Kewenangan Notaris dalam pembuatan Akta Authentik

menempatkan keterangan palsu ke dalam akta otentik atau menempatkan Notaris sebagai pihak dengan kualifikasi membuat atau menempatkan keterangan palsu ke dalam akta authentik atau menempatkan Notaris sebagai tergugat yang berkaitan dengan akta yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris, maka hal tersebut telah mencederai akta Notaris dan Notaris yang tidak dipahami oleh aparat hukum lainnya mengenai kedudukan akta Notaris dan Notaris di Indonesia. Siapapun tidak dapat memberikan penafsiran lain atas akta Notaris atau dengan kata lain terikat dengan akta Notaris tersebut. §§§§§§§§§ Jabatan Notaris diadakan atau kehadirannya dikehendaki oleh aturan hukum dengan maksud untuk membantu dan melayani masyarakat yang membutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat authentik mengenai keadaan, peristiwa atau perbuatan hukum. Dengan dasar seperti ini mereka yang diangkat sebagai Notaris harus mempunyai semangat untuk melayani masyarakat, dan atas pelayanan tersebut, masyarakat yang telah merasa dilayani oleh Notaris sesuai dengan tugas dan jabatannya, dapat memberikan honorarium kepada Notaris. Oleh karena itu Notaris tidak berarti apa-apa jika masyarakat tidak membutuhkannya.

B. Kewenangan Notaris dalam pembuatan Akta Authentik

Dengan demikian Notaris merupakan suatu Jabatan Publik mempunyai karateristik, yaitu: †††††††††† a. Sebagai Jabatan §§§§§§§§§ Habib Adjie.,Cetakan I., Op.Cit., hlm 44-45 Dr. Habib Adjie, SH., M.Hum., Op.Cit., hlm 14 †††††††††† Ibid,. hlm 15 Universitas Sumatera Utara UUJN merupakan unifikasi di bidang pengaturan Jabatan Notaris, Artinya satu satunya aturan hukum dalam bentuk undang-undang yang mengatur Jabatan Notaris di Indonesia, Sehingga segala hal yang berkaitan dengan Notaris di indonesia harus mengacu kepada UUJN. Jabatan Notaris merupakan suatu lembaga yang diciptakan oleh Negara. Menempatkan Notaris sebagai Jabatan merupakan suatu bidang pekerjaan atau tugas yang sengaja dibuat oleh aturan hukum untuk keperluan dan fungsi tertentu kewenangan tertentu serta bersifat berkesinambungan sebagai suatu lingkungan pekerjaan tetap. b. Notaris mempunyai kewenangan tertentu. Setiap wewenang yang diberikan kepada jabatan harus ada aturan hukumnya. Sebagai batasan agar jabatan dapat berjalan dengan baik, dan tidak bertabrakan dengan wewenang jabatan lainnya. Dengan demikian jika seorang pejabat Notaris melakukan tindakan di luar wewenang yang telah di tentukan, dapat di kategorikan sebagai perbuatan melanggar wewenang. Wewenang notaris hanya di cantumkan dalam pasal 15 ayat 1, 2, dan 3 UUJN. c. Diangkat dan di berhentikan oleh pemerintah Pasal 2 UUJN menentukan bahwa Notaris diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah, dalam hal ini menteri yang membidangi kenotariatan . Notaris meskipun secara administratif diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah, tidak berarti Notaris menjadi subordinasi bawahan yang mengakngkatnya pemerintah. Dengan demikian notaris Universitas Sumatera Utara dalam menjalankan tugas jabatannya : bersifat mandiri, tidak memihak siapapun, tidak tergantung kepada siapapun, yang berarti dalam menjalankan tugas jabatannya tidak dapat dicampuri oleh pihak yang mengangkatnya atau oleh pihak lain. d. Tidak menerima gaji atau pensiun dari yang mengangkatnya. Notaris meskipun diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah tapi tidak menerima gaji pensiun dari pemerintah. Notaris hanya menerima honorarium dari masyarakat yang telah dilayaninya atau dapat memberikan pelayanan cuma-cuma untuk mereka yang tidak mampu. e. Akuntabilitas atas pekerjaannya kepada masyarakat. Kehadiran Notaris untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang memerlukan dokumen hukum akta authentik dalam bidang hukum perdata, sehingga Notaris mempunyai tanggung jawab untuk melayani masyarakat, masyarakat dapat menggugat secara perdata notaris dan menuntut biaya ganti rugi dan bunga jika ternyata akta tersebut dapat dibuktikan dibuat tidak sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, hal ini merupakan bentuk akuntabilitas Notaris kepada masyarakat. Setiap perbuatan pemerintahan disyaratkan harus pada wewenang yang sah. Tanpa adanya kewenangan yang sah seorang pejabat ataupun Badan Tata Usaha Negara tidak dapat melaksanakan suatu