††††††††††††††††† Sanksi pidana terhadap Notaris tidak diatur dalam UUJN maupun Kode Etik Notaris jadi apabila seorang Notaris melakukan Tindak Pidana Pemalsuan maka di kenakan sanksi berupa pasal 263 KUHP yang berbunyi ayat 1 “Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat, yang dapat menerbitkan suatu hak, sesuatu perjanjian kewajiban atau sesuatu pembebasan utang, atau yang boleh dipergunakan atau menyuruh orang lain menggunakan surat-surat itu seolah-olah surat itu asli dan tidak dipalsukan, maka kalau mempergunakannya dapat mendatangkan sesuatu kerugian dihukum karena pemalsuan surat, dengan hukuman penjara hukuman penjara selama-lamanya eman tahun”. Dan ayat 2 yang bebunyi “ Dengan hukuman serupa itu juga dihukum, barangsiapa dengan sengaja menggunakan surat atau yang dipalsukan itu seolah-olah surat itu asli tidak dipalsukan, kalau hal mempergunakan dapat mendatangkan sesuatu kerugian. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Adapun sanksi administratif yang berkaitan pidana yang di atur dalam UUJN Nomor 02 Tahun 2014 yang terdapat pada pasal 9 yang berbunyi bahwa Notaris diberhentikan sementara dari jabatannya karena: §§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§ a. Dalam proses pailit atau penundaan kewajiban pembayaran utang; b. Berada di bawah pengampuan; c. Melakukan perbuatan tercela; ††††††††††††††††††††† Sjaifurrachman., Op.Cit., hlm. 194-195 ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Pasal 263 Kitap Undang-Undang Hukum Pidana §§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§ Pasal 9 Undang-Undang Nomor 02 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris Universitas Sumatera Utara d. Melakukan pelanggaran terhadap kewajiban dan larangan jabatan serta kode etik Notaris; atau e. Sedang menjalani masa penahanan. Maka apabila seorang Notaris yang sedang menjalani masa penahanan tidak dapat menjalankan fungsi jabatannya untuk sementara waktu sesuai dengan ketentuan pasal 9 huruf e Undang-Undang Nomor 02 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris. Oleh karena itu hal ini merupakan sanksi administratif yang berkaitan dengan pidana.

D. Analisis Putusan A. Amar Putusan Pengadilan Negeri