perbuatan pemerintahan. Oleh karena itu kewenangan yang sah merupakan atribut bagi setiap pejabat ataupun bagi setiap badan. Universitas Sumatera Utara Dalam hukum administrasi negara, dasar bagi pemerintah untuk melakukan perbuatan hukum publik adalah adanya kewenangan bevoegdheid yang berkaitan dengan suatu jabatan ambt. Jabatan memperoleh wewenang melalui tiga sumber yakni atribusi, delegasi, dan mandat, ketiga sumber kewenangan ini akan melahirkan kewenangan bevoegdhei, legal power, competence. Kewenangan yang diperoleh dengan cara atribusi, apabila terjadi pemberian wewenang pemerintahan yang baru oleh suatu kententuan perundang- undangan. Perundang- undanganlah yang menciptakan suatu wewenang pemerintahan baru. Jadi pada atribusi terjadi pemberian suatu wewenang oleh suatu peraturan perundang-undangan. Kewenangan yang di peroleh dengan cara delegasi atau pelimpahan, merupakan pemberian wewenang yang sudah ada oleh suatu badan administrasi negara yang telah memperoleh suatu kewenangan pemerintahan secara atributif kepada badan administrasi negara lainnya. Suatu deligasi selalu didahului oleh adanya suatu atribusi lainnya. Suatu deligasi selalu didahului oleh adanya suatu atribusi wewenang. Jadi harus dipastikan apakah suatu badan yang mengeluarkan suatu keputusan yang berisi suatu pendelegasian wewenang itu berdasarkan suatu wewenang pemerintahan atributif yang sah atau tidak. Jadi, pada wewenang delegasi terjadi pelimpahan atau pemindahan wewenang yang telah ada kepada pejabat atau organ administrasi lainya. Pada wewenang mandat, tidak terjadi suatu pemberian wewenang baru maupun pelimpahan wewenang dari suatu badan ke badan lainnya, pada mandat hanya terjadi suatu hubungan intern antara penerima mandat mandataris dengan pemberi mandat mandan, sedangkan tanggung jawab tetap ada pada mandan, Universitas Sumatera Utara dan tidak berlaih pada mandataris. Dari perspektif sumber kewenangan, Notaris memiliki wewenang atributif yang diberikan oleh pembentuk undang-undang badan legislator, yang dalam hal ini melalui Undang-Undang Nomor 02 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris. Jadi, Notaris memiliki legalitas untuk melakukan perbuatan hukum membuat akta authentik. Berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam pasal 15 UUJN kewenangan Notaris bisa dibedakan menjadi 3 tiga macam yaitu: ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ 1. Kewenangan utamaumum, pasal 15 ayat 1, 2. Kewenangan tertentu, pasal 15 ayat 2, dan 3. Kewenangan lain-lain, pasal 15 ayat 3. Kewenangan utamaumum Notaris membuat akta authentik yang menyangkut semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan danatau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta authentik, dan menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta , semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang di tetapkan oleh undang-undang. Adapun pengaturan tentang kewenangan notaris yaitu terdapat pada pasal 15 Undang-Undang Nomor 02 Tahun 2014 yang berbunyi: §§§§§§§§§§ 1. Notaris berwenang membuat Akta authentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang- ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Habib Adjie., Cetakan ke III., Op.Cit., hlm 78 §§§§§§§§§§ Pasal 15 Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 02 Tahun 2014. Universitas Sumatera Utara undangan danatau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta authentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang. 2. Selain wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Notaris berwenang pula : a. mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus. b. membukukan seurat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus. c. membuat kopi dari asli surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan. d. melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya. e. memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta. f. membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan atau g. membuat akta risalah lelang. 3. Selain kewenangan sebagaimana di maksud pada ayat 1 dan ayat 2, Notaris mepunyai kewenangan lain yang di atur dalam peraturan perundang-undangan. Universitas Sumatera Utara Di samping itu juga dapat dilihat dalam rumusan ketentuan Pasal 15 ayat 2 huruf f ini menimbulkan multi penafsiran dan penafsiran terhadap pasal ini menumbulkan adanya dua pandangan tentang arti kewenangan Notaris berkaitan dengan pertanahan yaitu: a. Notaris berwenang membuat akta yang objeknya tanah dalam arti luas meliputi baik yang menjadi kewenangan PPAT berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 maupun kewenangan lainnya yang tidak diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 b. Notaris berwenang membuat akta yang objeknya tanah dalam arti sempit, yang tidak termasuk kewenangan PPAT berdasarkan PP Nomor 37 Tahun 1998 Adapun rumusan Pasal 15 ayat 2 huruf g ini menimbulkan multi penafsiran, dan penafsiran terhadap pasal ini menimbulkan adanya dua pandangan tentang arti kewenangan Notaris berkaitan dengan akta risalah lelang yaitu; ††††††††††† a. Pertama, setiap Notaris secara serta merta berwenang untuk membuat akta risalah lelang artinya jabatan Notaris dengan jabatan pejabat lelang disatukan, begitu menjadi Notaris otomatis ia menjalankan pekerjaan-pekerjaan pejabat lelang. Dengan demikian jika seorang sudah diangkat menjadi Notaris ia tidak perlu diangkat menjadi pejabat lelang. Sjaifurrachman.,Op.Cit., hlm 82-83 ††††††††††† Ibid,. hlm 85 Universitas Sumatera Utara b. Kedua, tidak semua Notaris mempunyai wewenang untuk membuat risalah lelang walaupun Notaris dan pejabat lelang mempunyai kualifikasi yang sama sebagai pejabat umum, hanya Notaris yang telah disahkan dan ditetapkan sebagai pejabat lelang kelas II yang berwenang untuk membuat akta risalah lelang. Adapun beberapa akta authentik yang merupakan wewenang Notaris dan juga menjadi wewenang pejabat atau instansi lain, yaitu: ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ 1. Akta pengakuan anak di luar kawin Pasal 281 BW; 2. Akta berita acara tentang kelalaian pejabat penyimpan hipotik Pasal 1227 BW 3. Akta berita acara tentang penawaran pembayaran tunai dan konsinyasi Pasal 1405 dan 1406 BW, 4. Akta protes wesel dan cek Pasal 143 dan 218 WvK. 5. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan SKMHT – Pasal 15 ayat 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996. 6. Membuat akta risalah lelang. Adapun kewenangan khusus Notaris lainnya, yaitu membuat akta dalam bentuk in Originali, yaitu akta : §§§§§§§§§§§ a. Pembayaran uang sewa, bunga, dan pensiun; b. Penawaran pembayaran tunai; c. Protes terhadap tidak dibayarnya atau tidak diterimannya surat berharga; ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Habib Adjie., Cetakan ke III., Op.Cit., hlm 79 §§§§§§§§§§§ Ibid,. hlm. 82 Universitas Sumatera Utara d. Akta kuasa; e. Keterangan kepemilikan; atau f. Akta lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan. Akta yang di buat oleh Notaris hanya akan menjadi akta authentik apabila notaris mempunyai wewenang untuk meliputi 4 hal, yaitu : 1. Notaris harus berwenang sepanjang menyangkut akta yang dibuat itu. Hal ini sesuai dengan Pasal 15 ayat 1 UUJN, dimana notaris adalah pejabat umum yang dapat membuat akta yang ditugaskan kepadanya berdasarkan peraturan perundang-undangan. 2. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai orang untuk kepentingan siapa akta itu dibuat. Pasal 52 ayat 1 UUJN menyatakan bahwa Notaris tidak diperkenankan membuat akta untuk diri sendiri, istrisuami, atau orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan notaris baik karena perkawinan maupun hubungan darah dalam garis lurus ke bawah dan atau ke atas tanpa pembatasan derajat, serta dalam garis kesamping dengan derajat ketiga, serta menjadi pihak untuk diri sendiri, maupun dalam suatu kedudukan ataupun dengan perantara kuasa. Maksud dan tujuan dari ketentuan ini adalah untuk mencegah terjadinya tindakan memihak dan penyalahgunaan jabatan. 3. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai tempat dimana akta itu dibuat. Menurut Pasal 18 UUJN, notaris mempunyai tempat kedudukan di daerah kabupatenkota. Wilayah jabatan notaris G.H.S. Lumban Tobing, Op. Cit., hal. 49-50 Universitas Sumatera Utara meliputi seluruh wilayah propinsi dari tempat kedudukkannya. Akta yang dibuat di luar jabatannya adalah tidak sah. 4. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai waktu pembuatan akta itu. Notaris tidak boleh membuat akta selama ia masih cuti atau dipecat dari jabatannya, demikian juga notaris tidak boleh membuat akta sebelum ia memangku jabatannya.

C. Peran MPD dan MPW dalam hal menerima penngaduan masyarakat